Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalau Nikah Lagi, Saya Gorok ...!

27 April 2010   23:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau nikah lagi saya gorok !"

Itu komentar  seorang istri dari salah seorang teman saya, ketika  suaminya berwacana  akan menikah lagi.

Namanya pak S, pernah tinggal di Malaysia 7 tahun lebih, sekarang di Indonesia menjadi peneliti.

Suami saya 100 persen milik saya, jangan ajak2 suami saya itikaf di Mesjid, begitu kata istrinya, ketika ada yang mengajak suaminya itikaf.  Istri yang terlalu dominan.  Istri yang terlalu mengatur hidup suami.

Padahal Nabi SAW pernah berkata, kalaulah manusia dibolehkan sujud kepada sesama manusia, maka aku akan perintahkan para wanita untuk bersujud kepada suaminya.

Zaman sudah sangat  berubah.  Istri tak lagi patuh pada suami.  Istri tak lagi manut pada suami.

Bukan pula saya menganjurkan agar para istri manut 100 persen pada suami.

Surga nunut neraka katut, kalau suami masuk surga istri numpang ikut, kalau suami masuk neraka, istri pasrah saja.  Bukan pula itu maksudnya... Sebab ada suatu riwayat, yang menceritakan  bahwa di hari kiamat nanti, ada seorang istri yang masuk surga sementara suaminya masuk neraka, hanya karena kurang sebuah amal kebajikan.

Istri boleh saja tidak patuh kepada suami, manakala sang suami tak menurut perintah Allah.

Sebaliknya, banyak para suami yang menyalah gunakan hadis tadi untuk menekan para istri.  Bukan menekan secara fisik, tetapi secara psikologis.  Suatu bentuk KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) secara non fisik.

Istri bekerja, penghasilan istri jauh lebih besar daripada suami, menyebabkan istri mempunyai kekuasaan yang teramat besar.  Tetapi ada juga istri yang tak bekerja, tak pula terlalu cantik, tapi terlalu menguasai suami.  Mungkin suaminya takut tidak "dikasih" hehehe...jadi nurut saja.  Tetapi manakala sang suami sudah punya andalan, maka ia akan berbalik, ia dapat saja meninggalkan istrinya begitu saja, tanpa basa basi, tanpa sepatah kata, suaminya kecantol wanita lain,...

Itulah kehidupan, bagai roda pedati, kadang di atas, kadang di bawah...makanya kalau sedang di atas, ingat dengan yang di bawah.  Kalau sedang dibawah, nikmati saja ....hehe..

Tidak mungkin kita akan berada di atas terus.  Burung terbang saja pasti perlu turun ke bawah.  Cacing di bawah tanah saja kadang sesekali muncul ke permukaan.

Begitu juga halnya dengan suami dan istri.  Kadang ada yang di atas, kadang ada yang dibawah.  Bergantian.... Burung camar juga begitu, sesekali turun kelaut untuk menyambar ikan.  Burung walet juga begitu, kadang harus mampir ke sarang burung walet, supaya manusia mendapat manfaat dari air liurnya.  Begitu juga dengan burung2 yang lain, kadang harus naik, kadang harus turun.  Kadang harus kepanasan, kadang harus kebasahan tertimpa hujan.  Turun ...naik... naik ...turun...berirama seperti juga kehidupan...

Tetapi jangan sampai menggorok burung, kecuali kalau sudah mau digoreng...atau dibuat sup burung...

Di sana gunung di sini gunung, ditengahnya ada burung, jaga burung baik2, jangan sampai terbang... hehe..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun