Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bahan Seminar Bioenergi (Full Paper)

23 November 2009   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:14 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

No min

10

0.84

EN 14107

Sumber :http://www.inaibumi.com/

4.  Pengaruh Lingkungan  terhadap Produksi BBN
Bahan Bakar Nabati dapat menjadi pilihan yang baik untuk menggantikan pemggunaan Bahan Bakar Minyak yang banyak mencemari lingkungan, selain itu juga persediaan Bahan Bakar Minyak yang semakin sedikit saja semakin hari. Bahan Bakar Nabati dapat memperlambat perubahan iklim secara global, meskipun masih ada perdebatan yang cukup besar tentang hal ini, karena produksi biodisel dan penggunaannya akan membuat masalah juga dalam efek rumah kaca.

Bahan Bakar Nabati yang bersifat “karbon-netral”, dimana karbondoksida yang dikeluarkan dari asap kendaraan akan diserap kembali oleh tanaman penghasil Bahan Bakar Nabati. Departemen Energi Amerika Serikat menyimpulkan bahwa, Bahan Bakar Nabati menurunkan pengeluaran karbondioksida hingga 78,5 persen. Dengan sifat ini juga, Produsen Bahan Bakar Nabati sangat optimis akan pengembangannya produk ini, utamanya karena sifat alamiah dari Bahan Bakar Nabatinya, serta efisiennya pertanian serta pabrik pembuatan Bahan Bakar yang moderen.

Namun demikian, kenyataannya adalah bahwa Bahan Bakar Nabati dapat menimbulkan lebih banyak gas nitrogen, yaitu gas penghasil asap/ kabut. Penelitian di Universitas California menunjukkan bahwa Bahan Bakar Nabati yang dihasilkan dari kedelai akan lebih banyak menghasilkan kabut dibandingkan asap yang dihasilkan dari Bahan Bakar Minyak. Dengan demikian, Bahan Bakar Nabati pada level tertentu justru akan meninmbulkan masalah dalam perubahan iklim.

Penelitian EPA juga menunjukkan bahwa penggunaan Bahan Bakar Nabati dapat meningkatkan kabut asap sebesar 10 persen dibandingkan dengan pemakaian Bahan Bakar Minyak.Meskipun begitu, asap yang ditimbulkan dari Bahan Bakar Nabati tidak menimbulkan racun yang membahayakan kesehatan.

Mengingat pentingnya pengembangan bahan bakar nabati (BBN), maka penanaman besar-besaran tanaman yang dapat menghasilkan BBN pun dilakukan dimana-mana di dunia. Akibatnya, penebangan hutan dilakukan dan dengan cepatnya, hutan primer dan sekunder berganti menjadi hutan kelapa sawit dan tanaman monokultur lain penghasil BBN. Salah satu contohnya, Malaysia sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia, dimana hampir seluruh lahannya sudah dipenuhi oleh perkebunan kelapa sawit. Itulah sebenarnya yang juga dikhawatirkan oleh negara-negara maju, dimana negara-negara yang merupakan paru-paru dunia justru berlomba-lomba mengubah hutan-hutan nya menjadi tanaman monokultur penghasil Bahan Bakar Nabati.
Perubahan hutan primer menjadi perkebunan monokultur, cepat atau lambat akan merusak atau mempengaruhi ekosistem lokal ataupun global. Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor adalah hanya gejala awal dari rusaknya ekosistem akibat penebangan hutan.

5.  Kesimpulan
Bahan Bakar Nabati  (biofuel) cepat atau lambat akan menggantikan Bahan Bakar Minyak Fossil fuel), karena dalam beberapa tahun saja Bahan Bakar Minyak itu akan habis. Pengaruh lingkungan akibat pemakaian ataupun produksi Bahan Bakar Nabati, baik atau buruk harus diantisipasi dari sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun