“Dilarang Menyentuh”dan beberapa aturan yang tertulis di museum itu sangat penting lho, untuk kita taati bersama. Kita nggak mau kan, barang-barang bersejarah koleksi museum Surabaya kemudian jadi rusak karena perilaku kita yang ngawur dan ogah mengindahkan rambu-rambu?
Keluar dari museum, kami kembali menyusuri jalan Tunjungan. Kali ini kami sedikit bernostalgia mengenang peristiwa heroik arek-arek Suroboyo merobek bendera merah-putih-biru menjadi bendera merah-putih yakni bendera negara kita. Saya senang, ternyata putri saya telah mengenal kejadian bersejarah tersebut. Yuk, mampir dulu (meski di depannya saja..he..he) ke Hotel Oranye!
Surabaya Sparkling! Dan kali ini Kalimas, sungai yang membelah Kota Pahlawan ini turut menjadi kian sparkling...temenan, lho, Rek!... hiasan lampion berwarna-warni yang menjuntai-juntai sungguh memesona mata kita. Cahayanya yang berpendar-pendar dipantulkan air Kalimas, memberikan sensasi berbeda. Begitu cantik dan indah!
Perahu-perahu para peserta lomba Dayung Perahu Naga dan Lomba Parade Perahu Hias membuat para penonton yang berada di tepian tak rela melewatkan suguhan yang menghibur ini. Masyarakat tampak antusias sekali. Menyemut silih berganti, mengerubungi sisi Kalimas yang bertabur cahaya. Udara malam yang cukup dingin tak menyurutkan semangat para penonton.
"Arek Suroboyo, kok! Mosok kalah karo angin!" demikian raut wajah Arek-Arek Suroboyo berkata lantang.
Sesungguhnya kami masih enggan berlalu, namun tampaknya malam kian larut dan waktunya tiba untuk mengukir kenangan manis hari ini dalam mimpi terindah kami malam itu.