Mohon tunggu...
Ahmad Choliq
Ahmad Choliq Mohon Tunggu... Jurnalis - Sambal Terasi

Sambal Terasi ( Suka Membaca, menulis, terus berkreasi). Peringkat 100 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persepsi Tanpa Bukti Adalah Ilusi

8 Juli 2024   21:54 Diperbarui: 8 Juli 2024   22:09 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Persepsi kita berdasarkan apa yang kita lihat itu terkadang tidak sesuai realita.

Kadang kita merasa teman kita kerjanya lancar, uangnya terus mengalir deras, seakan-akan tidak punya sebuah permasalahan atau beban hidup itu adalah sebuah persepsi yang salah.

Sekaya apapun seseorang itu pasti punya masalah. Ia tak kan bisa terlepas dari masalah. Komeng, komedian yang sering muncul di layar kaca pernah berkata pada Abdul. Orang sudah mati saja punya masalah. Kok bisa orang mati  punya masalah ? Tanya Abdul yang masih penasaran. Jawabnya Komeng, 

" Orang  sudah tenang   di dalam kuburan,   eh ada pelebaran jalan. Jadi mayatnya dipindahkan. Kan jadi tidak tenang mayatnya. Si Abdul tertawa terbahak -bahak.

Malam ini saya kedatangan tamu dari Kudus. Ia adalah Robbi Nuruddin, teman saya sekelas saat masih kuliah di kampus negeri di kota Kudus.

Robi bercerita bahwa Zainuri yang juga teman kami sekelas saat masih kuliah merasa bingung.

Selama ini Zainuri bekerja menjadi konten kreator video fanpage di Facebook. Dari pekerjaan yang telah ditekuninya itu ia telah berhasil meraih gaji hingga telah mencapai jutaan. Dari situ, ia bisa mengangkat ekonomi keluarga menjadi  lebih baik.

Kita sebagai teman-temannya terkadang merasa  "Wah enaknya jadi Zainuri, ia punya pikiran yang cerdas bisa menjadi konten kreator dan punya penghasilan yang banyak."

Ternyata setelah ditelusuri dan ditanyakan kepada Zainuri langsung ia  justru menjadi bingung. Kok malah bingung ? Ya.  Jadi ia bingung karena pekerjaannya hanya otak-atik ponsel dan laptop. Ia sama sekali tidak mempunyai pekerjaan yang benar-benar terlihat oleh tetangga-tetangganya. 

Seperti menjual barang, menjadi tukang atau sebagainya.

Sehingga tidak jarang tetangganya merasa curiga dengan teman saya itu. Tidak nampak pekerjaannya apa kok uangnya banyak, bisa mencukupi kebutuhan keluarga, bisa beli ini, beli itu dan sebagainya. Teman saya ini begitu khawatir kalau nantinya justru dituduh ambil pesugihan, pelihara tuyul, penyandang babi ngepet atau sebagainya oleh tetangga-tetangganya yang menjerumus pada kemusyrikan.

saya hanya ingin berpesan,

Jangan menyimpulkan hanya dari melihat, jangan mengira sebelum bertanya kepada orang yang bersangkutan. Sadarilah persepsi tanpa bukti adalah ilusi. Jangan iri dengan kebaikan, kebahagiaan, kesuksesan, kesehatan seseorang , Syukuri apa yang sudah dimiliki dan dirasakan niscaya nikmat Allah yang luar biasa akan diberikan.

Pesan saya yang kedua, 

bekerja menekuni media sosial seperti menjadi konten kreator itu bagus, tapi harus diimbangi dengan kerja yang terlihat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi orang lain.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi semua para pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun