Mohon tunggu...
Nur Taufik
Nur Taufik Mohon Tunggu... Guru - Blogger - Guru

Calon Journalist

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Bedah Kasus Sambo bersama Prof. Mahfud MD Melalui Buku Budiman Tanuredjo

4 Maret 2024   11:55 Diperbarui: 8 Mei 2024   12:41 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendahuluan oleh Penulis Budiman Tanuredjo tentang 2 bukunya. Sumber Pribadi (Nur Taufik).

(26/02/2024) Gedung Bentara Budaya, Jakarta Pusat. 

Pendahuluan Oleh Budiman Tanuredjo

Merupakan momen sepesial bagi Budiman Tanuredjo, jurnalis senior Harian KOMPAS. Kenapa dikatakan sepesial? Karena pada hari tersebut merupakan hari peluncuran dua buku miliknya yang berjudul Menjaga "Danyang" Jurnalisme dan Merawat Keindonesiaan dan Kemanusiaan.

Di balik tanggal yang dipilih dalam acara peluncuran buku ini adalah hari ulang tahun dan masa purnatugas Budiman Tanuredjo sebagai wartawan dan jurnalis di Harian KOMPAS.

Sudah tiga puluh lima (35) tahun ia berkarir dan berkiprah menjadi seorang wartawan, banyak kisah dan pengalaman yang dirinya dapat semasa melakoni semua tugas tersebut.

Pendahuluan oleh Penulis Budiman Tanuredjo tentang 2 bukunya. Sumber Pribadi (Nur Taufik).
Pendahuluan oleh Penulis Budiman Tanuredjo tentang 2 bukunya. Sumber Pribadi (Nur Taufik).

Budiman Tanuredjo merefleksikan awal dirinya terjun dalam jurnalisme adalah sebagai (survive) kemampuan bertahan hidup untuk membiayai kebutuhannya selama berkuliah.

Tahap kedua setelah Budiman Tanuredjo merefleksikan arti jurnalisme sebagai teknik bertahan hidup adalah membawa kedamaian, karena menurutnya setiap individu harus bisa memberikan keuntungan bagi orang lain semasa hidupnya.

Lalu tahap ketiga adalah bagaimana jurnalisme bisa ikut mempengaruhi proses yang ada di pemerintah, dan bagaimana cara agar bisa terbentuknya pikiran masyarakat tentang bagaimana Indonesia dimasa yang akan datang.

Budiman turut menjelaskan penggunaan kata Danyang dalam judul bukunya merupakan hasil dari perjalanan ke sejumlah tempat dengan melakukan tanya jawab dengan siapa pun yang ia temui.

Lalu kemudian inspirasi kata Danyang tersebut didapatkan di Yogyakarta. ketika sedang berbincang dan ada yang mengatakan "Tolong jaga Danyang morat loncat" dalam arti "Morat locat" adalah tidak keluar dari tubuh pers itu.

Dalam dua puluh enam  Episode buku Merawat Danyang Jurnalisme, dua puluh tiga halamannya adalah cerita dirinya dalam mengawal kasus Ferdy Sambo dalam keterlibatan kasus pembunuhan ajudannya, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Untuk  judul buku Merawat Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Budiman mencoba mengutarakan dialog-dialog internalnya dalam redaksi Kompas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang dapat ditinggalkan kepada rekan-rekan muda di Kompas ketika dirinya memasuki masa purnatugas.

Dalam dialognya dengan Sukidi (Pemikir Kebinekaan) sekaligus editor buku Merawat Keindonesiaan dan Kemanusiaan. Bahwa selain dari kekuasaan, dalam buku tersebut juga menjelaskan tentang korporasi dan inspirasi yang ia dapat dalam perjalanan 35 tahunnya.

Bedah Buku Menjaga Danyang Jurnalisme Bersama Prof. Mahfud MD

Bedah kasus Sambo oleh Prof. Mahfud MD. Sumber pribadi (Nur Taufik). Bentara Budaya.
Bedah kasus Sambo oleh Prof. Mahfud MD. Sumber pribadi (Nur Taufik). Bentara Budaya.

Dalam keterlibatannya dalam mengupas kasus Ferdy Sambo, mantan Menkopolhukam ini sangat melibatkan peran wartawan di dalamnya.

Menurut Prof. Mahfud banyak sekali kasus yang amat sangat besar dan serius itu tenggelam karena tidak ada yang berani mengangkat, mulai dari pejabat sampai dengan rakyat.

Dengan melempar beragam kasus kepada media maka dengan sendirinya publik dan masyarakat akan bergerak, dan langkah ini selalu Prof. Mahfud gunakan ketika menumpas kasus-kasus besar.

Prof. Mahfud merasa jika dirinya hanya mengandalkan instasi pemerintahan seolah-olah dia hanya bekerja sendirian.

Begitu pun awal mula kasus Sambo yang diberitakan. Awal mula hanya sebuah tragedi kecelakaan tembak-menembak dengan data yang tidak jelas. Itu pun beritanya baru muncul setelah tiga hari pasca kejadian di lokasi.

Hanya satu orang yang berani menyuarakan, yaitu Teguh Sugeng Santoso. 

Prof. Mahfud menceritakan bahwa ketika kejadian tengah berlangsung dirinya sedang berada di Mekah dan tanpa panjang lebar dirinya langsung mengabarkan kepada stafnya dan menanyakan perihal kasus tersebut.

"Ini sedang ada kasus apa di Indonesia, seperti kasus yang serius tapi kenapa sepi-sepi saja?" tanya Prof. Mahfud.

"Tidak ada apa-apa, Pak. Sudah saya cek," kata Mahfud menerangkan jawaban stafnya yang berada di Indonesia. Pukul 13:00 waktu Mekah.

Sore harinya stafnya kembali mengabarkan bahwa ternyata kasus tersebut merupakan kasus besar dan kasus yang amat serius. "Bapak harus bicara," ungkap stafnya melalui telepon.

Pada saat itu juga Prof. Mahfud menanggapi kasus tersebut melalui siaran langsung dari beberapa stasiun TV. "Ini harus diungkap, ini bukan tembak-menembak, ini pasti pembunuhan," ungkapnya pada rekan wartawan media.

Tidak lama setelah itu Prof. Mahfud kembali ke Indonesia dan dirinya merasakan bahwa dalam kasus ini terjadi pembungkaman secara halus.

Mulai dari pihak Kompolnas yang mengatakan bahwa ini adalah hanya kasus penzaliman, dengan dalih bahwa Ferdy Sambo datang dengan berlinangan air mata lalu mengatakan, "Saya dizalimi, saya dizalimi". Lalu debat dengan pengacara dari DPR yang mengatakan, "Apaan ini Menteri Koordinator, kok, jadi menteri komentator", dan masih banyak lagi.

Menurut Prof. Mahfud MD ada beberapa kunci yang akhirnya dapat mengupas tuntas permasalahan tersebut, yaitu dengan melakukan 'bedol desa' di lokasi kejadian dengan memindahkan seluruh staf dan jajarannya. Karena dalam kasus Sambo banyak pihak berusaha menghilangkan jejak dengan mengacak-acak tempat kejadian perkara.

Bahkan sampai ketika dirinya sedang rapat mengenai kasus tersebut pasti berhasil dibocorkan kepada orang-orang di luar yang terlibat.

Setelah 'bedol desa' Prof. Mahfud juga selalu mengajak para pers untuk terus mengawal kasus ini hingga tuntas, setiap episode setiap sidang setiap hal yang terlibat dalam kasus ini harus diperlihatkan kepermukaan.

Dengan perencanaan yang matang dengan pemecahan yang serius dan dengan kolaborasi dengan seluruh staf akhirnya kasus ini dapat diungkap dan berhasil dinyatakan bahwa dalang dari semua kasus ini adalah, tidak lain dan tidak bukan Ferdy Sambo sang panglima tertinggi Polri.

Sumber Tulisan (Rekaman Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun