Mohon tunggu...
Nur Taufik
Nur Taufik Mohon Tunggu... Guru - Blogger - Guru

Calon Journalist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keresahan Terhadap Pengamen Liar yang Arogan dan Kian Merajalela

28 Desember 2023   08:46 Diperbarui: 28 Desember 2023   16:58 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Pengamen, pada artikel ini saya ingin bercerita tentang beberapa pengalaman pahit ketika bertemu dengan pengamen yang menurut saya sangat meresahkan.

Sebenarnya dulu saya sangat berempati ketika bertemu dengan para pengamen, berapapun akan saya bayar mereka, ketika mereka mulai menyanyikan lagu yang dibawa. 

Namun setelah beberapa kejadian yang saya alami selama dilapangan membuat rasa empati kini berubah menjadi rasa resah dan tidak nyaman.

Pengalaman Pertama. 

Pada liburan akhir tahun 2022 lalu yang mana kejadian tersebut terjadi di Kota Bandung. 

Hunting foto di jl. Asia Afrika. Sumber gambar dokumen pribadi. 
Hunting foto di jl. Asia Afrika. Sumber gambar dokumen pribadi. 

Kebetulan sekali pada tahun lalu abang saya masih berkuliah di Bandung tepatnya di Universitas Telkom yang berlokasi di Kec. Buah Batu, saya berkesempatan menginap di kosan abang selama enam hari sampai malam tahun baru 2023.

Kejadian yang saya alami tepat di hari ketiga di waktu saya sedang hunting foto di Jalan Asia Afrika, bermula ketika saya bersama abang pergi ke Pasar Antik Cikapundung untuk menemui salah satu temannya.

Ketika tiba di lokasi, bertemulah mereka dengan dilanjut bercakap ria. Setelah itu kemudian saya langsung pamit untuk pergi ke Jl. Asia Afrika, karena posisi lokasi Pasar Cikapundung bersebrangan dengan Jl. Asia Afrika saya langsung berjalan kaki menuju lokasi dengan membawa kamera Canon M50 dengan lensa tele 70-200 untuk hunting street fotografi.

Ketika sedang seru-seru hunting foto, datang lah pengamen pertama dengan menggunakan gitar dan kaca mata hitam, ketika dia mulai bernyanyi saya memberinya kode dengan tangan bahwa saya tidak mempunyai uang recehan.

Akan tetapi kode yang saya berikan sama sekali tidak digubris olehnya, dengan santai saya langsung pergi dengan melanjutkan hunting foto di lokasi tersebut, akan tetapi bukannya pergi sang pengamen terus saja membuntuti hingga akhirnya dia memepet kedepan untuk menghalangi jalan yang akan saya lewati.

Akhirnya dengan terpaksa saya merogoh kantong dan dompet untuk mencari uang recehan, namun pada saat itu saya sama sekali tidak memiliki uang pecahan kecil, sekalipun ada yaitu berupa dua lembaran uang sebesar Rp.10.000.

Dengan berat hati saya memberinya satu lembar uang Rp.10.000,  karena ya hanya pecahan tersebut yang saya miliki yang mana nominalnya paling kecil dari lembar lainnya.

Setelah saya memberinya uang sang pengamen tersebut langsung menghilang dari edaran penglihatan saya. Dalam hati kemudian berbisik "Belum juga jajan uang gue udah berkurang gegara pengamen ini, mana sepuluh rebu lagi". 

Hantu-Hantu unik di Bandung. Sumber gambar dokumen pribadi
Hantu-Hantu unik di Bandung. Sumber gambar dokumen pribadi

Setalah itu saya kembali hunting foto dan saya tertarik dengan para cosplayer hantu yang sudah berpejeng di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan beragam dandanannya.

Sialnya ketika sedang sibuk dan asik memotret entah datang dari mana pengamen kedua datang, kali ini tiba-tiba dia langsung menghalangi pandangan saya untuk memfoto para cosplayer hantu tersebut.

Dengan berdecak sebal saya langsung berpindah menjauh dari pengamen tersebut, namun sama halnya dengan pengamen yang pertama pengamen yang kedua juga sama yaitu membuntuti, lalu ketika saya hendak memfoto, mereka kembali menghalangi dengan bernyanyi di depan saya.

Kali ini dengan rasa kesal saya kembali memberikan mereka pecahan uang Rp.10.000 untuk membuat mereka pergi, kemudian bergumam kembali dalam hati "Sial-sial belom juga gue jajan udah angus duluan dua puluh rebu ditangan pengamen, ogah gue maen ke sini lagi, boncos duluan gegara pengamen, mana buat liburan gue nabung selama satu semester pula".

Tak lama setelah itu saya langsung kembali ke Pasar Antik Cikapundung, karena kemunculan dua pengamen tersebut membuat mood saya benar-benar berubah, seketika fikiran saya terhadap Kota Bandung sebagai kota romantis dan kota yang indah hilang semua karena kehadiran dua pengamen liar yang muncul tiba-tiba.

Pengalaman Ke-Dua. 

Terjadi di angkot M11 jurusan Tanah Abang - Meruya.

Sumber gambar, Republika
Sumber gambar, Republika

Pada saat itu sedang dalam perjalanan yang tenang, di depan Pasar Palmerah tiba-tiba naik seorang pengamen, kemudian bernyanyi dengan hanya sebuah botol kosong yang di isi dengan batu kecil untuk dijadikan alat musik.

Suaranya yang fals, nyanyi yang asal bunyi dengan kocrekan suara batu di dalam botol tanpa mengakhiri terlebih dahulu lagu yang dinyanyikan, lalu tanpa rasa malu kemudian dia langsung menyodorkan bungkus permen untuk meminta imbalan dari para penumpang.

Sebetulnya saya tidak ingin memberinya akan tetapi kebetulan pada saat itu saya memiliki pecahan Rp,2.000 untuk menyawernya, ya meskipun lagu yang dinyanyikan tidak jelas dan lebih kepada mengganggu sebenarnya.

Dia terus memintai para penumpang yang belum memberinya dengan terus menyodorkan bungkus permen dengan muka yang masam, sampai akhirnya tiba kepada penumpang perempuan paling pojok yang sedang asik bermain Handphone. " ITU yang di belakang kaga mau ngasih? pelit amat jadi orang " celetuk pengamen tersebut.

Sontak kaget para penumpang mendengar celetukan dari pengamen tersebut, dan tak lama kemudian sang sopir yang mendengar hal itu langsung membentaknya untuk segera turun dari ankot, " Lu mau ngamen-ngamen aje ga usah malak penumpang gue ! Ga tau diri lu udah dibolehin ngamen malah malak " bentak sang sopir.

Tanpa menunggu lama sang sopir langsung menepikan mobilnya agar sang pengamen liar tersebut segera turun dan tidak membuat kegaduhan didalam ankot.

Setelah diturunkan, para penumpang terheran-heran dengan kelakuan dari pengamen liar tersebut, yang mana terlihat sangat tidak tahu malu dengan apa yang dilakukannya.

Pengalaman Ke-Tiga. 

Di depan Stasiun Jakarta Kota pada 27 Desember 2023 kemarin.

Halaman depan stasiun Jakarta kota. Sumber gambar dokumen pribadi. 
Halaman depan stasiun Jakarta kota. Sumber gambar dokumen pribadi. 

Kejadian ketiga adalah kejadian yang paling baru, tepatnya disaat saya sedang menanti seseorang di Stasiun Jakarta Kota untuk menuju Pantai Ancol yang berada di Jakarta Utara.

Setibanya di stasiun saya berfikir untuk bersantai ria di halaman Stasiun Jakarta Kota, karena pikir saya sudah bagus dan nyaman setelah di renovasi, akan tetapi belum lama saya duduk bak umpan disambar ikan sang pengamen langsung datang dengan tanpa sopan santun di hadapan saya.

Saya memberinya lambaian bahwasannya saya tidak akan memberi, langsung di sambar dengan jawaban yang sangat cepat memotong lagu yang tengah dia nyanyikan " Ya elah bang ga ada uang kecil bisa kembalian" Jawab sang pengamen. Di kepala saya muncul tanda tanya?? karena saya tidak mengatakan hal apapun. 

Karena malas mendengar nyanyian yang tidak jelas apa lagunya saya segera memberikan uang Rp.5.000 sambil berkata " Nih kembali Rp.3.000". Dengan wajah masam dia memberikan kembalian, tetapi tidak sesuai yaitu hanya Rp.2.000. Karena malas menanggapinya kemudian saya biarkan saja, toh hanya Rp.1.ooo saja.

Sumber gambar detikNews Rengga Sancaya. 
Sumber gambar detikNews Rengga Sancaya. 

Dari ke-tiga kejadian diatas merupakan pengalaman pribadi yang mungkin pernah juga dirasakan oleh beberapa teman-teman semua.

Jika ada yang memiliki hal serupa atau pengalaman yang tidak mengenakkan dari para pengamen silahkan bertukar cerita di kolom komentar yaa.

Dari diri saya pribadi jika pengamen tersebut niat bernyanyi dengan tulus dari awal hingga akhir, lalu ditambah dengan alat musik seperti beberapa pengamen lainnya, saya tidak akan sungkan untuk memberi dan juga mengapresiasi dari usaha dan modal yang mereka berikan.

Dan mungkin maraknya pengamen, ditimbulkan karena beberapa faktor seperti terjadinya ketimpangan sosial antar masyarakat, akses pendidikan yang masih belum merata dan juga akses pekerjaan yang sulit dan sempit.

Semoga untuk kedepannya pemerintah pusat dan daerah terutama Dinas Sosial  bisa kembali berbenah untuk menertibkan para pengamen, pengemis dan gelandangan yang bertebaran diberbagai kota, agar dapat tercipta kenyamanan dan keamanan kepada para wisatawan yang datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun