Mohon tunggu...
Nurruddin Al-Indunissy
Nurruddin Al-Indunissy Mohon Tunggu... profesional -

"Ketahuilah bahwa roda roda itu terus berputar, mengikuti setiap jalanan yang engkau pilih. Hanya saja, ada yang mendorong roda itu dengan segala segenap kesungguhan dan keyakinan, di ikuti anthusiasme dan pengharapan yang konstan - hingga ia berjalan dan berubah - dan ada pula yang mendorong roda itu dengan malas disertai ketidak-yakinan akan perputarannya. Hingga roda itu terus menindihnya di bawah". Kebahagiaan itu dihatimu saudaraku, di hati yang bersyukur. Salam Bahagia. NAI

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Secangkir Kebahagiaan

28 Januari 2012   05:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:22 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi Allah! Seorang beriman yang jujur dengan keimanannya, layak dan ber-haq untuk bahagia. Dan semua kebahagiaan diluar itu adalah semu dan menipu, karena jika saja tolak ukur kebahagiaan itu sekedar tawa tawa, maka orang orang kafirpun mampu menggapainya. Kebahagiaan itu bukan rahasia. pintu pintu ketenangan itu senantiasa terbuka bagi siapa saja yang terbangun dipagi hari atau malamnya, sejenak meluangkan waktu untuk berfikir dan bersyukur tentang berbagai kesempatan yang Allah hadiahkan dalam satu paket "kehidupan" ini, kehidupan sesaat untuk masa yang Abadi. Tidak saudaraku, sekali kali tidak! Urusan Dunia ini tidak harus kita selesaikan semuanya disini, biarlah semuanya mengalir seperti air. Jika Dunia ini telah adil, maka untuk apakah Keadilan-Nya disana? Jangan menambah beban bahumu untuk menanggung berbagai ambisi dan nafsu nafsu yang selamanya tidak akan terpuaskan. Kebahagiaan sebenarnya itu bukan di sini, tapi disana. Di hari yang kekal tiada akhir, dimana semua jiwa jiwa yang beriman di istirahatkan dari lelahnya kehidupan. Dimana para pejuang berhenti dari kelelahannya, dimana para pengikut yang setia berbahagia ditelaganya, mereguk kenikmatan yang memusnahkan rasa haus untuk selama lamanya.. Tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah perubahan kearah lebih baik, selama kita mampu dan mau. Dihari ini atau hari besok yang belum tentu kita lalui. “Saat seorang bayi manusia terlahir ke Dunia, hal pertama yang ia pelajari adalah bagaimana cara untuk menangis. Selepas itu, sisa di keseluruhan hidupnya akan ia gunakan untuk belajar bagaimana agar ia mampu tersenyum saat kehidupan memaksanya untuk menangis. Bagi seorang Muslim, hidup tak sekedar itu. Ia harus belajar, bagaimana caranya agar kehidupan yang singkat ini tidak hanya di isi dengan tawa tawa sesaat yang kemudian ditukar dengan tangisan abadi di Akhirat”. Sering kita tergesa mengayun langkah, bahkan berlari berusaha dengan segala upaya mencari makna makna kehidupan dan kebahagiaan di Dunia ini. Tak sadar, bahwasannya kita berlari kearah yang berlawanan dengan kebahagiaan. Hingga semakin kuat kita berlari, semakin jauh kita menjauh dan terus menjauh lagi, hingga jiwa itu letih dan tertatih lalu lupa jalan untuk kembali. Kebahagiaan itu sederhana. Sederhana, seperti itulah kebahagiaan. Kebahagiaan itu dihatimu, di hati yang bersyukur. Kebahagiaan adalah kabut rahasia yang diselimuti malam dalam lelap, dihantarkan fajar fajar saat para malaikat berbaris baris menanti shubuh, dibiaskan cahaya pagi ketika rahmat Nya mulai ditebarkan kepada embun berkilauan, di titipkan kepada cahaya siang yang menerangi semua jiwa yang terbangun. Kebahagiaan hanya akan di anugerahkan kepada mereka yang bersungguh sungguh berharap dan mencarinya, kepada mereka yang dikehendaki Nya. Kepada mereka yang di Ridhai. Apakah yang akan terjadi saat kekasihmu ridha kepadamu. Bukankah ia akan memberimu apa saja yang kamu mau? Bahkan ia akan senang memperhatikan, menatap dan menerjemahkan segala lintasan keinginan di wajahmu lalu hatinya tergerak untuk melakukan apapun agar lintasan keinginan dihatimu itu terpenuhi. Fikirkan dengan kecerdasan intelegensi, kejujuran iman dan segenap sisi ruhaniahmu. Apa yang akan terjadi, ketika Allah Azza wa Jalla telah ridha kepadamu. Apa yang tidak mampu Dia lakukan untukmu di Dunia ini, Dunia yang harganya bahkan tidak menyamai dengan nilai selembar nyamukpun disisi Nya? Sahal bin Sa'ad as-Sa'idi Radiyallahu Anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah Sholallahu ‘‘Alaihiwa Sallam bersabda: "Andaikata Dunia ini di sisi Allah dianggap menyamai -nilainya- dengan selembar sayap nyamuk, sesungguhnya Allah tidak akan memberi minum seteguk airpun kepada orang kafir daripadanya." (Diriwayatkan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih) Demi helai helai daun yang berjatuhan dibawah penguasaan Nya. Air akan tetap teguh dengan fitrahnya, merendah dan mengalir menuju lautan, biarkanlah ia mengalir bersama gejolak gejolak didadamu. Ia tidak akan selamanya tenang, kadang gemericik, kadang gaduh bergemuruh. Berliku menelusuri lembah, terjun menurun dan terhempas dibebatuan, berjalan jauh menuju lautan. Lautan itu tujuan, seluruh air di permukaan bumi yang indah ini menuju kesana. Sebuah perumpamaan tak terbantahkan, laksana semua manusia hidup yang akan menuju Akhirat. Sepakat atau tidak, siap atau tidak , bahkan percaya ataupun tidak. Semua jiwa akan berjalan menuju Alam Kekal di peristirahatannya. Dunai ini persinggahan, selagi singgah nikmatilah! Air akan tetap mengalir, menuju lautan yang bergelombang. Disana berbagai prahara akan datang menyambut kematangan iman didada manusia, tidak usah resah atau gentar jika engkau beriman. Menarilah bersamanya, berselancar dan tegaplah, jangan terhanyut. Kayuhlah perahu kehidupan itu kuat kuat, bangun biduknya dengan segenap pengetahuan syariat, jiwai dengan hakikat agar perahu kehidupan ini tidak ikut terhanyut kepada pelabuhan yang tidak kita kenali. Islam ini, tidak sekedar halal dan haram saja. Islam adalah jalanan panjang berliku, sebuah arsitektur seni tertinggi untuk menggapai keserasian antara kadar duka dan tawa, menyederhanakan beratnya kehidupan samudera Dunia, menuju sebuah pelabuhan bahagia yang kekal di negergi Akhirat. Tentu tidak ada yang gratis, semua harus dibayar dengan keteguhan dan kesungguhan. Di nuansa pena sederhana ini, perkenankan saya untuk menjadi pelayan di istana hati kalian. Sesaat membawa ruh yang bergemuruh gaduh kepada ketenangan. Seperti ketenangan ikan ikan dibawah gelisah ombak lautan. Insya Allah. ^_^ "Rehab Hati" Chapter 1 Nuruddin Al Indunissy 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun