Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan ke Pusing, Tanpa Pening ...

15 Juni 2010   02:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar : Papan penunjuk jalan ke arah Kampung Pusing Kalau anda pergi ke Ipoh, kemudian menuju Pelabuhan Lumut, anda akan ketemu kampung yang namanya Kampung Pusing.  Entah kenapa disebut demikian saya tak pasti.  Tapi yang jelas anda tak perlu takut pening atau sakit kepala mengunjungi daerah itu. Saya menjumpai kampung itu juga secara tak sengaja ketika menyelia, membimbing mahasiswa praktikum latihan mengajar.  Seluruh mahasiswa UPSI, harus melewati masa praktikum ini selama satu semester di semester terakhir (semester 8). Kampung Pusing lumayan sunyi, sepi senyap, mungkin penduduknya masih terlena di dalam rumah atau sebagian sudah bekerja ke kota2 besar di sekeliling kampung tersebut.  Nama2 kampung di Malaysia sebetulnya hampir mirip nama kampung yang ada di Indonesia, misalnya, Segambut, Serdang, Subang, Rasa, Kuala Kubu Baru, Rawang, Batang Kali, Sungai Besi, Sungai Besar dan masih banyak lagi. Perbedaannya dengan kampung2 di Indonesia, yang utama adalah kampung2 di sini umumnya sepi, jarang penduduk.  Orang Kampung di sini belajar dan bekerja di kota, kalau ada masa cuti (libur) sekolah barulah penduduk kampung yang merantau di kota pulang kampung sampai masa sekolah/ kuliahnya selesai.  Tinggallah sekolah dan universitas yang sepi ditinggalkan pelajar dan mahasiswanya. Jalan2 tol juga sepi sekali, jalan yang bukan tol bahkan lebih sepi lagi.  Tapi orang kampung lebih suka menjelajah kota besar yang sudah macet dan penuh sesak di saat jam pergi kerja atau pulang kerja.  Jalan tol di sini termasuk mahal, misalnya jalan tol dari Tanjung Malim ke Kuala Lumpur ongkosnya RM 9.50, pulang pergi RM 19.00 belum lagi bensinnya.  Dibandingkan naik bis atau kereta api yang ongkosnya cuma RM 7.00, banyak orang menggunakan jasa angkutan umum.  Mobil mereka ditinggal saja di stasiun2 kereta api atau terminal bis.  Bahakn sekarang sudah ada gerbong kereta api yang khusus untuk wanita (couch ladies).  Hanya perempuan saja yang boleh masuk gerbong itu.  Yang lelaki silahkan minggir.  Gerbong depan dan belakang boleh diisi oleh lelaki dan perempuan.  Gerbong tengah hanya untuk perempuan saja.  Perlu diketahui bahwa komuter hanya terdiri dari 3 gerbong yang jalannnya setiap sejam sekali.  Ada masa2nya enak naik kereta api, adakalanya  perlu juga naik mobil sendiri, terutama kalau menyelia pelajar praktikum yang masuk ke daerah2 pinggiran.  Di sini tak ada angkot atau angdes.  Dari stasiun kereta api atau terminal bis hanya ada taksi atau mobil sewaan.  Mungkin karena orangnya sedikit jadi angkot atau angdes tidak laku.  Yang enaknya tentu tak ada macet seperti di Bogor, Bubulak, Dermaga, Ciampea, dan lain2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun