Mohon tunggu...
nurul hamdani
nurul hamdani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna di Balik Nama Sirnarasa atau Sir Narasa

15 Februari 2019   19:51 Diperbarui: 15 Februari 2019   22:04 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua akan memberi nama sesuai dengan keahliannya atau skilnya. 

Abah Anom adalah ahli sastra dan budaya sunda bahkan menguasai 17 pakem pupuh/dangding sunda, seperti Simon, kinanti, dangdanggula Dll menurut Prof Dr Otong (prof sastra sunda unpad) 

Hal ini juga Di katakan dalam buku 1 abad suryalaya atau 100 tahun suryalaya. Dimana Di dalam buku itu berisi tentang siapa abah Anom menurut para ahli Dan budayawan.  Seperti prof juhaya s praja, kh Arif ikhwani, Dr wahfiudin Dan para waktal lainnya. 

Bahkan ada rumor (masih perlu Di buktikan keaslianya) bahwa abah Anom adalah Nabi nya Orang Sunda masih perlu kajian yang dalam. 

Belum Di ketahu tahun berapa. Bahwa pernah suatu waktu Abah Anom mengirim Surat ke KH Muhammad Abdul Gaos S.M (salah satu wakil talqin abah Anom) Di masanya. 

Dimana dalam Surat itu Di tulisakan tentang pemberian nama untuk tempat/paguron/pesantren 

Sirnarasa  

Kembali kepada bahwa Abah Anom adalah ahli sastra dan budaya sunda, dalam bahasa sunda ada kalimat " ci na gelas = air dalam gelas" kemudia ada kata ci na termos = air dalam termos"
Sangu na langseng = nasi dalam dangdang.
Dan masih banyak lagi. Initinya NA Di sana menandakan arti DALAM atau Di dalam. 

Jadi penamaan sirnarasa dapat Di pastikan bahwa itu asal dari kata Sir Na Rasa ( sir dalam rasa)
Tentunya beda dengan kata SIRNA RASA = HILANG RASA .

pada tulisan ini penulis lebih menekankan pada kalimat/kata SIR NA RASA ( Sir anasir dalam rasa) 

Perlu penulisa sampaikan Hal ini karena seeing terjadi polemik masalah penyebutan dalam sir na Rasa, terutama kepada yang masih tanda Petik kepada KH Muhhamda Abdul Gaos SM

Yang sekarang Di percaya sebagai penerus estafet kepemimpinan Tqn PP suryalaya ( yang tentunya dalam Hal ini bukan pada organisasi tapi lebih kepada amaliah TQN) dimana ajaran itu adalah sebuah tuntunan bukan menjadi budaya semata. 

Ajaran akan menjadi tuntunan jika ada orang yang membina (Mursyid)
Ajaran akan jadi budaya semata jika tidak ada (mursyid) 

Wallo Hu A lam. 

Salam Tanbih. 

Oleh : Nurul Hamdani, S.S
( Sarjana Sastra Sunda Unpad) 14 febrruari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun