Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rek Ayo Rek! Mlaku-mlaku Nang Tunjungan (Catatan Tunjungan Fest)

28 Juli 2016   14:12 Diperbarui: 28 Juli 2016   23:04 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Preparatory Committee (PrepCom) III UN Habitat" Surabaya yang berlangsung selama tiga hari, yakni pada tanggal 25-27 Juli 2016 ternyata menjejakkan kenangan manis, bagi banyak pihak yang hadir, bagi para partisipan, bagi kami warga kota Surabaya sekalipun. Ada banyak acara menarik selama acara yang dihadiri oleh sekitar 4000 tamu undangan dari berbagai negara ini. Yuk, jalan-jalan bareng saya. 

Rek Ayo Rek, Mlaku-mlaku nang Tunjungan!

Dari sekian event yang dilaksanakan, ada dua yang sempat saya ikut mencicipi kemeriahannya.

Yang pertama: Festival Tunjungan di jl.Tunjungan Surabaya.

Saya dan putri saya tiba di lokasi tempat Festival Tunjungan diadakan sekitar pukul 19.00 WIB. Bus kota mengantar kami di persimpangan Siola – Gemblongan, lalu kami berjalan kaki ke Jalan Tunjungan yang sudah tiga hari ini ditutup total.

Jalan Tunjungan begitu meriah. Dari kejauhan, cahaya terang lampu hias yang bergantungan di berbagai penjuru area Festival Tunjungan sudah melambai-lambai pada kami untuk turut larut dalam kemeriahan suasana Kota Surabaya. Putri saya berjalan dengan penuh semangat, terkadang melompat-lompat sambil berseru riang.

“Baru kali ini aku lihat lampu-lampu sebagus ini. Terima kasih, Mama!” pekiknya, riang gembira. Tepat di depan Siola (sekarang namanya masih Siola atau sudah ganti, ya? He he), Tulisan “TUNJUNGAN” bersinar terang. Banyak pengunjung yang berfoto di depan tulisan tersebut, termasuk kami. Karena kami duet, dan saya yang motret, maka yang menjadi “model” dalam foto-foto sepanjang Festival Tunjungan tak lain adalah putri saya…he he…

Kami berjalan dalam ritme sedang… kadang kami agak bergegas, memang…karena ogah terlalu berdesakan… (pengunjungnya lubeer..)… begitu kami menemukan objek menarik untuk kami nikmati lebih seksama, maka kami akan berjalan lebih perlahan atau berhenti… fleksibel aja laah.. he he..

Panggung dengan musik bertempo cepat tampak menarik perhatian. Mbak-mbak foto model silih berganti memeragakan busana seraya berlenggak lenggok. Kami berhenti sejenak. Saya tengok wajah putri saya. Dia tertawa. Tangannya menunjuk-nunjuk, “Ma, Yuk ke situ!”

dokpri
dokpri
Kami berjalan menuju tempat yang ia minta: Museum Surabaya.

Baru kali ini putri saya mengunjungi museum. Ia heboh sekali. Tak henti-hentinya ia berceloteh. Menanyakan berbagai benda koleksi museum yang belum ia ketahui. Kami sempat mengambil beberapa foto di situ.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Selain antusias dan senang, sebenarnya ada sebersit rasa khawatir… Para pengunjung museum ini sangat bebas sekali… Dan mungkin saja sebagian pengunjung masih belum sepenuhnya memahami “aturan” berkunjung di sebuah museum. Saya terkadang sejujurnya rada “ngeri” melihat anak-anak berlarian, bahkan ada yang menerobos batas area pengunjung, sekedar untuk berfoto. Aduh, yo’opo tho, Rek?

“Dilarang Menyentuh”dan beberapa aturan yang tertulis di museum itu sangat penting lho, untuk kita taati bersama. Kita nggak mau kan, barang-barang bersejarah koleksi museum Surabaya kemudian jadi rusak karena perilaku kita yang ngawur dan ogah mengindahkan rambu-rambu?

dokpri
dokpri
Saya lihat di sekeliling, memang tenaga untuk menjaga (apalagi guide) koleksi museum sangat minimalis sekali. Hanya ada tenaga keamanan di depan, di area pintu museum. Sangat jauh dari memadai. Saya hanya berdoa dalam hati, semoga nggak ada koleksi museum yang rusak hanya karena menuruti hasrat selfie dan keisengan (baca: keingintahuan berlebih) dari para pengunjung.

dokpri
dokpri
Namun, secara keseluruhan… saya merasa bersyukur dan senang berkesempatan berkunjung ke Museum Surabaya. “Jangan Pernah Melupakan Sejarah!” begitu kata para pendahulu Negeri ini.

Keluar dari museum, kami kembali menyusuri jalan Tunjungan. Kali ini kami sedikit bernostalgia mengenang peristiwa heroik arek-arek Suroboyo merobek bendera merah-putih-biru menjadi bendera merah-putih yakni bendera negara kita. Saya senang, ternyata putri saya telah mengenal kejadian bersejarah tersebut. Yuk, mampir dulu (meski di depannya saja..he..he) ke Hotel Oranye!

dokpri
dokpri
Yang kedua: Festival Kalimas Surabaya 

Surabaya Sparkling!   Dan kali ini Kalimas, sungai yang membelah Kota Pahlawan ini turut menjadi kian  sparkling...temenan, lho, Rek!... hiasan lampion berwarna-warni yang menjuntai-juntai sungguh memesona mata kita. Cahayanya yang berpendar-pendar dipantulkan air Kalimas, memberikan sensasi berbeda. Begitu cantik dan indah!

dokumen oleh teman penulis
dokumen oleh teman penulis
Festival Kalimas sendiri diselenggarakan di sepanjang alur Sungai Kalimas dari Dermaga Monumen Kapal Selam Surabaya sampai sekitaran Taman Prestasi.

Perahu-perahu para peserta lomba Dayung Perahu Naga dan Lomba Parade Perahu Hias membuat para penonton yang berada di tepian tak rela melewatkan suguhan yang menghibur ini. Masyarakat tampak antusias sekali. Menyemut silih berganti, mengerubungi sisi Kalimas yang bertabur cahaya. Udara malam yang cukup dingin tak menyurutkan semangat para penonton. 

"Arek Suroboyo, kok! Mosok kalah karo angin!"  demikian raut wajah Arek-Arek Suroboyo berkata lantang. 

Sesungguhnya kami masih enggan berlalu, namun tampaknya malam kian larut dan waktunya tiba untuk mengukir kenangan manis hari ini dalam mimpi terindah kami malam itu.

Salam hangat lan Ojok Lali Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan yo, Rek!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun