Mohon tunggu...
Nursyifa Fitri Suryani
Nursyifa Fitri Suryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - My enemy, it's me

Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Obat Kekecewaan Adalah Berharap Hanya Kepada Allah SWT

8 Desember 2021   22:08 Diperbarui: 8 Desember 2021   23:03 23392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain DIA. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepadaNYA. (Imam Syafi'i)

Setiap kita pasti  pernah mengalami kekecewaan yang mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan namun kekecewaan membuat kita sadar bahwa ada hal yang harus ditinggalkan dan ada pula yang harus diawali. Ya, mengawali harapan hanya kepada sang Maha Pencipta.

img-20211208-224958-61b0d72d75ead67ab2649f22.jpg
img-20211208-224958-61b0d72d75ead67ab2649f22.jpg
Betapa tak adilnya kita selama ini. Kita hanya memikirkan ciptaan-Nya, mungkin seseorang yang belum tentu memikirkan kita, kita hanya memikirkan dunia dan seisinya  saja. 

Kekayaan dan jabatanlah yang menjadi prioritas kita. Bahkan disela-sela solat sekalipun kita tak benar-benar khusyuk untuk bermunajat kepada-Nya. Padahal Allah yang memberi rezeki, Allah yang Maha kuasa atas segala sesuatu dimuka bumi ini.

Ali Bin Abi Thalib berkata, "Aku sudah merasakan semua kepahitan hidup,  dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia".

Hal tersebut mengingatkan bahwa, manusia yang selalu kita jadikan tumpuan untuk bersandar tidak akan pernah bisa menolong kita tanpa seijin Allah. Karena pada kenyataannya semua manusia itu sama, manusia itu bersifat lemah dan tidak memiliki kekuatan, kecuali atas pertolongan Allah. 


Pada dasarnya, kita itu terlahir sendiri dan matipun sendiri. Karena itu kita harus belajar untuk tidak bergantung kepada makhluk, termasuk kepada pasangan, harta dan tahta.

Kembali lagi kepada konsep penciptaa manusia, bahwa kita diciptakan ke muka bumi ini untuk beribadah agar mendapat ridho Allah SWT. Seperti dalam Q.S. Al-Fajr ayat 27-28.

Allah SWT berfirman:

يٰٓأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

"Wahai jiwa yang tenang!"

ارْجِعِىٓ إِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."

20211208-223532-61b0d12a06310e69677e7f52.jpg
20211208-223532-61b0d12a06310e69677e7f52.jpg

Lalu apa yang harus kita lakukan ?
Gapailah ridho Allah, berharaplah hanya kepada Allah, karena hanya Allah yang dapat menjamin kita senantiasa bahagia. Percayakanlah hanya pada-Nya, karena pada hakikatnya manusia hanya bisa berencana, selebihnya Allah yang menentukan. Namun berharap sepenuhnya kepada Allah bukan berarti meniadakan usaha dan do'a, tetapi di dalam usaha tersebut kita tidak boleh bergantung dan berharap kepada makhluk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun