Bu, Raayan capek bu. Raayan butuh liat senyum ibu biar semangat lagi. Raayan masih inget, waktu itu ibu pernah bilang kalau kita gak boleh berhenti berharap sesulit apapun keadaanya, karena suatu saat tuhan pasti ngabulin.Â
Dan sekarang harapan Raayan cuman satu. Ibu Kembali. Apakah tuhan akan ngabulin harapan itu bu? Raayan udah tahu jawabannya tapi Raayan tetep berharap.Â
Tumbuh dewasa ternyata sesulit itu ya bu, apalagi tanpa sosok ibu di sini. Semuanya terasa sakit, tapi mau gak mau Raayan harus bertahan. Bu, sekarang Raayan udah 20 tahun. Tapi ibu tau gak? Umur itu ternyata cuman angka bu, Raayan bener-bener belum siap menjadi dewasa "
Air mata nenek mengalir begitu saja ketika membaca surat tersebut. Nenek tak menyangka bahwa cucunya masih belum bisa merelakan kepergian ibunya 2 tahun lalu karena kecelakan maut yang menimpanya.Â
Dan mungkin ini juga alasan Raayan sering keluar tengah malam dan melarang siapa pun masuk ke kamarnya. Malam adalah saksi betapa Raayan merindukan ibunya. Dan kamar adalah bukti betapa rapuhnya dia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H