Tingkat pengetahuan dan tingkat kesejahteraan orang Amerika juga sangat berbeda dengan kondisi Bekasi serta Indonesia pada umumnya. Orang yang sudah tinggi tingkat intelejensianya serta tinggi pula tingkat kesejahteraannya tidak akan mudah terpikat untuk pindah agama.
Apa yang terjadi di Bekasi dan di daerah2 Indonesia pada umumnya adalah, sekelompok agama non Islam membangun rumah ibadah mereka di tengah masyarakat muslim yang masih miskin dan bodoh, yang masih mudah terombang-ambing untuk pindah agama. Itulah sebabnya, mengapa selalu ada keributan jika pembangunan ge reja dilakukan di daerah masyarakat muslim.
Kiranya, masyarakat non muslim juga harus belajar dari masalah ini. Sebab, banyak kasus terjadi terutama di daerah transmigran, dimana masyarakat muslim yang miskin dan bodoh diiming-imingi dengan makanan dan pendidikan gratis untuk kemudian mengajak mereka berpindah agama.
Perbuatan kekerasan, pemukulan, penusukan dan kerusuhan apapun bentuknya, tidak ada yang dapat mentolerir pada agama apapun di dunia ini. Masalahnya adalah manakala pendirian rumah ibadah itu sudah menjurus ke arah perubahan agama suatu masyarakat dari Islam menjadi non Islam. Timbul keresahan di kalangan masyarakat muslim yang memang masih miskin dan kurang pengetahuan, sehingga mereka masih mengedepankan emosi ketimbang akal.
Kalau saja pendirian rumah ibadah itu murni hanya untuk ibadah saja, tidak ada unsur politik, tidak ada unsur ekonomi, dan juga tidak ada unsur mengajak umat Islam untuk pindah agama, mungkin masyarakat masih bisa menerima kehadiran rumah ibadah non muslim itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H