Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Internetnya Indonesia Menyatukan Kami Berlima

10 April 2022   22:57 Diperbarui: 28 April 2022   03:35 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan keempat adik yang berbeda kota domisili

Saya anak sulung dari lima bersaudara, memiliki empat adik yang tinggal di kota-kota berbeda. Saya di kota Medan, adik nomor 2, wiraswasta di Sibolga, meski masih sama-sama Provinsi Sumatera Utara namun waktu tempuh Medan-Sibolga kurang lebih 8 jam, persis seperti Jakarta-Surabaya. 

Adik nomor tiga, bertugas sebagai hakim di Aceh, juga berjarak seumpama Jakarta-Surabaya lebih satu jam. Adik nomor empat ikut suaminya di Pulau Belitung, dan adik bungsu PNS di Kemenkes, ditempatkan di Cianjur, Jawa Barat. Kebetulan orang tua sudah tiada, ibu wafat, seminggu sebelum masuknya bulan Ramadhan 1434 atau tahun 2013. Sementara ayahanda menyusul lima tahun kemudian tepat di subuh Jumat Ramadhan 1439 atau 1 Juni 2018.

Waktu ibunda berpulang kami masih berkumpul secara rutin di rumah ayah, rumah masa kecil kami berlima. Namun setelah keduanya meninggal dunia, rumah kosong sebab masing-masing kami sudah memiliki rumah tinggal atau rumah dinas sesuai pekerjaannya dan satu per satu meninggalkan kota Medan tercinta. 

Tinggal saya sendiri sebab di kota inilah saya dan suami bekerja. Akhirnya jika ada momen seperti hari raya idulfitri dan iduladha, adik-adik berkumpul di rumah saya. Tadinya di rumah besar milik kami berlima yaitu rumah orang tua. 

Namun berhubung lokasinya jauh dari kota, agak sulit dijangkau semua yang tiba dari luar kota, maka rumah besar disewakan ke orang lain. Agar tetap terjaga dan tidak rusak begitu saja dimakan usia.

Batal Berkumpul Karena Covid-19

Lebaran tahun 2020 lalu kami berlima janjian ingin berkumpul semuanya di rumah saya. Rencananya jika tidak ada halangan, masih dikasih umur, rezeki, dan kelapangan waktu, untuk tahun-tahun kedepannya akan dilaksanakan secara bergiliran. Tahun 2021 di rumah adik saya yang di Sibolga, tahun 2022 di tempat adik nomor tiga di Aceh, tahun 2023 di Pulau Belitung, dan pada tahun 2024 di Cianjur. 

Manusia hanya berencana Allah SWT jua yang menentukan. Merebaknya wabah Covid-19 per Maret 2020 membatalkan dan menunda semua rencana kami. Rasanya sedih di saat takbir berkumandang, meriahnya hari raya idulfitri adik-adik tidak ada yang pulang ke Medan. Bercengkerama bertukar kabar sebab selama setahun ini kami hanya saling membalas pesan di grup obrolan. Demi mematuhi protokol kesehatan yang diumumkan pemerintah, di antaranya membatasi mobilitas dan menjauhi kerumunan, akhirnya kami berlima sepakat memutuskan untuk stay at home pada lebaran waktu itu. 

Demikian pula keluarga suami saya, kebetulan tujuh bersaudara, namun tidak ada yang berdomisili luar kota, namun karena sebagian jalan-jalan di kota ditutup untuk membatasi mobilitas warga masyarakat, akhirnya suami dan saudara-saudaranya juga batal berkumpul di rumah kakak tertua.

Internet Menyatukan Kami Semua

Solusi yang diambil dari batalnya temu silaturahmi pada saat lebaran dua tahun lalu adalah kami bertatap maya melalui panggilan video. Adik saya yang paling kecil berinisiatif untuk melakukan pertemuan daring tersebut. 

Ketika kami video call-an
Ketika kami video call-an

Ia mengadakan panggilan grup di WhatsApp, sehingga masing-masing anggota tinggal bergabung saja dalam video call grup tersebut. Sebelumnya sejak lama kami berlima memang sudah membentuk Grup WhatsApp dengan saya sebagai adminnya.

Ternyata internet menyatukan kami semua yang terpisah di lima kota berbeda. Medan, Sibolga, Aceh, Belitung, dan Cianjur berjumpa dalam satu layar ponsel. Ada rasa haru yang membuncah kala menatap ke monitor HP, kepingan raut wajah orang tua yang tersirat tampak dari muka saudara-saudara kandung. Alhamdulillah internet stabil IndiHome memfasilitasi pertemuan daring kami.

Bahkan sempat bercanda ria juga dengan keponakan bahwa salam tempel atau amplop hari rayanya cuma bisa ditunjukkan melalui online. Meski ada menyeletuk, bukankah bisa ditransfer melalui rekening bank atau dompet digital, hehe. Tetap kalah seru dengan memberikannya secara langsung.

Kesimpulan

Bersyukur sekali ada dukungan internet menyatukan kami berlima yang tinggal jauh, terpisah secara fisik. Alhamdulillah rasa kangen dengan saudara-saudara kandung bisa terobati dengan melakukan panggilan video dalam Grup WhatsApp. Meski kami video call-an tidak hanya pada saat hari raya, setiap muncul rasa ingin ngobrol bareng, tinggal ambil ponsel, dan mengajak panggilan video Bersama.

Terima kasih, IndiHome, internet menyatukan kami semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun