Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Surat Kecil untuk Remaja: Love Yourself

24 Juli 2016   00:09 Diperbarui: 26 Juli 2016   15:20 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Love Yourself

Adik-adikku, selamat, kalian telah menjadi remaja. Masa yang penuh energi. Setelah keajaiban masa kanak-kanak, saat ini tantangan dan pesona masa remaja begitu besarnya. 

Dalam sebuah ungkapan, dikatakan: "Tidak ada masa lain, selain masa remaja, masa di mana dirimu berani terbang menembus langit, berani pergi meraih bintang."

Namun, kakakmu ini tahu, tak selalu mudah menjadi remaja. Dan memang tak pernah mudah berada di antara dua dunia: dunia anak-anak telah menjauh pergi, sedang dunia dewasa tak kunjung datang.

Banyak yang bilang, masa remaja itu masa yang penuh cinta. Ya, kurasa semua orang menyimpan kenangan indah, sedih, penuh warna di masa itu.

Namun, seringkali, kamu justru lupa mencintai seseorang yang paling dekat denganmu. Seseorang yang telah lama ada dan tak pernah pergi meninggalkanmu. Seseorang itu adalah Dirimu.

Ketika kamu pergi naik pesawat, kemudian ada goncangan, semua disarankan memastikan sabuk pengaman terpasang dengan baik. Kalau diperlukan, ada kondisi ketika kamu perlu menggunakan peralatan untuk keselamatan dirimu. Kadang kamu perlu memasang oksigen. Kadang kamu perlu memakai jaket pelampung, yang berwarna kuning terang itu. Mengapa kamu terlebih dahulu? Ya, karena kamu perlu memastikan Dirimu baik-baik saja, barulah kemudian kamu bisa berbuat sesuatu untuk orang-orang di sekitarmu.

Hal inilah yang terkadang kamu lupa. 

Always remember: "You can't pour from an empty cup"

Kamu harus selalu ingat untuk menyayangi dirimu dulu. Love yourself. Dan, di saat-saat sulit, love yourself more.

Perginya Cinta dan Empati

Ada kalanya, teman-temanmu begitu gaduh. Begitu pula orang tuamu. Mereka sepertinya terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri. 

Dan buruknya, terkadang itu terjadi di saat kamu paling membutuhkan mereka. Lalu kamu berpikir, "Kenapa sih mereka itu? Katanya mereka sayang aku? " Lalu kamu perlahan pergi menjauh.

Dalam perjalananmu, mungkin kamu bertemu orang-orang atau hal-hal yang sepertinya menawarkan kebahagiaan... memberikan rasa nyaman... atau sekedar membuatmu sejenak lupa terhadap masalahmu sendiri.

Mungkin kamu bertemu game tertentu, yang bisa menyerap segala kesedihanmu. Kamu menciptakan avatar. Kamu punya alter ego. Atau bahkan kamu punya keluarga baru di sana. Keluarga di dunia maya ini sepertinya lebih baik daripada keluargamu sendiri.

Mungkin kamu tergoda berkenalan dengan narkoba. Ia memberimu kebebasan sesaat. Ia mengenalkanmu pada sensasi "sangat bahagia" dan "semua sangat oke saat ini"

Mungkin juga seseorang yang kamu anggap "kekasihmu" atau "pujaanmu" mulai bersikap lain dan menawarkan sentuhan seksual. "Tentu cinta butuh bukti dan juga pengorbanan," begitu desaknya padamu.

Mungkin kamu bertemu aliran religius tertentu. Aliran yang memesona. Ia memberikan banyak tawaran pengalaman spiritual baru. Namun mengapa pula, mereka berpesan padamu untuk menjauhi dan melawan keluargamu?

Lalu kamu menyadari telah berbuat kesalahan. Di saat itu, hal-hal atau orang-orang atau benda-benda yang tadinya tampak memikat dan bisa menjadi penyelesaian masalahmu, kini menambah berat beban hidupmu.

Lalu, ke manakah kakimu akan kaulangkahkan? 

Adikku, di dunia yang berputar secepat kilatan cahaya ini. Kebingunganmu itu tak kau alami seorang diri.

Orang tuamu dahulu hidup di zaman berbeda. Mereka dibesarkan oleh nilai-nilai pada zamannya. Kacamata mereka mungkin berbeda. Mereka mungkin tak selalu bisa memahamimu. Mereka terkadang juga sulit berempati dengan kesulitan-kesulitanmu. Namun yang pasti: Mereka Mencintaimu.

Cinta Diri vs Narsis

"Ah, narsis dong?" kamu tak ingin terkesan lebay di depan teman-temanmu. 

Adikku, siapa yang bisa mencintaimu melebihi diri dan penciptamu? Adakah?

Cinta diri itu bukan narsis. Narsis dipinjam dari nama pangeran Yunani yang begitu memuja dirinya. Ia gemar mematut-matut diri, dan terus-terusan memandangi bayangan parasnya yang tampan di danau. Pangeran Narcisscus memang narsis, mungkin dia sangat hobi selfie kalau hidup di zaman sekarang..he he..

Cinta diri itu wujud dari self care. Kalau kita enggan dengan diri kita sendiri, siapa lagi yang bisa dihatapkan peduli?

"Tapi terkadang rasanya benciii pada diriku sendiri!" jeritmu dalam hati.

Tahukah kamu, kalau jutaan remaja lain di dunia juga pernah merasakan apa yang kamu rasakan itu?

Mungkin, rasa benci itu muncul karena ada hal-hal yang tidak kamu sukai dalam dirimu. Kamu merasa tidak sehebat teman-temanmu. Kamu mungkin merasa tidak seberuntung teman-temanmu. Kamu mungkin merasa kulitmu tidak secerah kulit teman-temanmu. Kamu mungkin merasa punya masalah kesehatan yang mengganggu aktivitas dan menurunkan rasa percaya dirimu. Kamu mungkin merasa kurang pintar dan kalah populer dibandingkan teman-temanmu.

Apapun itu, Adikku, satu hal: Cintai Dirimu.

 Sisi lain dari self care yakni belajar memaafkan diri sendiri. Forgiving yourself is as important as forgiving others. 

Rasa bersalah tidak akan membuat kesalahan itu hilang. Justru beracun, dan memutar ingatan tentang hal-hal buruk berulang-ulang. 

Love yourself.

Forgive yourself.

Everything Is Temporary (Including Suffering)

Adikku, tidak perlu menjadi pahlawan yang berada di garda depan pertempuran untuk dikatakan sebagai pemberani. 

Terkadang, keberanian itu sederhana. Ketika kamu enggan beranjak dari tempat tidurmu, karena takut akan di-bully oleh teman-teman sekolahmu. Lalu kamu menguatkan diri lalu tetap berangkat sekolah. Itulah keberanian.

Seorang teman remajamu berkata,"Hal yang paling berani yang pernah kulakukan adalah tetap melanjutkan hidup meski terkadang kamu ingin semuanya berakhir."

Dan para survivor dari kondisi sulit dan penuh keputusasaan berpesan satu hal penting, "There is a HOPE!" 

Harapan itu ada, Adikku. Walaupun tak selalu nampak.

Segala sesuatu di dunia ini tidak berlangsung selamanya. Everything is temporary, including suffering. Percayalah. 

Apapun permasalahan yang menyelubungimu saat ini, pasti akan berlalu. Teruslah bergerak. Tetaplah berjuang. Jangan lelah berdoa. Trust the process. 

There is always light at the end of the tunnel.

"Tapi aku bukan orang yang tangguh!" protesmu.

Tahukah kamu sebuah rahasia, Adikku? Orang-orang yang tangguh itupun dulunya sama sepertimu.

Seorang ahli psikologi bernama Elisabeth Kubler Ross berkata, "Orang-orang yang memesona itu tidak lahir begitu saja. Jiwa-jiwa yang cantik lahir dari penderitaan, kesedihan, kepedihan, dan perjuangan yang panjang. Orang-orang yang memesona tidak dilahirkan begitu saja."

Adikku, apabila kau temui hari yang begitu gelap dan panjang. Seakan kamu berada di lorong gelap tanpa ujung, tetaplah berjalan. Usah berhenti.

Adikku, apabila napas yang kamu hirup terasa berat dan kamu sangat tergoda untuk menyerah. Bertahanlah. Melangkahlah satu langkah lagi. Dan satu langkah lagi. One deep breath at a time. Kamu akan baik-baik saja.

Adikku, jalan hidupmu masih panjang. Dan hidup ini tak akan sama tanpamu. Semesta ini begitu indah dan berwarna, dan kamu adalah bagian penting dari semesta ini. Berbanggalah akan dirimu dan cintai dirimu, selalu.

Doaku untukmu,

Dari Kakakmu, yang selalu menyayangi dan peduli kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun