Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Money

Dari Jualan Es Jadi Tukang Setrum (Aki-Aki Antri Minta Disetrum)

5 Januari 2010   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:37 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Gambar dari Google) Dari hasil jual es, keuntungan Rp 200,- per hari saya tabung sebagian. Kalau sudah agak banyak saya setor ke TABANAS, tabungan pembangunan nasional di bank dekat rumah. Dalam waktu beberapa bulan Tabanas saya sudah mencapai Rp 15.000,- Lalu uang ini saya belikan alat charger accu (aki). Dengan uang segitu cuma dapat alat charger dengan kapasitas 2 aki per 5 jam. Padahal kalau hari Jumat dan Sabtu banyak aki-aki yang antri minta disetrum (dicharge). Maklum saja tahun 70-an listrik masih merupakan barang mewah. Untuk nonton TV orang yg belum pasang listrik harus pakai aki. Aki harus disetrum ulang setiap 5 hari sekali. Menjelang malam minggu orang ramai-ramai mencas aki mereka. Mereka tidak mau ketinggalan nonton film akhir pekan di TVRI. Saat itu ya cuma ada TVRI saja. Stasiun TV swasta belum ada. Karena banyak aki-aki yang antri minta disetrum, maka kakak saya yang jago elektronik, 'membongkar' alat charger aki itu. Dari kapasitas charging 2 aki per 5 jam menjadi 20 aki. Cara kerja alat charger aki seperti adaptor yang merubah arus AC menjadi DC. Setelah perombakan alat dari kapasitas 2 aki menjadi 20 aki, orang2 yang datang menyetrumkan akinya semakin banyak saja. Maka kakak saya membuat satu lagi alat charger. Maka penghasilan saya juga semakin banyak. Dari Rp 200,- per hari menjadi Rp 10.000,- Maka saya pun pensiun dari jualan es. Saya alih profesi. Saya jadi tukang setrum aki-aki.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun