Mohon tunggu...
Nurul Chojimah
Nurul Chojimah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung

Hobi: membaca, meneliti, dan menulis. Topik paling diminati: linguistik (bahasa), pendidikan, dan kegiatan sehar-hari.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"PPL" di Hadapan Asesor LAMDIK

4 Agustus 2023   08:41 Diperbarui: 2 Juli 2024   21:15 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rencana Pembelajaran Semester Matkul Pragmatics in ELT (Dokumentasi Pribadi)

'PPL' di Hadapan Asesor LAMDIK

         

'PPL' di Hadapan Asesor LAMDIK

          Tahun 1993, kala itu saya masih sangat belia. Saya belum tamat S1. Saya masih semester enam. Saat itulah saya mengikuti Program Praktek Lapangan (PPL) di SMA Negeri Bondowoso. Saya mengajar siswa kelas II. Dengan tanpa pengalaman mengajar, maka hari mengajar terasa berat bagi saya. Mengajar sekitar 40 siswa dan disaksikan oleh guru pamong (Ibu Ninuk Indarini, B.A) dan dosen pembimbing (Bapak Drs. Sugeng Ariyanto, M.A) adalah ‘sesuatu’ bagi saya.  Grogi, panas dingin, dan suara agak parau adalah respons fisik dan psikis terhadap situasi yang penuh ‘sesuatu’ saat  itu.

           Dengan penuh perjuangan, akhirnya PPL block system, yaitu PPL yang mengharuskan praktikan berada di sekolah selama satu semester penuh tersebut bisa saya lalui dengan sempurna. Saya mendapat nilai A di matakuliah berkredit 4 tersebut, dan itu membuat saya happy.  Saya sangat berterimakasih terhadap semua siswa yang saya ajar, Ibu Ninuk sebagai guru pamong, dan Bapak Sugeng sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saya pengalaman yang sangat berharga.

          Tiga dekade berikutnya, tepatnya tahun 2023, ketika saya sudah setengah baya, saya mendapatkan tugas dengan situasi yang hampir serupa dengan PPL kala itu. Kali ini saya harus praktek mengajar di depan mahasiswa S2 prodi Pendidikan Bahasa Inggris, dan bukan remaja belasan tahun seperti PPL waktu S1. Saya tidak diawasi oleh guru pamong dan dosen pembimbing lapangan, tetapi saya dimonitor oleh dua asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan (LAMDIK): Prof. Anam Sutopo, S.Pd., M. Hum. (Universitas Muhammadiyah Surakarta) dan Basikin, S. Pd., M. Phil., M. Ed., Ph.D. (Universitas Negeri Yogyakarta). Meski bahasa pengantar yang saya pakai adalah Bahasa Inggris, tetapi saya tidak mengajar Bahasa Inggris seperti kala PPL, melainkan Pragmatics in English Language Teaching (ELT). Praktek mengajar yang saya demokan bukan dalam rangka PPL, melainkan untuk memenuhi salah satu ‘rukun’ dalam asesmen lapangan (AL) akreditasi oleh LAMDIK.

           Dengan berbekal mandat dari Kaprodi Magister Tadris Bahasa Inggris UIN SATU Tulungagung, saya menjalankan tugas sebagai dosen model dalam asesmen lapangan akreditasi prodi. Saya siapkan segala sesuatunya. Hal pertama yang saya lakukan adalah pemilihan materi. Diantara sekian banyak materi yang saya ajarkan di matkul Pragmatics in ELT, saya pilih topik speech act (SA). LAMDIK mensyaratkan bahwa topik yang didemokan adalah topik yang sudah pernah dijadikan bahan riset oleh dosen pengajar. Disertasi saya tentang speech act of disagreement, dan beberapa penelitian saya lainnya juga tentang SA. Berbekal syarat dari LAMDIK dan penelitian yang sudah saya lakukan, maka dengan mantap saya memilih SA sebagai topik.

         Tidak banyak yang saya siapkan untuk mengajar topik ini karena topik ini sudah saya ‘tayangkan’ beberapa minggu sebelumnya. Power point materi masih tersimpan rapi. Saya hanya menyesuaikan durasinya saja. Materi yang awalnya saya siapkan dengan bobot 3 sks, untuk keperluan AL ini harus saya pangkas menjadi 1 SKS (sekitar 50-60 menit). Pada awalnya terbersit keinginan untuk men-design kelas sedemikian rupa supaya terkesan sempurna. Terbersit rencana untuk menyiapkan pertanyaan yang harus mahasiswa ajukan supaya kelas terkesan aktif. Niat tersebut akhirnya saya urungkan. Saya berpikir bahwa sesuatu yang natural jauh lebih baik daripada yang artificial. Saya akan biarkan semuanya berjalan sealami mungkin. Saya akan pancing dengan beberapa pertanyaan, dan saya yakin mahasiswa bisa merespons sesuai yang saya harapkan.

            Mengingat saya ingin menunjukkan kepada asesor apa yang sebenarnya saya lakukan dalam keseharian, maka saya putuskan ada mahasiswa yang presentasi reading report sebelum saya tampil. Dalam mengajar mahsiswa S2, mahasiswa selalu saya tuntut untuk mempresentasikan ringkasan hasil bacaannya, dan setelah itu saya akan memberikan penguatan, meluruskan yang kurang lurus, dan menambahkan hal-hal yang kurang. Situasi seperti ini yang akan saya demokan di depan asesor, dan karenanya saya pilih seorang mahasiswa untuk presentasi. Saya pilih mahasiswa saya Rasikun Kuncoro Sakti untuk presentasi ringkasan hasil bacaannya tentang SA. Mengapa harus Rasikun? Pertama, dia salah satu yang presentasi tentang SA ketika materi tersebut saya ajarkan hingga saya yakin dia lebih siap dari yang lain. Kedua, public speaking-nya lumayan bagus. Saya berkeyakinan bahwa tampilnya Rasikun bisa melengkapi penampilan saya.

          Hari kedua AL adalah hari yang disepakati untuk praktek mengajar. Ada 11 mahasiswa yang hadir, dan dua asesor yang memonitor. Kelas saya awali dengan menyebutkan tujuan pengajaran topik SA. Salah satu tujuannya adalah mahasiswa mampu menghubungkan pengetahuan tentang SA dan pernak perniknya dengan ELT dan mereka mampu menemukan topik untuk riset tesis mereka. Setelah itu saya mereview materi sebelumnya, dan setelah itu saya menyilakan Rasikun Kuncoro Sakti untuk presentasi selama kurang lebih 10 menit. Fase ini berjalan cukup lancar. Tidak ada kendala yang berarti.

Rasikun Kuncoro Sakti (Dokumen Pribadi)
Rasikun Kuncoro Sakti (Dokumen Pribadi)

         Setelah itu, giliran saya menjelaskan SA dengan beberapa aspeknya. Sangat lancar. Suasana interaktif bisa tercipta secara alami. Pertanyaan spontan yang saya ajukan direspons dengan antusias oleh mahasiswa. Saya tidak saja memancing diskusi tentang SA, tetapi juga tentang pengetahuan Bahasa Inggris mereka. Saya tanya kepada mereka makna beberapa kata yang saya munculkan di slide. Saya juga menguji pengetahuan kebahasaan mereka dengan mengeja beberapa kata secara salah. Dalam keseharian, hal-hal kecil seperti ini secara konsisten saya lakukan untuk memastikan bahwa mereka tidak akan melakukan kesalahan serupa. Diskusi tentang SA dipadu dengan diskusi tentang bahasa menjadikan kelas linguistik menjadi hidup dan tidak kering. Metode mengajar ceramah alias lecturing yang saya bawakan menjadi interaktif dan tidak monoton. Saya sangat menikmati kegiatan ini, dan bahkan saya tidak terlalu ingat kalau ada dua asesor yang sedang memantau setiap ucap dan sikap saya. Praktek mengajar ini saya tutup dengan mendengarkan rangkuman dan kesimpulan yang dibuat oleh beberapa mahasiswa.

Atmosfir Interaktif yang saya bangun dengan mahasiswa (Dokumen Pribadi)
Atmosfir Interaktif yang saya bangun dengan mahasiswa (Dokumen Pribadi)

          Dengan terselesaikannya demo mengajar, saya meminta dua asesor untuk memberi komentar terhadap performa saya. Keduanya berkomentar bahwa secara umum cara mengajar saya sudah bagus karena bisa menciptakan suasana interaktif dan saya tidak terlalu dominan. Menurut kedua asesor, ada dua kekurangan yang tidak saya lakukan, yaitu pertama, tidak mengkaitkan topik yang saya bawakan dengan riset, dan ini berarti tidak sesuai dengan tujuan pengajaran yang saya sampaikan di awal pembelajaran. Menanggapi ini, saya sampaikan bahwa tujuan pembelajaran yang saya sampaikan di awal berlaku untuk satu topik, bukan untuk satu pertemuan. Mengingat SA belum saya sampaikan secara utuh dan perlu pertemuan selanjutnya untuk menuntaskannya, maka saya merasa tidak perlu menghubungkannya dengan riset. Saya tegaskan bahwa saya akan mengkaitkan SA dengan riset di saat topik tersebut sudah tuntas. Alasan ini bisa diterima oleh asesor. Kedua, saya tidak mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi di akhir perkuliahan. Menurut asesor, refleksi adalah tahapan yang sangat penting untuk perbaikan pengajaran berikutnya. Saya mengakui bahwa refleksi tidak saya lakukan. Saya berpikir bahwa cukup bagi mahasiswa untuk merangkum dan menyimpulkan materi yang saya sampaikan. Kemampuan mereka membuat rangkuman dan kesimpulan yang tepat menunjukkan sejauh mana mereka menyerap materi. Selama ini mahasiswa saya ajak merefleksi proses pembelajaran di akhir semester, dan bukan di setiap akhir jam pelajaran. Atas komentar tentang kekurangan ini, saya sampaikan terimakasih kepeada kedua asesor.

Mendengarkan Komentar  Bapak Basikin, S. Pd., M. Phil., M. Ed., Ph.D (Dokumen Pribadi)
Mendengarkan Komentar  Bapak Basikin, S. Pd., M. Phil., M. Ed., Ph.D (Dokumen Pribadi)

            Ya,…pada akhirnya saya setuju dengan asesor bahwa refleksi seharusnya dilakukan di setiap akhir kegiatan. Pengalaman tidak bisa menjadi guru terbaik bila pengalaman tersebut dibiarkan menguap tanpa adanya refleksi. Berangkat dari sini, maka saya merefleksi diri bagaimana saya menjalankan amanah sebagai dosen model dalam akreditasi prodi kali ini. Pertama,  tugas ini sangat relate dengan saya. Hati dan pikiran saya sangat condong dengan aktivitas akademik semisal tulis menulis dan sharing pengetahuan termasuk mengajar, maka ketika saya  ditugasi oleh Kaprodi untuk praktek mengajar dalam rangka AL akreditasi, saya merasa sangat ringan dan tanpa ada rasa beban sama sekali. “This is my passion”, begitu gumam saya dalam hati ketika tugas itu disampaikan kepada saya. Kedua, tugas ini memberi kesempatan kepada saya untuk berbuat sesuatu terhadap Prodi, dan ini membuat saya merasa empowered alias berdaya karena bisa berbuat sesuatu. Perasaan empowered selanjutnya menjadi energi positif yang bisa menghasilkan banyak kebaikan lainnya. Untuk itu saya sampaikan terimakasih kepada Kaprodi, mahasiswa dan asesor yang telah berhasil menciptakan the feeling of being empowered and the feeling of accomplishment pada diri saya. Ketiga, sudahkah amanah ini tertunaikan dengan sempurna? Berkaca pada apa yang sudah saya lakukan, saya sampai pada kesimpulan bahwa tugas sudah tertunaikan, tetapi kesempurnaan masih jauh dari gapaian. Untuk itu, permohonan maaf dengan tulus saya sampaikan......

Berpose sejenak dengan asesor setelah semua 'rukun' AL terlaksana (Dokumen Pribadi)
Berpose sejenak dengan asesor setelah semua 'rukun' AL terlaksana (Dokumen Pribadi)

Malang, 3 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun