Walaupun pertanyaan ataupun pernyataan yang saya jadikan judul di atas tidak patut dikemukakan lagi di alam DEMOKRAT, tetapi tetap saja ada yang nyeletuk. Bahwa kekalahan Andi Mallarangeng, akibat arogansi Jawa Sumatra. Mudah2an itu hanya suara pecundang saja. Sedangkan saya yakin seyakin-yakinnya bahwa AM sendiri mengakui dengan jujur bahwa ia memang sudah kalah, ya kalah saja, jangan cari2 alasan yang tidak rasional. Tetapi kalau ada suara semacam itu, mungkin saja, suara pendukungnyha yang tidak legowo akibat kekalahan jagoannya.
Di web sebelah bahkan menyebutkan bahwa kekalahan AM akibat arogansi Jawa Sumatra, silahkan baca selengkapnya di sini :
http://syair79.wordpress.com/2010/05/23/kekalahan-andi-malarangeng-bukti-arogansi-jawa-sumatra/
Kebetulan Anas Urbaningrum adalah kelahiran Jawa dan Marzuki Ali orang Sumatera, maka kekalahan itu dianggapnya karena ada unsur SARA (suku, ras dan agama).
Sebelumnya pernyataan AM yang paling terkenal adalah, "belum saatnya orang dari Sulawesi menjadi Presiden", ia mungkin lupa bahwa BJ Habibie adalah orang dari mana ?
AM juga pernah mengatakan bahwa sudah nasibnya bukan sebagai orang Jawa, maka lebih baik ia jadi "King Maker" saja, tidak usah repot2, katanya.
Sebelum pemilihan, kubu AU mengklaim akan dapat 250 suara, sementara Kubu MA mengklaim akan dapat dengan perolehan angka yang sama.
Lalu saya dapat apa, sangggah AM, sambil mengkalim, bahwa hanya dirinya saja yang layak jadi ketua umum Partai Demokrat.
Kenyataannya AM hanya dapat 16 persen di putaran pertama dan langsung tersingkir.
Hareee gene masih mikir, SARA ? Kayaknya mah enggak ah...
Bagaimana menurut anda ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H