Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amanda Todd, Afi dan Bullying

13 Juli 2017   15:34 Diperbarui: 15 Juli 2017   05:04 2413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah nyata yang diunggah langsung oleh Amanda Todd (15 tahun), gadis korban cyberbullying yang memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri pada tahun 2012 lalu. Amanda ditemukan meninggal (bunuh diri) pada 10 Oktober 2012, setelah mengalami depresi berkepanjangan akibat kasus bullying yang menimpanya.

Sebelum bunuh diri, ia mengunggah video terakhirnya di Youtube. Video ini seakan sengaja ia sampaikan sebagai pesan terakhirnya kepada dunia. Mengenai kisah hidupnya, dan penderitaannya yang tiada akhir. Bukan video yang layak kita ikuti, tentu saja. Namun, setidaknya, kita bisa mengambil pelajaran dari kasus bullying terhadap Amanda Todd. Bahwa bullying tidaklah sepele. Dampaknya bisa sangat serius. Bahkan hingga berakibat pada kematian orang lain.

Merujuk pada kasus Amanda Todd, yang terlena oleh bujuk rayu seseorang yang ia ajak berinteraksi secara online. Rayuan yang membuatnya bersedia menunjukkan bagian pribadinya (dada). Ia sadar bahwa ia telah berbuat kesalahan. Namun foto telanjang dada-nya telah terlanjur disebarluaskan oleh orang tersebut.

Amanda Todd, seorang gadis belia, memperoleh tekanan terus menerus oleh penerror dan pembully-nya. Di saat polisi mendatangi rumahnya pada tahun 2010 terkait tersebarnya foto-fotonya tersebut di internet, Todd mulai tenggelam dalam kecemasan dan depresi.


Meski kemudian Ia dan keluarga berpindah tempat tinggal, bully dan terror terus ia alami. Bahkan semakin membuatnya tertekan. Cyberbullying maupun bullying di dunia nyata terus menerus ia alami. Di situlah ia mulai terjebak dalam obat-obatan dan alkohol.

Video yang ia unggah berdurasi singkat, tak sampai 10 menit. Namun pesan yang ia coba sampaikan sangatlah mengguncang kesadaran kita semua. Betapa bahaya bullying begitu besar bagi kita semua.


Kasus Amanda Todd memang telah terjadi beberapa tahun lalu, namun betapa banyak duka, luka, dan trauma yang terjadi karenanya. Terutama bagi keluarga, dan orang-orang terdekatnya, tentu. Namun, berdasarkan kajian bullying, dampak buruk bullying juga menimpa para pembullydan juga para bystanders yakni mereka yang diam dan tak mau berbuat apapun untuk mencegahnya.

Dan kini kasus Amanda Todd kembali menyeruak, seiring dengan diunggahnya video yang oleh beberapa kalangan dianggap serupa dengan video yang diunggah Olek terkait kasus Amanda. Video yang ini, diunggah oleh seorang remaja berusia 18 tahun yang biasa dipanggil Afi. Dan kita bisa lihat bullying yang dilakukan netizen terhadap Afi mengalir kuat.

Lalu, apa yang menarik dalam kasus ini?

Bagi saya, yang menarik adalah bahwa pesan antibullying (khususnya cyberbullying) yang dibawa oleh Amanda Todd, yang merupakan sebuah pesan terakhir darinya, seakan lenyap tidak bermakna. Mengapa? Karena para netizen justru mempergunakan video unggahan Olek terkait kasus Amanda Todd untuk melakukan cyberbullying terhadap Afi.

Pahamkah para netizen, betapa bahayanya apa yang sedang terjadi ini?

Jujur, saya tidak mengenal keduanya. Baik Amanda maupun Afi. Dan saya tidak hendak membela salah satu ataupun keduanya dalam satu atau lebih hal yang terjadi dalam hidup mereka. Namun, saya hanya mengajak kita merenung sejenak mengenai bahaya cyberbullying ini.

Dengarkan Amanda Todd! Resapi pesan terakhirnya! Stop Cyberbullying, Now!


Mari kita renungkan

Waalahu a'lam bishawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun