Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masihkah Kita Abai terhadap Anak Kita di Hari Pertamanya Sekolah?

14 Juli 2016   16:12 Diperbarui: 14 Juli 2016   16:33 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Mama…Mama…,” berulang kali putri kecilku memanggil-manggil. Suaranya bergetar. Bening menggenang di pelupuk mata. Ia berusaha menahan tangis. Dan kata “Mama” ia ucapkan berulang-ulang. Mungkin serupa mantra ajaib pengusir rasa takut berpisah dari Ibu dan Ayah, penghalau rasa cemas berada di tempat baru, dan penolak rasa khawatir bertemu teman-teman yang belum ia kenal namanya.

Tatapan Mata Itu

Percayalah, saya sama rapuhnya dengan Anda semua, para orang tua…ketika mata si mungil menatap mata kita, berselimut cemas dan takut. Yang saya lakukan, adalah menenangkan diri. Huufffff…. Hirup napas dalam-dalam… Fuuuhhh… hembuskan… Lalu tatap mata si kecil dengan mantap…penuh arti…

“Mama yakin, Nak. Mama percaya padamu,”

Itu momen tiga tahun lalu. Bagi saya sebagai orang tua, sangat membekas. Apalagi bagi si kecil…

Hari Pertama Sekolah

Hidup putra putri kita masih panjang. Jalan membentang di depan mereka, dan kita tidak pernah tahu sampai kapan kita bisa menemani mereka. Saat ini, kita masih bisa memeluk mereka di kala takut. Kita masih bisa menyeka air mata mereka saat sang buah hati terluka. Namun, kita tak benar-benar tahu usia manusia, bukan?

Akan ada hari pertama putra putri kita beranjak remaja. Pertama kali anak perempuan kita mengalami periode menstruasinya. Mimpi basah pertama bagi anak laki-laki kita. Setiap saat pertama adalah istimewa. Semua pengalaman pertama menorehkan kesan mendalam. Maka, mengapa pula lah selama ini kita terlena dan abai dengan pentingnya Hari Pertama Sekolah bagi si kecil?

Pada waktu putri saya mengalami “Hari H” itu, her Big Day…saya bersyukur, saya sendiri yang mengantarkan ia ke sekolah. Andai momen istimewa itu berlalu seperti hari-hari biasa. Andai saya lepas putri saya berangkat sekolah dengan Mbak yang biasa membantu mengasuh dia. Mungkin saya tidak pernah tahu, betapa berartinya hari pertama sekolah bagi putri tercinta saya. Mungkin saya tidak pernah berada dalam momen yang hingga kini masih terpatri dalam ingatan itu. Mungkin saya tidak pernah menangkap dengan telinga sendiri, betapa suara putri saya yang biasanya nyaring dan lantang, kali itu bergetar dan ragu. Mungkin saya akan gagal menjadi “superhero” dalam momen penting hidupnya itu. Bunda Theresa dari Calcutta berkata, “Bukan hal-hal besar, tapi hal-hal kecil yang kita lakukan dengan cinta yang besar.”

Dan saya sungguh-sungguh mensyukurinya.

sumber: dokpri
sumber: dokpri
Secara pribadi, untuk putri saya dan untuk saya, memang hari pertama masuk sekolah saat itu adalah benar-benar hari pertama untuk banyak hal. Hari pertama ia masuk kelompok bermain di sebuah tempat yang asing baginya. Tak pernah saya lupakan raut wajah putri saya saat ia berbaris bersama teman-temannya untuk pertama kali. Tak pernah saya lupakan pula betapa para ibu guru di PG/TK tempat putri saya kami titipkan untuk menjalani pendidikan pra sekolah tak henti-henti tersenyum, mengajak bernyanyi, memberikan sentuhan yang memberikan rasa nyaman, dan memberikan suntikan keyakinan bagi kami, para orang tua yang mengantar putra putri kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun