PENGALAMAN MACET BERJAM-JAM DI PUNCAK - Catatan Nur Terbit
Jalan alternatif dari berbagai jalur menuju Taman Safari, Desa Kuta, Kecamatan Megamendung, Puncak, Bogor, macet total sampai berjam-jam. Termasuk rombongan kami 2 bus dan kendaraan pribadi.
Padahal tujuan masih sekitar 2 km lagi menuju Villa Zakirah, tempat kami akan menggelar acara "Family Gathering" warga perantau dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dan Ikatan Wanita Sulawesi Selatan.(IWSS) Kota Bekasi.
"Tidak biasanya macet begini. Ini mungkin karena hari libur. Apalagi libur panjang hingga Senin. Kalau hari-hari biasa sih nggak macet," kata Pak Acep, tukang ojek pangkalan yang membawa saya.
Memang bukan hanya saya saja. Banyak juga yang terpaksa turun dari mobil pribadi yang ditumpanginya, beralih ke ojek motor agar bisa segera menuju lokasi tujuan.
Yang lebih parah lagi, rombongan kami yang diangkut oleh beberapa kendaraan pribadi. Mereka berangkat Minggu siang, Namun hingga Senin siang esok harinya masih di perjalanan dan terjebak macet.
Praktis 24 jam kendaraan mereka tidak bergerak. Padahal sudah mencoba mencari jalur alternatif, bahkan hingga sampai ke Cianjur. Tapi itu lagi-lagi terjebak. Liputan versi Facebook di sini!
"Posisi di mana? Koq belum sampai juga ke lokasi," tanya teman via video call. "Kita masih di jalan, kendaraan tidak bergerak dari kemarin," kata Amir Mappa, sambil memperlihatkan deretan mobil di belakang dia berdiri.
"Inilah seninya. Yang penting setelahnya happy," komentar Ibu Yeanne Cicilia Abidin, Ketua IWSS Kota Bekasi.
"Semangat Pak Daeng Nur," timpal Pak Andi Muin Hafied, Ketua KKSS Kota Bekasi.
"Luar biasa kemacetan Pak Daeng Nur, saya dari Pejuang Harapan Indah, Medan Satria Kota Bekasi, berangkat jam 23.00 keluar tol Bogor menuju Puncak macettttttt..Akhirnya mutar balik, nggak jadi deh kumpul dengan teman2 KKSS & IWSS," tambah Pak Muin Hafied.
"Kemarin keponakan ke Cianjur dari Kota Bogor 8 jam di perjalanan baru tiba di tempat tujuan," kata Agus Widiyanto, teman wartawan yang kini alih profesi jadi guru di Bogor.
MACET (TOTAL) HOROR DI PUNCAK
Ini pengalaman teman Iswanto Faisal, rombongan lain yang semula juga akan bergabung di acara Family Gathering KKSS-IWSS. Namun karena macet di perjalanan, mereka terjebak di jalan dan tidak sampai ke lokasi tujuan. Berikut ceritanya.
Perjalanan wisata yang berubah menjadi perjalanan dan pengalaman HOROR akibat kemacetan yang sangat parah (total) dalam perjalanan ke Puncak.
Awalnya rombongan kami (Ustad Supriadi, Iswanto Faisal, Amir Mappa, Nurhidayat, Arief & Saiful) yang menggunakan mobil pribadi akan menyusul rombongan besar KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan) dan IWSS (Ikatan Wanita Sulawesi Selatan) Kota Bekasi yang akan mengadakan Family Gathering di Puncak tanggal 15-16 September 2024.
Berangkat dari kediaman Ustad Supariadi, setelah makan siang sekitar jam 12.00, rombongan kami mulai berangkat menuju tujuan acara di Megamendung - Puncak. Kami mengambil jalan masuk tol Jagorawi seperti biasa bila rekreasi ke Puncak, namun selepas tol Bekasi Timur dan memasuki daerah Cibubur kepadatan kendaraan mulai mengular (macet).
Atas kesepakatan bersama, kami berinisiatif mencari jalur alternatif lain menuju Puncak, yaitu lewat Cileungsi-Jonggol-Cianjur-Puncak.
Awalnya perjalanan seperti umumnya kendaraan lewat Cileungsi-Narogong ramai dan padat. Namun tetap berjalan normal sampai memasuki daerah Jonggol sekitar pukul 3 atau 15.00 sore.
Rombongan mampir sejenak di mesjid untuk sholat Dhuhur & Ashar (jama) dan makan siang sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan.
Memasuki daerah Jonggol ke arah Cianjur, mulai terasa padat merayap akibat banyaknya kendaraan (besar dan kecil) serta motor yang melintas.
Sekitar jam 18.00 sore ba'da Magrib rombongan sudah memasuki Cianjur menuju Cipanas. Nah....di sinilah mobil rombongan mulai tersendat merayap, kami berkomunikasi dengan rombongan yang berangkat lebih awal dengn bus dan mobil pribadi.
Info dari mereka sudah ada yang tiba di lokasi acara sejak jam 15.00 sore tapi pakai ojek motor pangkalan karena bus tidak bisa masuk dan menanjak. Lokasinya di daerah ketinggian, ada juga rombongan yang pakai mobil pribadi terpaksa harus putar balik (pulang) karena keburu stress di tengah kemacetan. Hari itu sudah lebih 5 jam tidak bisa naik atau maju lagi ke arah Puncak.
Rombongan kami yang berjalan merayap di daerah Cipanas sampai puncak pass sekitar jam 21.00 malam. Kendaraan sudah tidak bisa bergerak lagi. Apa boleh buat kami terpaksa istirahat dalam mobil sambil dengar info dari rekan lain yang sudah tiba di lokasi acara dan juga monitor dari radio.
Kami juga sempat ngobrol dengan penduduk sekitar terkait situasi kemacetan di Puncak yang katanya baru kali ini terjadi kemacetan parah (HOROR) seperti ini. Bahkan ada info adanya wisatawan yang meninggal dunia terimbas kemacetan ini.
Kami jadi teringat tragedi TOL BREXIT (Brebes Exit) beberapa tahun lalu menjelang Idul Fitri yang sampai merenggut 15 org meninggal dunia.
Barulah sekitar jam 8 pagi harinya tanggal 16 September 2024, kendaraan baru mulai bisa bergerak meskipun masih merayap. Rombongan juga sudah sepakat apabila jam 10.00 pagi belum bisa mendekati lokasi acara, terpaksa kami teruskan pulang saja mengingat rombongan di lokasi acara juga separuhnya sudah pulang.
Sekitar jam 11.00 siang rombongan baru bisa melewati pasar Cisarua yang merupakan titik PALING PARAH dan sesuai kesepakatan langsung terus ke (pulang) Jakarta karena anggota rombongan sudah lelah. Sementara rekan-rekan di lokasi acara juga bersiap pulang dengan selesainya acara.
Inilah pengalaman saat mengalami kemacetan parah (horor) di Puncak, yang awalnya ingin rekreasi dan ikut Family Gathering, menjadi kekecewaan dan kenangan pahit terjebak macet hampir 24 jam di dalam mobil.
Semoga menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk memikirkan hal ini. Apalagi dikuatirkan bisa terjadi lagi di waktu yang akan datang. Ini mengingat jalur alternatif yang sangat susah serta jalur yabg sejak dulu tidak ada pelebaran. Bukan itu saja, ditambah jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 setiap tahun bertambah ribuan jumlahnya.
KETERANGAN POLRES BOGOR
Seorang wisatawan asal Bambu Apus, Jakarta Timur, berinisial NM (56) meninggal dunia diduga kelelahan saat berlibur di kawasan wisata Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dalam keterangan tertulis pada Senin (16/9), Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bogor AKP Rizky Guntama mengungkapkan NM meninggal dunia saat hendak pulang usai berwisata dari Agro Wisata Gunung Mas, Cisarua, pada Minggu (15/9).
Kepolisian Resor (Polres) Kabupaten Bogor mengungkap penyebab kemacetan parah di jalur Puncak Bogor, pada libur panjang ini terjadi sejak Ahad hingga Senin, 15-16 September 2024. Kepolisian menyebut kemacetan tersebut bukan hanya diakibatkan kepadatan kendaraan di kawasan Puncak.
Kepala Satlantas Polres Bogor Ajun Komisaris Polisi Rizky Guntama mengatakan, kemacetan tersebut terjadi saat libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW yang mengakibatkan lalu lintas di Jalur Puncak sempat tersendat. Rizky berujar volume kendaraan dari arah Puncak menuju Jakarta dan sebaliknya terpantau ramai pada Ahad malam.
"Banyak kendaraan roda dua di malam hari, volume kendaraan yang naik dan turun itu seimbang," kata Rizky melalui keterangan tertulis, Senin, 16 September 2024.
Itulah pengalaman saya di hari Minggu 15 September 2024, mengikuti Family Gathering warga perantau asal Sulsel yang kini berdomisili di Kota Bekasi, saat ke Puncak. Hingga Senin siang, dikabarkan masih macet.
Salam : Nur Terbit
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI