Mohon tunggu...
Nur Syifa Salsabila
Nur Syifa Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Money

Perbedaan Stabilitas Moneter dan Makroprudensial dalam Mengatur Suku Bunga

29 Oktober 2024   17:30 Diperbarui: 29 Oktober 2024   17:40 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERBEDAAN STABILITAS MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL DALAM MENGATUR SUKU BUNGA

Dalam teori ekonomi stabilitas moneter dan Makroprudensial memiliki banyak perbedaan tapi juga memiliki kesamaan dalam mengatur suku bunga di Indonesia. Namun kedua memiliki fokus , tujuan dan alat yang sangat berbeda dalam mengatur sebuah negara .

STABILITAS MONETER

Secara umum, stabilitas moneter ditentukan oleh faktor-faktor seperti inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan indikator moneter seperti jumlah uang beredar dan kredit. Tiga risiko pasar utama yang dapat diintervensi oleh bank adalah inflasi, nilai tukar, dan suku bunga. Risiko yang dapat diintervensi oleh bank adalah inflasi, nilai tukar, dan suku bunga.

Dan demikian, jika indikator ini terus tumbuh secara stabil, risiko pasar yang dihadapi oleh bank juga akan menurun, sehingga memperkuat stabilitas sistem perbankan. Risiko pasar yang dihadapi oleh bank juga akan menurun, yang akan memperkuat stabilitas sistem perbankan. Untuk mencapai stabilitas moneter, bank sentral, seperti Bank Indonesia, menggunakan sejumlah instrumen kebijakan, di antaranya, kebijakan suku bunga, operasi pasar terbuka atau kebijakan cadangan dan intervensi valuta asing.

MAKROPRUDENSIAL

Sebuah ide kunci dalam menjaga stabilitas sistem keuangan suatu negara adalah kebijakan makro prudensial. Makro prudensial mengacu pada pendekatan yang lebih komprehensif terhadap pengawasan dan regulasi sektor keuangan, dengan menekankan sistem secara keseluruhan daripada hanya lembaga keuangan tertentu.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia menggunakan langkah-langkah makro prudensial untuk melindungi terhadap risiko sistemik yang dapat membahayakan stabilitas sistem keuangan yaitu pemeriksaan dan pengawasan terhadap institusi keuangan dan pengaturan capital buffer.

Ekonomi stabilitas moneter dan Makroprudensial memiliki kebijakan yang saling terkait sedangkan untuk stabilitas moneter berfokus pada stabilitas harga, sedangkan untuk Makro prudensial berfokus pada stabilitas keuangan.

Menurut saya “ Stabilitas moneter dan Makro prudensial itu sangat penting dalam sebuah negara untuk mengatur uang yang beredar dalam masyarakat karena stabilitas moneter sendiri memiliki arti nilai tukar dan tingkat suku bunga, sedangkan untuk Makro prudensial itu sendiri memiliki arti pengawasan uang yang beredar di sebuah negara”.

Penting untuk dicatat bahwa kebijakan moneter dan makro prudensial tidak berfungsi secara terpisah, ada sinergi yang signifikan antara keduanya. Misalnya, kebijakan suku bunga yang rendah mungkin mendorong pertumbuhan kredit, tetapi jika tidak diimbangi dengan pengawasan yang ketat, hal ini dapat menghasilkan risiko berlebihan di pasar aset, seperti pasar properti atau surat berharga Sebaliknya, pengawasan yang ketat dapat membatasi pertumbuhan kredit dalam jangka pendek, tetapi dapat menghasilkan stabilitas yang lebih besar dalam jangka panjang. Oleh karena itu, bank sentral perlu memastikan bahwa kedua kebijakan ini bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan stabilitas .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun