Oleh : Ahmad Choliq S.Ag ( Kang Mad)
Enjoy Menjadi Petani
Profesi  petani adalah profesi  yang tidak begitu dilirik oleh generasi muda.
Bahkan saat ini banyak generasi muda yang  bekerja memilih terjun  menjadi  karyawan kantor atau pabrik dibandingkan menjadi seorang petani. Terutama bagi generasi muda yang statusnya adalah lulusan sarjana.
Akan tetapi, tidak semua pemuda memilih bekerja menjadi karyawan kantor atau pabrik meskipun sejatinya adalah lulusan sarjana.
Burhanuddin adalah salah satu contoh anak muda yang berbeda dengan anak muda pada umumnya.
Pemuda kelahiran 08 Juni 1994 di Sinjai, Sulawesi Selatan ini adalah seorang lulusan sarjana pertanian di STIP ( Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian) Muhammadiyah Sinjai, Sulawesi Selatan.
Meskipun bergelar sarjana, Burhan SJ (panggilan akrabnya) tidak memutuskan bekerja menjadi karyawan di kantor atau pabrik.
Berprofesi menjadi seorang petani lebih ia sukai dari pada menekuni pekerjaan lainnya. Ia sependapat dengan orang tuanya bahwa menjadi petani itu merdeka.
"Petani memang sederhana tapi selalu cukup, dan hanya dengan bertani orang bisa menikmati kebebasannya.
Ternyata benar, rasanya memang enak jadi petani, tidak dipecat kalau terlambat bangun, tidak dipotong gaji bila cuti."Â ( Burhanuddin BJ).
Saat ini pemuda asal desa Saohiring kecamatan Sinjai Tengah sedang menanam porang. Ia menduga porangnya di kebun telah mencapai 10 ton. Dan yang telah dipanen baru 3 ton. Satu kilo porang bisa dibandrol dengan harga 8 ribu. Menurutnya hasil segitu lumayan untuk mencukupi kebutuhannya.
Bertani dan Menulis
Hebatnya di tengah-tengah kesibukan bertani, Burhan masih bisa menyempatkan waktu untuk menulis. Ya menulis.
Selepas pulang dari berkebun, Burhan membuka leptop untuk menulis. Sampai saat ini ia telah menelurkan karya tulis berbentuk  buku berjumlah 12. Karyanya itu meliputi buku tentang biografi, antologi puisi, dan novel. Diantara karyanya adalah biografi berjudul Bahtiar bin Sabang- Pahlawan Petani Sinjai Yang Tumbang Demi Membela Tanahnya Sendiri. Antologi puisi berjudul  Lelaki Kafir di Tangan Puisi, Suara Aku Ingin Bebas, dan Maha karya Leluhur. Lalu novel berjudul Lelaki Kurang Ajar Dalam Secangkir Kopi, dan Perempuan-perempuan Mabuk Surga.
Ini adalah pencapaian yang luar biasa. Kang Mad ( panggilan penulis artikel ini) menjadi termotivasi untuk terus berkarya menelurkan tulisan meniru jejak mas Burhan SJ.
Geluti Kuli Panggul Sembako
Kang Mad sebenarnya adalah lulusan sarjana. Alumni IAIN ( institut Agama Islam Negeri) Â Fakultas Ushuluddin prodi IQT ( Ilmu Alquran dan Tafsir) di kota produksi jenang. Namun profesi Kang Mad bukanlah seorang guru. Saat ini Kang Mad bekerja menjadi asisten suplyer sembako atau bahasa kasarnya adalah kuli panggul sembako.
Membawa jerigen berisi minyak goreng 18 liter, memikul telur satu tali  seberat 15 kg, minyak goreng refil  setengah liter, satu liter bahkan dua liter adalah hal yang biasa Kang Mad  lakukan.
Menenteng tepung terigu 2 ons dan  setengah kg adalah olahraga yang Kang Mad  sering jalani.
Memanggul tepung terigu seberat 25 kg bahkan gula pasir seberat 50 kg adalah aktivitas Kang Mad yang tak bisa dilepas.
Meskipun nama telah bergelar sarjana, Kang Mad tak pernah merasa malu bekerja sebagai kuli panggul sembako. Antar dari satu toko ke toko lainnya, dari pasar satu ke pasar lainnya, dan dari daerah satu ke daerah lainnya.
Apapun pekerjaan
yang kita geluti
yang penting bisa menghasilkan
keluarga bisa happy
Inilah motivasi yang Kang Mad tanamkan dalam diri.
Menulis di Kompasiana
Di tengah kesibukan Kang Mad yang tiap harinya bekerja menjadi kuli panggul sembako, Â tak menyurutkan Kang Mad untuk selalu berkarya menulis di Kompasiana sepulang kerja atau pada malam harinya.
Pekerjaan boleh berat
menulis tetap semangat
Kita boleh lelah
tapi tak boleh menyerah.
Sejak bergabung di Kompasiana tahun 4 Juli 2023 yang lalu hingga saat ini  30 Juni )  Kang Mad telah menelurkan karya tulisan sejumlah 139. Karya tersebut meliputi fiksi, pendidikan, sosial budaya, halo lokal, video dan lainnya.
Pada  tahun 2023 Kompasiana mengadakan program Kilas Balik. Nama Kang Mad ( Ahmad Choliq) berada dalam peringkat 100.
Kang Mad tetap bersyukur meskipun berada dalam peringkat 100. Karena jumlah kompasianer tahun 2023 adalah  4.7 18. 154. Jadi lebih jelasnya, Kang Mad peringkat 100 dari 4.718.154. Itu adalah pencapaian  melalui proses yang panjang.
Kang Mad yakin suatu saat nanti bisa menelurkan sebuah karya berbentuk buku seperti Burhanuddin SJ.
Yang  penting saat ini adalah menulis,
menulis,
dan menulis.
Merajut kenangan melalui tulisan.
Demikianlah artikel ini ditulis. Semoga bisa menjadi motivasi bagi segenap para pembaca di tanah air tercinta untuk senantiasa menulis apa yang kita bisa.
( Grobogan , Minggu 30 Juni 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H