Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Banyak "Kartu Mati" di Demokrat

14 Desember 2012   04:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:41 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlalu sulit bagi Partai Demokrat untuk meningkatkan elektabilitasnya di pemilu mendatang karena ada banyak "kartu mati" di tubuh partai berkuasa itu.  Ada banyak kartu mati maksudnya, ada banyak kader yang tidak produktif, bahkan terkesan menggerogoti kekuatan partai itu sendiri. Partai yang secara nyata sekali sudah terpecah menjadi dua bagian, pertama kubu yang menginginkan partai itu bersih dan kedua kubu yang tetap menginginkan  bersih sebagian saja.  Ruhut Sitompul ada di kubu pertama, ingin bersih 100 persen, tapi dia lupa kaalau mau bersih 100 persen akan sangat membahayakan satu-satunya kartu Truf yang dipunyai Demokrat saat ini.  Kartu Truf itu adalah SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang sekaligus sedang menjabat sebagai Presiden RI.  Kartu Truf harus digunakan di saat-saat akhir, saat keadaan sudah genting sekali.  Terburu-buru menggunakan kartu Truf maka akibatnya akan fatal.

Kartu mati yang sudah benar-benar dimatikaan, celakanya lagi banyak yang buka kartu. Contohnya Nazaruddin sendiri buka kartu dengan cara menuding semua anggota Demokrat yang terlibat.  Akibat buka kartu nya Nazaruddin sudah banyak memakan korban, di antaranya  Angelina Sondakh dan andi Malarangeng.   Akibatnya kelemahan Partai Demokrat semakin jelas terlihat oleh partai lain.  Musuh utama dalam Partai Demokrat ada di dalam tubuh partai itu sendiri.  Masing-masing kader berebut  jabatan/posisi puncak.  Ruhut terlalu banyak berkoar, menyuruh Anas unuk mundur adalah salah satu contohnya.  Bukannya Anas yang mundur, malah Ruhut yang kena pecat.  Berkoarnya Ruhut tentunya dengan maksud untuk merebut tampuk piminan partai ini.  Ruhut, walaupun tak disebut-sebut oleh Nazaruddin ikut terlibat korupsi, tapi dia sendiri jadi ikutan tergolong kartu mati, akibat banyak berkoar.  Walaupun koar nya itu sambil memuja muji SBY, tapi SBY paham betul bahwa Ruhut cuma bekerja dengan mulut, tidak pakai otak.  Kalau kerja pakai otak tentu dia tak bicara sembarangan, dengan menyuruh Andi Malarangeng mundur, dengan menyuruh Anas mundur, lalu mungkin menyuruh Ibas, dan akhirnya menyuruh SBY mundur.  Tinggallah dia sendiri menjadi penguasa tunggal di Demokrat.  Haha...tak semudah itu poltak !

Nazarudin (mantan Bendahara), Angelina Sondakh (mantan wakil Sekretaris), Andi Malarangeng (mantan dewan pembina), Hartati Murdaya (mantan dewan pembina) sudah lengser keprabon, turun tahta.  Kini kalau Anas (ketua umum), Ibas (Sekjen) juga ikut disuruh mundur oleh Ruhut, itu suatu kesalahan besar, bagi utuhnya Partai Demokrat.  Dan, SBY tahu persis itu.  Maka dari itu biar bagaimanapun Anas tetap dipertahankan, sebab gelindingan bola salju itu akan membahayakan Ketua Dewan Pembina.

Sementara itu ada dua kartu mati yang lain di Demokrat, Sutan Batugena dan Marzuki Alie.  Kedua orang ini perkataannya sering menimbulkan kontra produktif bagi partai.  Sutan hampir dieksekusi oleh anak buah Gusdur, akibat tudingan nyelenehnya yang mengatakan Gusdur jatuh akibat korupsi, sementara Marzuki Alie sering menimbulkan polemik yang tidak bermutu dan ini sangat merugikan partai.  Sebetulnya ada tiga yang sering berkoar ngaco, dengan dipecatnya Ruhut, sekarang tinggal dua saja.

Bagaimana peran SBY sebagai satu-satunya kartu Truf di patainya, akan kita saksikan dalam drama yang berjudul : "Karamnya Kapal Demokrat di Bukit Hambalang".  Hahah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun