Mohon tunggu...
Nurul Chojimah
Nurul Chojimah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung

Hobi: membaca, meneliti, dan menulis. Topik paling diminati: linguistik (bahasa), pendidikan, dan kegiatan sehar-hari.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kereta Malabar dan WFA

5 September 2024   10:32 Diperbarui: 7 September 2024   01:03 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat Duduk di Kelas Premium/dokpri

Kereta sudah menjadi keseharian saya. Dalam sepekan saya bisa tiga atau empat kali mengendarai kereta. 

Jarak kampus dengan rumah yang cukup jauh 'memaksa' saya untuk sangat akrab dengan kereta. Ada beberapa hal yang membuat saya menjadikan kereta sebagai prioritas utama ketika harus ke kampus.

Dari sisi harga, tarif kereta relatif murah. Dengan adanya tarif go show, yaitu harga tiket beberapa puluh persen di bawah harga normal yang biasanya tersedia sekitar 1.5 atau 2 jam sebelum keberangkatan, menjadikan kereta terasa murah. 

Adanya fasilitas inilah maka harga tiket kereta antar kota menjadi sama dengan travel. Saya merasa sangat terbantu dengan fasilitas ini.

Dari sisi waktu, kereta sangat hemat. Malang-Tulungagung yang berjarak sekitar 100 km bisa ditempuh dalam dua jam. Sangat efisien bukan? 

Bandingkan dengan kendaraan roda empat yang butuh waktu hampir empat jam untuk bisa menempuh jarak tersebut. Selain efisien, kereta juga sangat tepat waktu. 

Pengalaman yang saya alami, kereta hampir selalu tepat waktu. Kalaupun ada keterlambatan, biasanya tidak banyak dan masih dalam batas toleransi. Ketepatan waktu ini tentu sangat memudahkan.

Kenyamanan dan kemudahan adalah alasan lain mengapa saya berpindah ke kereta. Nyaman karena saya tidak harus menyaksikan kemacetan jalan. 

Nyaman karena saya tidak harus menyaksikan pengemudi mengatur strategi untuk bisa mengemudikan kendaraan dengan baik dan menaklukkan kerasnya jalan raya. Nyaman karena saya tidak harus merasakan terkocoknya perut akibat jalan yang berkelok-kelok. 

Mudah karena untuk memenuhi kebutuhan logistik selama di perjalanan saya tidak harus berhenti di swalayan lantaran pihak kereta sudah menyediakannya. Everything feels easy.

Malabar adalah salah satu kereta yang sangat sering saya ikuti. Kereta ini dari stasiun Kota Malang berangkat pukul 05.40, dan tiba di Tulungagung pukul 07.38. 

Baik kelas premium (ekonomi) maupun eksekutif gerbongnya sama-sama bersih dengan AC cukup kuat dan TV set di dalamnya. Di kelas premium, jumlah seat sebanyak 80  dibagi menjadi dua arah. 

Separo dari jumlah tersebut menghadap searah dengan keberangkatan kereta dan separo lainya menghadap berlawanan dengan arah kereta alias mundur. 

Memang jadinya agak berspekulasi ketika akan menentukan nomor seat; jika kita beruntung, kita bisa dapat seat yang searah dengan kereta hingga perjalanan tidak terasa mundur. 

Sebaliknya, bisa jadi kita dapat seat yang berlawanan dengan arah kereta sehingga kita harus berjalan mundur. Hal ini tidak terjadi bagi kelas eksekutif. Semua seat searah dengan perjalanan kereta sehingga tidak ada penumpang yang harus berjalan mundur.

Tempat duduk di kelas premium jenisnya recycling seat sehingga memungkinkan bagi pemakai untuk mengaturnya sesuai kebutuhan. Jarak antar seat tidak sempit, namun juga tidak lebar. 

Dengan space yang sedemikian, maka agak sulit bagi kita untuk beraktifitas yang melibatkan property agak besar semisal laptop. Yang bisa kita lakukan dengan leluasa di gerbong premium adalah membaca buku atau ber-HP ria. 

Hal ini berbeda dengan seat di kelas eksekutif. Penumpang bisa leluasa bergerak baik ke depan maupun ke samping karena jarak yang cukup lebar. Penumpang bisa membentangkan kaki ke depan dengan bebas, bahkan di depan masing-masing seat disiapkan pijakan kaki. 

Lebarnya jarak ini memungkinkan penumpang di sebelah kita untuk keluar dengan mudah tanpa harus membuat kita terganggu. Lebarnya jarak antar seat ini juga memungkinkan kita untuk ber-laptop ria tanpa harus membuat penumpang lain terganggu.

Pastikan Penumpang sebelah tidak terganggu/dokpri
Pastikan Penumpang sebelah tidak terganggu/dokpri

Waktu tempuh dua jam saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Di kereta saya bisa menulis, bikin draft tulisan, atau membaca skripsi atau tesis mahasiswa. 

Aktifitas tersebut yang biasanya menjadi pertimbangan saya untuk memilih gerbong premium atau eksekutif. Bila memang ada tugas yang harus disegerakan, maka saya akan pilih eksekutif karena di dalamnya saya bisa ber-WFA alias work from anywhere dengan nyaman.  

Jika tidak ada yang harus disegerakan, maka saya pilih premium karena keramahannya pada kantong.

Ber-WFA alias Work from Anywhere di Gerbong Eksekutif/dokpri
Ber-WFA alias Work from Anywhere di Gerbong Eksekutif/dokpri

Premium dan eksekutif adalah dua pilihan dengan perbedaan yang sangat jelas, alias tidak terkaburkan. Keduanya menawarkan kenyamanan yang berbeda karena keduanya mewajibkan harga yang berbeda kepada penumpang. Ungkapan Jawa ana rega ana rupa adalah benar adanya.      

Malang, 5 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun