Mohon tunggu...
Wartawan Bangkotan
Wartawan Bangkotan Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencoba melihat peristiwa dari sudut pandang yang lain

Wartawan biasa yang tidak pernah mau pensiun menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pak Tjip dan Bunda Rose yang Saya Kenal

31 Oktober 2024   22:42 Diperbarui: 31 Oktober 2024   22:47 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian juga boss YPTD, Pak Thamrin Dahlan. "Ulang tahun ke 60 Pernikahan Pak Tjipta ini diharapkan jumlah Penulis 60 juga," kata pensiunan polisi ini, yang dia wakafkan sebagian rezekinya bersama keluarga besar mendirikan penerbitan buku YPTD.

Bahkan, cerita mepetnya deadline ini sekaligus mengingatkan kembali ketika saya juga ikut menulis di  buku kumpulan tulisan "70 Tahun Thamrin Dahlan". Di buku tersebut, cukup istimewa sebab kata pengantarnya ditulis oleh Dahlan Iskan, mantan wartawan Tempo, bos Jawa Pos, juga mantan menteri, yang kini mengelola "DisWay", sebuah media cetak plus online.

Tidak heran jika Mbak Muthiah Alhasany selalu mengingatkan akan batas akhir pengiriman naskah: "Masih ada lebih dari 10 orang yang belum nulis Pak," jawabnya kepada Pak Thamrin. "Jadi teman-teman yang belum menulis, agar segera ya sebelum deadline". 

Nah di situlah baru terasa betapa semakin mendesak yang namanya "deadline". Meski sudah terbiasa menghadapi masa-masa genting seperti ini, terutama sewaktu masih jadi reporter surat kabar harian sore, tidak ayal membuat saya juga was-was. Apa bisa terkejar gak ya?

Tidak heran jika banyak juga yang merasa "kebakaran jenggot" meskipun tidak memiliki jenggot. Lah, dia perempuan, mana berjenggot? Antara lain Hidayah Qudus: "Hari ini batas akhir pengumpulan artikel ya, mbak?".

"Hari ini masih diterima sampai jam 23.59 kan, nggih bu Muthiah? tanya salah seorang penulis mulai ikut was-was.

"Aku malam ya pak Thamrin, nyusul," kata yang lain. "Saya juga menyusul nanti malam nggih Pak TD (sapaan akrab Pak Thamrin dari inisial namanya.  "Saya juga belum nulis hehehe ..".

"Editing bersih sendiri dulu , biar nggak merepotkan editor buku" "Dibaca ya, koreksi dan edit yang benar kalau ada salah ejaan, kaburrr," ledek yang lain. Sutiono: "Lewat dari 60, akhirnya". Thamrin Dahlan: "Ya 68 penulis". 

Pak Tjip dan Bunda Rose semasih muda (Kolase foto Nur Terbit/sumber foto dok Pak Tjip)
Pak Tjip dan Bunda Rose semasih muda (Kolase foto Nur Terbit/sumber foto dok Pak Tjip)

Awal Perkenalan Dengan Pak Tjip 

Sejak saya bergabung dan mulai menulis di Kompasiana tahun 2008 dengan akun Nur Terbit  -- kemudian hilang dan tidak bisa login, lalu ganti dengan akun baru Wartawan Bangkotan hingga sekarang -- seingat saya baru dua kali sempat bertemu langsung dengan ayahanda Tjip (Tjiptadinata) dan Bunda Rose (Bundo Roselina). Istilah populer di dunia blogger kopdar alias kopi darat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun