Mohon tunggu...
Nur Tjahjadi
Nur Tjahjadi Mohon Tunggu... profesional -

Bebas Berekspresi, Kebebasan Akademik, Bebas yang bertanggung jawab...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Musim Apa Sekarang ?

20 November 2009   22:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:15 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di daerah sub tropik  iklimnya sudah jelas, cuma ada empat musim saja, musim panas, gugur dingin dan semi.  Di daerah tropik cuma ada dua musim, kemarau dan musim penghujan.  Di Indonesia,  nggak jelas lagi musim apa sekarang.  Ya musim duren, musim haji , musim pemadaman listrik, dan yang lagi seru adalah musim intimidasi serta kriminalisasi.

Musim pemadaman listrik, mengakibatkan dirut PLN terancam kena pecat.  Padahal belum tentu kesalahan itu 100 persen kesalahannya.  Ya jelas saja, ada pergiliran pemadaman listrik.  Lha batu bara dan gasnya sudah diekspor ke LN.  Memangnya listrik mau dihidupkan pake apa ?  Selain pake batubara dan gas, mungkin pakai biodisel atau biogas sebagai alternatifnya.  Mungkin dengan teknologi baru (nantinya), kencing kuda bisa dijadikan bahan bakar alternatif.

Diancam mau dipecat, barulah dirut pln ngoceh.  Ok, minggu depan tidak ada lagi giliran pemadaman listrik.  Yang ada adalah giliran penyalaan listrik.  Wow sama aja boong itu mah.  Kalau nyala nya yang digilir berarti kan bakal ada pemadaman juga tuh.

Terdengar kabar, bahwa Malaysia sudah ekspor listrik ke Thailand, Vietnam dan juga Indonesia (mungkin ya).  Soalnya batu bara dan gas Indonesia sudah dikontrak untuk sekian tahun.  Kesenengan ekspor, kebuthan dalam negeri jadi terlupakan.  Rakyat ngambek, bisnisnya banyak yang macet akibat pemadaman listrik yang digilir2.  Rupanya bukan istri saja yang digilir, pemadaman dan atau penyalaan listrik juga udah digilir nih sekarang.  Bisnis air minum, bisnis rumah tangga, bisnis internet, dan macam2 bisnis terancam bangkrut dah gara2 pemadaman listrik yang digilir2.

Pengelolaan negara yang amburadul.  Managemen pemerintahan  yang kalang kabut.  Bikiin rakyat makin terjepit hidupnya.  Mbah Minah yang mencuri tiga buah kakao kena hukuman sebulan limabelas hari.  Memangnya buah itu mau untuk apa mbah ?  Mau embah tanam, biar embah nanti punya banyak pohon cokelat, biar kaya raya punya ratusan hektar pohon kakao.

Jaksa bilang, wah niatnya si mbah ini kagak bener nih, mau memperkaya diri dia.  Kasih hukuman berat aja deh.  Pak Hakim nggak tega, diputuslah hukuman itu dengan berat hati.  Sementara pak Jaksa dengan bangga bilang, wah kami sudah biasa menangani kasus2 kecil seperti itu.  Dulu, pencuri sandal bolong juga kami hukum 6 bulan.  Biar rakyat itu kapok gitu lhoh.  Rakyat itu harus dididik supaya jujur, bagaimana negara ini mau maju kalau rakyatnya gak jujur.  Begitu kali pikir pak jaksa ya...

Rupanya itu hanya sebuah bentuk intimidasi dan kriminalisasi bagi si mbah dan juga rakyat kecil di Banyumas.  Supaya rakyat jangan nuntut macam2, apalagi memperkarakan sengketa tanah dengan pemilik kebun.

Memang sekarang ini yang punya duit bisa berbuat apa saja kok.  Lha media juga sudah ikut2an mau diintimidasi dan dikriminalisasi.  Tujuannya supaya orang pers itu kalo nulis atau kalau ngomong harus hati2.  Anggodo yang melaporkan Kompas dan Koran Sindo ke polisi seperti raja saja dia.  Kenapa ya polisi sangat tunduk menuruti perintah anggodo.

Oh itu bukan intimidasi, bukan kriminalisasi, cuma mau minta klarifikasi aja supaya lebih enak nangkep si anggodo itu, kata pak polisi.  Kita ini ma melindungi rakyat, bukan mau mengintimidasi atau apa, begitu katanya.

Tapi nggak tahulah.  Bingung aja jawabnya, kalau ada yang tanya, sekarang sedang musim apa di Indonesia ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun