- Permukiman kumuh di bantaran rel kereta api dan sungai.
Timbulnya permukiman kumuh disebabkan arus urbanisasi yang tak terkontrol sehingga membuat ketidak seimbangan terhadap kompetensi lapangan pekerjaan yang menghasilkan banyaknya pengagguran nekat hidup di Jakarta lalu merajalela dengan membangun rumah-rumah tidak layak huni di sepanjang bantaran rel dan sungai.
- Pandemi Covid-19 Â yang membunuh nyawa dan juga UMKM.
Jakarta yang bisa dibilang tidak ada matinya seketika redup mana kala dunia di guncang dengan wabah Covid-19, yang mengharuskan seluruh aspek pekerjaan semuanya dilakukan dari jarak jauh. Selain menimbulkan korban meninggal dunia yang cukup banyak para pelaku bisnis pun terengah-engah ketika melalui badai tersebut.
Tidak sedikit juga dari mereka yang kemudian gulung tikar / bangkrut dan terlilit dengan hutang karena tidak ada penghasilan yang mereka dapatkan namun biaya hidup sehari-hari harus terus terpenuhi selama terjadinya Lock down tersebut.
- Polusi udara yang menyekik kesehatan.
Pada bulan Juli 2023 lalu Jakarta menempati rekor pertama kota dengan udara terkotor dengan indeks pencemaran mencapai  177 AQI Air atau memasuki kategori tidak sehat bahkan berbahaya.
Banyak hal yang memengaruhi terjadinya polusi udara yang parah tersebut seperti asap pembuangan dari pembangkit listrik tenaga batubara, polusi asap kendaraan di tambah dengan efek musim kemarau yang membuat suhu dan udara di Jakarta kering dan masih banyak lagi.
- Kemacetan yang tidak ada ujungnya