Kelahiran dan pernikahan adalah dua peristiwa besar yang menjadi misteri bagi manusia. Kita tidak tahu kapan jodoh kita hadir, hingga kita juga tidak tahu kapan kita akan menghelat pesta pernikahan. Kita juga tidak tahu kapan kita lahir hingga kita tidak tahu kapan pesta penyambutan kehadiran kita di dunia akan digelar.Â
Bagaimana jika dua peristiwa misterius tersebut terjadi pada kita dalam sehari? Itulah yang saya alami. Saya mantu (menikahkan) putri kedua dan menerima kehadiran cucu dari putri pertama di hari yang sama.
Persiapan pernikahan putri kedua saya, Ophik, dengan Fauzi tergolong sangat cepat dengan waktu yang sangat mepet. Dalam waktu kurang lebih hanya dua bulan, kami menyiapkan segala sesuatunya. Mepetnya waktu dan dengan beberapa pertimbangan lain, maka kami putuskan untuk menggunakan tasyakuran sebagai konsep pesta pernikahan. Dengan konsep tersebut, maka acara kami kemas dengan sederhana, tanpa pesta, dan tanpa menerima uang sumbangan (buwuhan). Khidmatnya acara adalah yang ingin kami ciptakan.
Acara digelar tanggal 28 April 2024 hari Ahad di Masjid AR Fachruddin Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak banyak tamu yang datang. Hanya sekitar 150-an hadirin, yang terdiri dari keluarga inti, saudara kandung saya dan suami beserta keluarga inti mereka, sahabat sangat dekat, keluarga besan, dan sahabat dekat dari mempelai. Tidak banyak mata acara yang tersaji mengingat terbatasnya waktu. Sebelum akad nikah ada ada beberapa acara yang sifatnya seremonial yaitu temu manten dan penyerahan seserahan yang dipimpin oleh MC dan WO.Â
Akad nikah sebagai acara inti diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan digenapi dengan khutbah nikah, doa dan sungkeman. Dengan terbatasnya mata acara, maka kesepakatan dengan pihak masjid untuk selesai pukul 11.00 bisa ditepati sehingga tidak ada jamaah dhuhur yang terganggu.
Hadirnya hampir semua undangan yang kami undang serta mulusnya acara tidak bisa membuat saya sepenuhnya happy karena putri pertama dan suaminya tidak berada di tengah-tengah acara tersebut. Keduanya sedang menunggu detik-detik kelahiran putra pertama yang HPL-nya menurut perkiraan dokter beberapa hari sebelumnya. Pernikahan putri kedua di saat sang kakak sedang menunggu detik-detik melahirkan membuat pikiran saya terbelah. Keterbelahan pikiran saya tutupi dengan tetap tersenyum sehingga para tamu tidak bisa menangkap kegalauan saya.
Menjelang pukul 11.00 lokasi acara sudah steril dan sebagian besar tamu sudah bergegas pulang. Untuk sesaat saya lega karena satu tugas besar sudah tertunaikan dengan sangat baik. Tugas berikutnya adalah menyambut kelahiran si jabang bayi.Â
Dengan penuh rasa dag dig dug seperti yang saya alami ketika menyaksikan akad nikah pagi harinya, kami berangkat ke Rumah Sakit Melati Husada Malang untuk mendampingi putri pertama. Sebelum kami sampai di RS, kami mendapat kabar bahwa persalinan telah terjadi, dan bayinya perempuan.Â
Alhamdulillah,...lega sekali rasanya. Ketegangan seharian berakhir sudah. Puji Syukur saya panjatkan tiada henti kehadirat Allah SWT atas semua karunia yang saya terima: menantu dan cucu yang saya terima dalam sehari.
Di tengah-tengah kebahagiaan tersebut saya tersadar bahwa setelah ini akan ada proses penyesuaian yang tidak bisa dianggap sepele. Kehadiran menantu yang akan 'mengambil' putri kedua saya harus saya sikapi dengan sangat bijaksana. Kedekatan saya dengan putri kedua yang bak sate dengan tusuknya menjadikan 'pengambilan' putri kedua terasa berat secara emosi. Hati dan pikiran harus berjalan seimbang supaya perpisahan yang sudah menjadi keniscayaan ini berjalan dengan mulus tanpa derai air mata.Â
Begitupun juga hadirnya cucu. Hadirnya bayi setelah fakum dua puluh tujuh tahun tidak bisa serta merta berterima secara mulus. Suara tangis dan 'drama-drama' lain baik di siang hari maupun tengah malam tentunya perlu proses untuk bisa berterima. Hadirnya benda-benda khas bayi di rumah tentunya sedikit mengejutkan pikiran dan perlu penyesuaian untuk menerimanya.
Alhamdulillah, proses penyesuaian itu sudah berlalu. Saya sudah bisa berdamai dengan ketidakhadiran putri kedua di samping saya. 'Drama-drama' kecil khas bayi pun sudah menjadi bagian dari kehidupan saya saat ini. Kehadiran menantu dan cucu dalam kehidupan saya sangatlah saya syukuri. Kehadiran keduanya menggenapi semua nikmat yang telah Allah berikan. Semoga mereka senantiasa merak ati dan ke depan mereka bisa menjadi pemimpin orang-orang beriman. Aamiin..
Malang, 27 Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H