Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Peluk

7 Februari 2017   06:24 Diperbarui: 7 Februari 2017   08:20 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukan kau betapa ingin ku memelukmu sepanjang waktu

Menyelimutimu dengan cinta

Memberimu damai dalam dunia yang terlalu bising

Saat sorot matamu bertanya

Mengapa manusia bisa begitu kejam pada sesama

Aku hanya bisa tertunduk

Menghirup udara bumi yang kian tercemari

Lalu menghembusnya kuat-kuat

Berharap kau mengerti makna diamku

Anakku,

Mungkin perlahan kau mulai tahu

Tak semua tanyamu bisa kujawab

Dan tak setiap waktu

Mama bisa memeluk dan melindungimu

Namun setiap Mama, semua Ibu, atau apapun kamu menyebutnya

Terukir sumpah di dadanya

Tak akan ada kata menyerah

Meski terkadang lelah

Berjuang untukmu, anak-anakku

Biar lentera harap terkadang menggelap

Walau dunia seakan tertawa angkuh

Kalaupun hawa jahat seakan kian mencekam

Aku dan semua yang kau panggil ibu

Akan setia menjagamu

Menyalakan lentera di matamu, tiap kali ia padam

Merajut mantel perlindungan untukmu dari tiap helai doa yang kurapal di malam hening

Mengabadikan pelukan melalui kehangatan cinta yang membalutmu dengan cahaya

Hiduplah dengan baik, anakku

Berdirilah dengan kokoh

Menjulanglah setinggi langit biru,

Namun hujamkan akarmu kuat menggenggam bumi yang semakin tua

Biarkan doaku yang menghadirkan peluk

Yang tetap abadi menemanimu

Hingga kapan pun

~Mama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun