Mohon tunggu...
Nurul Chojimah
Nurul Chojimah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung

Hobi: membaca, meneliti, dan menulis. Topik paling diminati: linguistik (bahasa), pendidikan, dan kegiatan sehar-hari.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Amancu alias Anak, Mantu, dan Cucu

27 Juli 2024   20:50 Diperbarui: 28 Juli 2024   06:12 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akad Nikah dan serangkaian acara yang melngirinya (Koleksi Satrio)

Kelahiran dan pernikahan adalah dua peristiwa besar yang menjadi misteri bagi manusia. Kita tidak tahu kapan jodoh kita hadir, hingga kita juga tidak tahu kapan kita akan menghelat pesta pernikahan. Kita juga tidak tahu kapan kita lahir hingga kita tidak tahu kapan pesta penyambutan kehadiran kita di dunia akan digelar. 

Bagaimana jika dua peristiwa misterius tersebut terjadi pada kita dalam sehari? Itulah yang saya alami. Saya mantu (menikahkan) putri kedua dan menerima kehadiran cucu dari putri pertama di hari yang sama.

Persiapan pernikahan putri kedua saya, Ophik, dengan Fauzi tergolong sangat cepat dengan waktu yang sangat mepet. Dalam waktu kurang lebih hanya dua bulan, kami menyiapkan segala sesuatunya. Mepetnya waktu dan dengan beberapa pertimbangan lain, maka kami putuskan untuk menggunakan tasyakuran sebagai konsep pesta pernikahan. Dengan konsep tersebut, maka acara kami kemas dengan sederhana, tanpa pesta, dan tanpa menerima uang sumbangan (buwuhan). Khidmatnya acara adalah yang ingin kami ciptakan.

Acara digelar tanggal 28 April 2024 hari Ahad di Masjid AR Fachruddin Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak banyak tamu yang datang. Hanya sekitar 150-an hadirin, yang terdiri dari keluarga inti, saudara kandung saya dan suami beserta keluarga inti mereka, sahabat sangat dekat, keluarga besan, dan sahabat dekat dari mempelai. Tidak banyak mata acara yang tersaji mengingat terbatasnya waktu. Sebelum akad nikah ada ada beberapa acara yang sifatnya seremonial yaitu temu manten dan penyerahan seserahan yang dipimpin oleh MC dan WO. 

Akad nikah sebagai acara inti diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan digenapi dengan khutbah nikah, doa dan sungkeman. Dengan terbatasnya mata acara, maka kesepakatan dengan pihak masjid untuk selesai pukul 11.00 bisa ditepati sehingga tidak ada jamaah dhuhur yang terganggu.

Hadirnya hampir semua undangan yang kami undang serta mulusnya acara tidak bisa membuat saya sepenuhnya happy karena putri pertama dan suaminya tidak berada di tengah-tengah acara tersebut. Keduanya sedang menunggu detik-detik kelahiran putra pertama yang HPL-nya menurut perkiraan dokter beberapa hari sebelumnya. Pernikahan putri kedua di saat sang kakak sedang menunggu detik-detik melahirkan membuat pikiran saya terbelah. Keterbelahan pikiran saya tutupi dengan tetap tersenyum sehingga para tamu tidak bisa menangkap kegalauan saya.

Menjelang pukul 11.00 lokasi acara sudah steril dan sebagian besar tamu sudah bergegas pulang. Untuk sesaat saya lega karena satu tugas besar sudah tertunaikan dengan sangat baik. Tugas berikutnya adalah menyambut kelahiran si jabang bayi. 

Dengan penuh rasa dag dig dug seperti yang saya alami ketika menyaksikan akad nikah pagi harinya, kami berangkat ke Rumah Sakit Melati Husada Malang untuk mendampingi putri pertama. Sebelum kami sampai di RS, kami mendapat kabar bahwa persalinan telah terjadi, dan bayinya perempuan. 

Alhamdulillah,...lega sekali rasanya. Ketegangan seharian berakhir sudah. Puji Syukur saya panjatkan tiada henti kehadirat Allah SWT atas semua karunia yang saya terima: menantu dan cucu yang saya terima dalam sehari.

Di tengah-tengah kebahagiaan tersebut saya tersadar bahwa setelah ini akan ada proses penyesuaian yang tidak bisa dianggap sepele. Kehadiran menantu yang akan 'mengambil' putri kedua saya harus saya sikapi dengan sangat bijaksana. Kedekatan saya dengan putri kedua yang bak sate dengan tusuknya menjadikan 'pengambilan' putri kedua terasa berat secara emosi. Hati dan pikiran harus berjalan seimbang supaya perpisahan yang sudah menjadi keniscayaan ini berjalan dengan mulus tanpa derai air mata. 

Begitupun juga hadirnya cucu. Hadirnya bayi setelah fakum dua puluh tujuh tahun tidak bisa serta merta berterima secara mulus. Suara tangis dan 'drama-drama' lain baik di siang hari maupun tengah malam tentunya perlu proses untuk bisa berterima. Hadirnya benda-benda khas bayi di rumah tentunya sedikit mengejutkan pikiran dan perlu penyesuaian untuk menerimanya.

Kehadiran sikecil menggenapi semuanya (Koleksi Pribadi)
Kehadiran sikecil menggenapi semuanya (Koleksi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun