Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas Patut Dijadikan Tersangka

15 Februari 2013   11:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:16 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Kalau satu rupiah saja Anas terbukti korupsi Hambalang, gantung  saja Anas di Monas" begitu seloroh Anas pada tanggal 9 Maeret 2012.  Benarkah Anas tidak korupsi atau isu Anas korupsi itu hanya balas dendam dari seorang Nazarudin yang waktu itu baru saja tertangkap.  Kalau Anas benar, maka ia sesungguhnya telah jadi korban politik akibat opini publik.  Menurut Nazaruddin Anas lah dalangnya korupsi Hambalang, tapi kita jangan lekas percaya dulu dengan Nazar.  Selidiki dulu, adakah peran Anas dalam kasus Hambalang tersebut memang ada atau kalaupun tidak ada apakah ia meminjam tangan orang lain untuk melakukan korupsi Hambalang.

Bisa jadi Anas cuma korban kebebasan berekspresi di alam demokrasi yang sudah kebablasan ini.  Tapi sampai sejauh mana keterlibatan  Anas dalam PT  Duta Sari Citra Laras.  Berkenaan dengan kesaksian Nazar, KPK seharusnya sudah teliti, apakah Nazar yang bohong atau Anaz yang menipu.  Nazar sebagai pihak yang sudah dijadikan tersangka dan sudah ditahan pula, boleh jadi kejujurannya patut dipertanyakan.  Tapi apakah Anas juga tidak pernah bebohong? Misalnya masalah  pemalsuan plat nomor kendaraan, dalam hal ini toh  Anas juga berbohong.  Kemudian masalah kepemilikan mobil Alphard, katanya hanya mobil pinjaman toh akhirnya diakui bahwa mobil itu milik Anas.  Tentang pemalsuan nomor kendaraan, Anas yang jelas-jelas melanggar peraturan hanya diberi peringatan oleh polisi.  Jadi, kalau masalah berbohong, ternyata Anas juga pernah berbohong, dan bukan tidak mungkin masalah Hambalang ini juga Anas berbohong.

Ada yang perlu dicermati di kasus Hambalang tentang apa yang diocehkan Nazar.  Ternyata ocehan Nazar banyak betulnya, misalnya keterlibatan AAM, Angie, dan Winoto, Ketua BPN yang sudah dipecat.  Terkait kasus Hambalang, kelihatannya Anas memang tak terlibat, tapi kita harus kritis juga dengan laporan BPK yang kemungkinannya agak bias, bisa saja laporannya dibuat agar Anas seolah-olah tidak terlibat, padahal sebaliknya.

Dari pelbagai kesaksian (yang bukan hanya dari Nazar saja) dan bukti-bukti yang sudah terkumpul, ternyata otak Hambalang itu memang Anas.  Modus korupsi Anas dan Nazar di DPR,  yaitu dengan cara memunculkan  proyek-proyek kementrian dan non kementrian, denagn AU sebagai otak di belakang layar dan Nazar, Angie dan orang-orang di Badan Anggaran DPR sebagai pelaksananya.

Proyek Hamabalang sendiri sebetulnya sudah dimulai sejak tahun 2003, tapi karena terhalang masalah sertifikat, proyek baru dilanjutkan pada tahun 2009.  Dan penggagas kelanjutan proyek Hambalang adalah Anas, sebagai ketua Fraksi di DPR pengaruhnya begitu kuat.  Pertemuan demi pertemuan pun dilaksanakan atas inisiatif Anas.  Akhir tahun 2009 diadakan pertemuan di Casablanca yang dihadiri oleh Anas, Nazar dan Dudung serta Idris orang PT  Duta Graha Indah.  Nazar mengakui adanya pertemuan tersebut, tapi Anas membantah.  Untuk konfirmasi tanyakan saja kepada yang hadir, selain Anas dan Nazar.

Untuk mengatasi masalah sertifikat, Anas berinisiatif membereskannya dengan bantuan Ignatius yang dekat dengan Winoto.   Pertemuan-pertemuan tersebut terus berlangsung dan semuanya diakui oleh Nazar dan Ignatius Mulyono, cuma lagi-lagi Anas membantah telah mengatur semua pertemuan yang menyelesaikan masalah seritifikat Hambalang.  Nah, siapa yang berbohong, dua orang mengakui ada pertemuan itu, tapi Anas membantah, dua orang lawan satu orang siapa yang benar?

Joyo Winoto adalah kepala BPN yang pernah menjadi bendahara Partai Demokrat, masa jabatannya sebetulnya sudah habis sejak lama, tetapi saat itu belum diganti, ia bahkan berseloroh, kalau Presidennya masih SBY, maka saya akan tetap jadi kepala BPN, namun akhirnya Winoto diganti juga setelah ada kasus Hambalang.  Untuk masalah ini sudah dijawab pula oleh juru bicara presiden, katanya Winoto memang sudah habis masa jabatannya sejak lama, cuma tinggal  menunggu orang yang tepat untuk mengisi jabatan tersebut.

Awal 2010,  pertemuan dilanjutkan di kantor kemenpora, dihadiri oleh Mahyudin ketua komisi olah raga di DPR, Angie anggota komisi olahraga, Anas, Wafid Muharam.  Semua mengakui tentang adanya pertemuan tersebut kecuali Anas yang membantahnya.  Lagi-lagi siapa yang berbohong?  Jika semua menyatakan ada pertemuan itu, hanya seorang Anas saja yang membantah, berarti yang bohong itu kan....

Tentang proses pemenangan Anas menjadi ketua umum PD, salah seoarng DPC di Minahasa, Diana Marina, mengakui telah menerina 7.000 US Dolar, 100 juta rupiah, dan 30 juta rupiah secara bertahap selama kongres berlangsung itu.   Diana mengakui uang tersebut dari Umar Arsal yang merupakan tim sukses Anas.  Nazar mengaku ada uang 100 milyar rupiah uang  dari PT Adhi Karya yang memenangkan tender Hambalang,  Uang tersebut dibagi-bagi, 50 milyar untuk DPC dan DPD Partai Demokrat, 50 milyar lagi untuk anggota DPR di kkomisi olah raga.  Enak betul yaa, bagi-bagi duit sebegitu banyak.  Namun Anas lagi-lagi membantah.  Semuanya mengaku, Anas membantah, ini siapa sih yang suka bohong?

Ceritanya masih panjang, tapu sampai di sini saja kita pasti sepakat, kalau Anas Urbaningrum pasti akan jadi tersangka.  Mari kita tunggu, keputusan apa yang akan diambil oleh KPK ?  Sambil menunggu , yuk minum teh dan makan pisang goreng....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun