Mohon tunggu...
Nurul Amelia
Nurul Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN Tematik UNDIP X UNICEF Lakukan Penyuluhan terkait KIPI

1 September 2022   23:34 Diperbarui: 1 September 2022   23:40 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukoharjo -- BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan untuk mengejar cakupan imunisasi yang rendah. Vaksin yang diberikan dalam program BIAN adalah vaksin campak rubella yang menyasar pada anak usia 9 sampai 59 bulan, dan imunisasi kejar untuk anak usia 12 sampai 59 bulan yang status imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib tidak lengkap.

Selama pandemi COVID-19,  terjadi kesenjangan imunitas yang disebabkan menurunnya cakupan imunisasi dasar pada bayi. Sehingga penurunan tersebut perlu dikejar untuk menghindari peningkatan kasus dan kejadian luar biasa di tengah kondisi pandemi ini.

Namun, disamping itu masih banyak orang tua yang khawatir atas adanya imunisasi tambahan vaksin campak dan rubella ini. Para orang tua mengira vaksin ini sama hal nya dengan vaksin COVID-19 yang belakangan ini sangat ramai diperbincangkan. Sehingga para orang tua takut anak mereka mengalami suatu reaksi yang berbahaya pasca di imunisasi.

Oleh karena itu, mahasiswa KKN Tematik Universitas Diponegoro yang bekerja sama dengan UNICEF di Kabupaten Sukoharjo, tepatnya di Desa Kateguhan, Kecamatan Tawangsari mengadakan penyuluhan mengenai KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) dan bagaimana langkah yang harus dilakukan bila terjadi KIPI yang dilakukan secara langsung kepada orang tua yang anaknya menjadi sasaran program BIAN, sebagai langkah untuk mendukung percepatan imunisasi dalam program KEJAR dan BIAN Tahun 2022.


KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) merupakan semua kejadian medis yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan prosedur, co-insiden, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). 

Reaksi yang terjadi dapat berupa nyeri dan bengkak di lokasi suntikan, demam dan muncul bintik-bintik merah di kemudian hari pasca imunisasi, dan dalam KIPI yang serius dapat terjadi anafilaksis.

Dok pribadi
Dok pribadi
Sehingga untuk mencegah terjadinya KIPI, selain dilakukan beberapa langkah pencegahan KIPI akibat reaksi vaksin, kesalahan prosedur, dan reaksi suntikan, perlu juga dilakukannya penyuluhan kepada orang tua terkait KIPI. Tujuannya adalah agar orang tua mengerti apa langkah tindak lanjut yang dapat dilakukan apabila anak mereka mengalami KIPI setelah dilakukannya imunisasi.

Penulis : Nurul Amelia/40011419650063/Akuntansi Perpajakan

DPL :

Dr. dr. Sri Winarni., M.Kes.
Triyono., S.H., M.Kn.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun