Mohon tunggu...
nur taufik
nur taufik Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Guru menggambar sanggar lukis anak Menyukai menulis menyukai Fotografi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Uniknya Penjual Oprokan di Tengah Pasar Barang Bekas

19 Desember 2014   14:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:58 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beginilah tampak pasar dari depan

14189484441801767571
14189484441801767571

Suasana pasar pagI di pasar klitikan Notoharjo Solo

14189485302091332652
14189485302091332652

Tampak penjual oprokan dan pengunjung

Yang disebut Pasarrakyat ternyata tidak hanya terbatas jualbeli kebutuhan bahan pokok tetapi ternyata bisa barang apa saja meskipun barang itu barang seken atau bekas. Seperti yang terjadi di Pasarrakyat Klitikan Notoharjo Solo atau tepatnya di Semanggi,Pasar Kliwon Solo adalah pasar yang melayani kebutuhan berupa barang bekas, pasar ini betul betul milik rakyat karena harganya hampir terjangkau masyarakat ekonomi lemah meskipun harus melalui tawar menawar. Seperti umumnya sebuah pasarrakyat tradisional yang lain Pasar  klitikan ini resmi diresmikan Pemerintah Kota Bapak Jokowi yang sekarang jadi Presiden bahkan keberadaan pasar klitikan ini juga ide pakJokowi hasil relokasi dari para penjual oprokan di Banjarsari sekitar tahun 2012 . Di dalam pasar ini tersedia banyak kios penjual barang-barang bekas. Kios-kios itu kebanyakan menjual onderdil motor atau mobil tetapi ada yang lain seperti  hape, alat-alat rumah tangga, alat elektronik, helm, sepatu, mainan anak-anak, sepeda, computer,baju,lampu atau barang lainnya yang kemungkinan tidak anda dapatkan di pasar modern seperti mall termasuk rongsokan mesin,barang elektronik pokoknya yang jelas barang-barang itu bekas.

1418948812817443405
1418948812817443405

Penjual oprokan menunggu dagangannya

Nama Klitikan awalnya bersumber dari dialek bahasa jawa khususnya wong Solo yaitu “Klitik”. Klitik adalah salah satu suara dari benda jatuh yang berukuran kecil dan rata – rata berbahan besi seperti salah satunya skrup. Karena jumlahnya suara banyak dan dianggap benda-benda itu jatuhnya berceceran maka orang jawa menyebut sebagai klitikan.

141894889228087617
141894889228087617

Lihat jenis barang oprokan

14189489521306866980
14189489521306866980

Barang oprokan bervariasi

1418949010135780574
1418949010135780574

onderdil dan macam barang lainnya

14189491021330046902
14189491021330046902

Lihat saja transaksi jual beli langsung

141894915893917108
141894915893917108

Ilmu tawar menawar diperlukan sekali

14189492591176915891
14189492591176915891

Gang gang pasarpun penuh penjual oprokan

Sebenarnya pasar jenis klitikan ini ada dibeberapa kota seperti Jogja bahkan Jakarta dan anehnya sebagian orang menyebutnya sebagai pasar maling karena kenyataannya sesekali diketemukan barang curian namun perlu dimengerti tidak berarti para penjual di pasar ini bisa ditangkap begitu saja karena dikira maling. Ternyata para penghuni kios pasar klitikan termasuk penjual oprokan ini hampir semuanya mempunyai jaringan dengan juragan – juragan tukang rosok atau para pemulung disamping juga menampung orang yang datang ke pasar menjual barangnya ke pasar.

Uniknya pasarrakyat ini bukan karena fungsi pasar ini sebagai pasar bekas tetapi datangnya penjual lesehan yang hanya datang pada tiap pagi setelah habis subuh tetapi setelah jam 06.00 pagi para penjual ini hilang kemana, khususnya hari Minggu pagi pasar ini penuh sesak pengunjung bahkan menjadi wisata domestik yang unik. Mereka para penjual pagi inilah orang-orang menyebutnya sebagai penjual oprokan. Kedatangan mereka setiap pagi memenuhi ruas jalan-jalan di sekitar pasar Notoharjo ini sehingga tiap pagi pasar ini banjir manusia yang datang dari sudut kota Solo. Berkumpulnya penjual oprokan inilah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat khususnya terhadap pasar klitikan. Di saat pagi itu beraneka barang bekas tersedia lebih banyak meski barang-barang yang dijual itu sudah rusak. Tidak aneh bila tiap minggu pagi paling banyak pengunjung bahkan silih berganti memburu barang – barang bekas yang dicari. Beberapa pengunjung justru mengatakan merasa sangat puas  dan ada rasa kebanggaan tersendiri  setelah berhasil menawar barang oprokan dan membawanya pulang.

Oprokan adalah istilah dari salah satu dialek bahasa jawa yang sama seperti istilah klitikan diambil dari sumber suaranya seperti “ Prok “ bedanya kalau suara prok ini mewakili sejumlah benda dalam satu karung, karena karungnya itu banyak artinya tidak hanya satu karung maka jadilah disebut-sebut “oprokan”.

Para penjual oprokan biasanya hampir tidak memiliki kios di pasar, barang  dagangannyapun apa adanya yang mereka peroleh dan biasanya dibawanya dengan karung , cara penjualannya cukup lesehan dengan cara menggelar tikar atau alas seadanya sambil menunggu barang dagangannya  tanpa harus teriak teriak seperti penjual obat. Penjual oprokan ini bisa saja silih berganti orang karena tanpa ikatan dengan aturan pasar dan jenis dagangannya sehingga siapa saja asal punya barang yang akan dijual dan lesehan disini maka tergolong penjual oprokan, makanya biasanya bila sudah tidak punya dagangan penjual oprokan akan menghilang namun muncul penjual oprokan baru bahkan terus bertambah.

14189493331518603864
14189493331518603864

Suasana parkir minggu pagi

Mengunjungi pasar ini di saat pagi seperti Minggu pagi menjadi hiburan menarik. Namun saya ingatkan jangan datang diatas jam 07,00 pagi maka penjual oprokan mulai meninggalkan pasar , merekapun menyadari sebagai penjual legal dan akan mengganggu aktifitas para penghuni resmi kios pasar ini. Itulah uniknya pasar Klitikan Notoharjo di Solo ini.

Kedatangan saya di pasarrakyat inipun tidak sia-sia karena saya bisa bawa pulang lampu duduk meja yang hanya berharga Rp.5000,- serta dua kotak plastik untuk tempat mainan anak-anak yang satu biji hanya Rp.2500,-. Sebuah tipas angin duduk berukuran kecil kutawar Rp.30.000,- ternyata tawar nenawarku tidak berhasil karena penjualnya ngotot harganya Rp.45.000,-. Tapi saya senang sekali sudah bawa oleh-oleh pagi meski barang itu bekas tapi sudah membantu kebutuhan saya sebagai keluarga pas-pasan.

Maka jangan lewatkan bila datang ke Solo , cobalah berkenalan dengan para penjual Oprokan di pasar klitikan di Notoharjo ini. Lokasinyapun mudah bila sudah ketemu Alu-alun selatan keraton Solo sampai keluar dari gapura paling selatan tinggal ke timur terus sampai perempatan ke timur lagi melewati jembatan dan turun sedikit ke selatan maka akan kelihatan kerumunan orang.  Yang perlu diingat jika hendak belanja di jenis pasar klitikan khususnya pasar pagi ini sebaiknya jangan datang diatas jam 06.00 pagi selain itu alangkah baiknya tahu harga asli barang yang akan dibeli atau tahu sedikit banyak harga barang itu. Dan satu lagi tahu kondisi barang yang akan dibeli itu apakah rusak atau tidak. Jangan lupa nego terus sampai harga seminimal mungkin maka saya yakin anda akan belanja dengan merasa puas bahkan bangga meskipun barang itu barang bekas. Jangan sampai terjadi pulang dari pasar ini mendapatkan kekecewaan hanya karena barang yang terbeli harganya terlalu mahal apalagi barang rusak menjadi tidak berguna. Mari kita manfaatkan semua pasar rakyat sebagai tempat milik kita untuk memenuhi segala kebutuhan kita termasuk pasar klitikan dimana saja. Pasar rakyat sukses berarti ekonomi rakyat sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun