Mohon tunggu...
Nurul Fitriyani
Nurul Fitriyani Mohon Tunggu... -

saya anak ke 4 dari 4 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Antara Pendidikan dan Orang Tua

19 Maret 2015   18:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:25 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

PENDIDIKAN merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan oleh para orang tua. Saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini. Untuk itu orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat memancing keluar potensi anak, kecerdasan dan rasa percaya diri. Dan tidak lupa memahami tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap. Namun Pendidikan diserahkan hampir sepenuhnya kepada pemerintah. Minim perhatian terhadap apa yang terjadi di seputar pendidikan baik itu guru, kurikulum dan metode pengajaran. Tidak heran pendidikan di republik ini menghasilkan manusia-manusia yang tidak sesuai dengan harapan.

Ada beberapa cara dalam meningkatkan peran orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka.

Pertama, dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak. Anak-anak diajarkan untuk belajar secara rutin, tidak hanya belajar saat mendapat pekerjaan rumah dari sekolah atau akan menghadapi ulangan. Setiap hari anak-anak diajarkan untuk mengulang pelajaran yang diberikan oleh guru pada hari itu. Dan diberikan pengertian kapan anak-anak mempunyai waktu untuk bermain.

Kedua, memantau perkembangan kemampuan akademik anak. Orang tua diminta untuk memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas anak mereka.

Ketiga, memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan tingkah laku anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan berkomunikasi dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.

Keempat, memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Orang tua dapat menanyakan aktifitas yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah. Dan tugas-tugas apa saja yang diberikan oleh guru mereka. Kebanyakan siswa tingkat SMP dan SMA tidak melaporkan adanya kelas-kelas kosong dimana guru mereka berhalangan hadir. Sehingga pembelajaran yang ideal di sekolah tidak terjadi dan menjadi tidak efektif.

Namun berbeda dengan sebagian besar masyarakat pedesaan banyak yang tidak memahami tentang bagaimana pentingnya pendidikan bagi anak – anak mereka, seperti yang terjadi di salah satu desa yang ada di timur indonesia pada tiap musim panen mereka para orang tua selalu membawa anak – anaknya untuk ikut bersama mereka untuk pergi ke tempat mereka melakukan pekerjaan sebagai buruh tani, hal itu dilakukan oleh mereka dengan berbagai alasanyang bisa dibilang hampir tidak masuk akal seperti yang pernah saya tanyakan pada salah seorang ibu sebut saja namanya ibu tini (anaknya masih duduk di SD) saat di tanya kenapa harus membawa anaknya untuk pergi bersamanya di menjawab “ tidak ada tempat untuk menitpkan anaknya dan juga dia tidak mau tinggal dengan neneknya “ padahal jika saya lihat anak itu masih mempunyai seorang nenek yang masih kuat dan sanggup untuk merawatnya serta anak itu sangat dekat dengan neneknya, juga salah seorang guru yang mengajar disekolah tempat anak itu sekolah datang mengajak anak itu untuk pergi sekolah dia datang dengan teman sekelas dari anak tersebut, namun saat guru itu datang anak tersebut sudah tengah bersiap untuk berangkat ke temapat orang tuanya bekerja.

Berbeda dengan seorang anak SMP yang saya tanya mengapa memilih ikut orang tuanya dan tidak mau tinggal dengan neneknya untuk sekolah? dengan santainya dia menjawab “ saya pergi juga untuk membantu orang tua saya disana, juga percuma saya tinggal disini dengan nenek tidak ada yang bisa saya hasilkan kalo untuk sekolah gampanglah nanti juga nanti bisa berhenti untuk sekolah karena saya tidak mau menambah beban orang tua saya, karena keluarga saya juga keluarga yang tidak mampu. Mendengar jawaban dari anak itu saya merasa kasihan dengan anak itu bagaimana mungkin orang tua yang begitu tidak peduli dengan pendidikan anaknya.

Melihat fenomena yang terjadi dipedesaan saya merasa prihatin dengan keadaan para penerus bangsa yang tidak bisa mendapatkan pendidikan karena harus membantu orangtua mereka dalam mencari nafkah. Disinilah kita bisa melihat bagaimana peran orang tua dalam pendidikan anak – anaknya, serta bagaimana kepedulian guru kepada siswanya. Kurangnya pemahaman orang tua (warga pedesaan) tentang bagaimana pentingnya pendidikan bagi anak cucu mereka untuk masa depannya yang lebih baik dari mereka yang hanya bisa bekerja sebagai buruh tani, agar tidak mengikuti jejak mereka, namun harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.

Terimakasih bagi yang sudah membaca semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun