Mohon tunggu...
Nurhilmiyah
Nurhilmiyah Mohon Tunggu... Penulis - Bloger di Medan

Mom blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antre Saja Berat

10 April 2018   20:36 Diperbarui: 11 April 2018   07:30 2779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang tadi di sela jam mengajar saya mampir ke ATM depan kampus. Ada keperluan mentransfer sejumlah uang yang 'due date'-nya hari ini . Tampak sudah ada empat orang berderet di depan saya. Tepat sebelum saya ada ibu kira-kira usia limapuluhan dengan pakaian kerja sepertinya, komplit mengenakan high heels tujuh sentimeter. 

Di depannya berderet anak-anak muda, ada mahasiswa dan ada pula penjual kartu internet yang biasa berjualan di seberang kampus. Si ibu mencondongkan kepalanya melihat ke ATM. Setelah orang kedua selesai, eh tiba-tiba tanpa ba-bi-bu ia membuka pintu kaca dan langsung memasukkan kartunya. 

Mahasiswa yang semestinya giliran dia menggunakan anjungan itu, terlihat heran dan bergumam pada kami, "Wah, ibunya gak mau antre, ya." Karena ia berkata sambil tersenyum, kami di belakangnya juga tak ambil pusing, cuma geleng-geleng kepala saja sambil terus tak berhenti menatapnya.

Saat ia keluar dengan cueknya, saya yang memberikan komentar. "Ibu gak antre tadi ya." Sudah diduga ia cuma melengos pergi. Tapi setidaknya hati kecilnya pasti membenarkan ucapan itu. Sebagai senior dari segi usia, dibandingkan para pengantre lainnya, seharusnyalah si ibu menahan dirinya untuk tidak menyerobot antrean. Toh tidak sampai mengular. Hanya beberapa orang. 

Contoh tidak baik yang terpampang mata di depan generasi muda, bahwa boleh-boleh saja ibu-ibu dengan alasan sudah tua, buru-buru, punya hak didahulukan dalam antrean. Siapa pun dia wajib bersabar saat berada dalam antrean. Kecuali orang lain yang mempersilakan duluan. Misalnya karena iba melihat lansia, kaum disabilitas, ibu hamil, ibu menyusui yang bayinya menangis dalam gendongan. 

Dari perilaku ibu yang malas antre tersebut, seolah menjadi cerminan bagi orang lainnya khususnya generasi muda, bahwa pendidikan etika dan moral jauh lebih dibutuhkan bagi peserta didik daripada sekadar ilmu pengetahuan. 

Itu sebabnya pendidikan anak usia dini di Australia lebih menekankan penguasaan sikap sabar mengantre daripada pintar pada pelajaran Matematika. Sebab dalam waktu tiga bulan pendidikan intensif, anak yang kurang pandai dapat menguasai pelajaran Matematika. 

Perlu diketahui bahwa tidak setiap anak akan membutuhkan Matematika dalam pekerjaannya kelak. Kecuali operasi hitung dasar, Kabataku (Kali Bagi Tambah Kurang). Ada yang berprofesi sebagai seniman, penari, atlet, pelukis, penyanyi yang tidak butuh memecahkan soal-soal Trigonometri dalam pekerjaan kesehariannya.

Sebaliknya tidak demikian dengan pelajaran etika dan moral. Sepanjang hidupnya anak akan terus menerus perlu memahami dan menerapkannya. Dari perilaku sederhana, antre, sederet pelajaran hidup dapat diraih. Anak akan belajar tentang manajemen waktu. Jika tak ingin memperoleh giliran paling belakang, maka mesti bijak mengatur waktu. 

Antre juga melatih kesabaran, bahwa untuk meraih sesuatu itu memerlukan pengorbanan, salah satunya mengalokasikan waktu beberapa saat. Antre juga memberi ruang kreativitas bagi anak untuk mengisi selang waktu menunggu giliran dengan melakukan hal yang bermanfaat. Membaca buku, membuat tulisan, atau berbincang-bincang dengan pengantre lainnya.

Jadi amat sangat disayangkan jika ibu tadi itu mengabaikan antre dalam kesehariannya. Kemungkinan besar saat si ibu masih berusia dini, ia luput mendapatkan pengalaman antre. Kalau antre yang aktivitas kecil saja sudah berat, apalagi kegiatan-kegiatan besar yang dapat menentukan baik buruknya suatu bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun