Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain DIA. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepadaNYA. (Imam Syafi'i)
Setiap kita pasti pernah mengalami kekecewaan yang mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan namun kekecewaan membuat kita sadar bahwa ada hal yang harus ditinggalkan dan ada pula yang harus diawali. Ya, mengawali harapan hanya kepada sang Maha Pencipta.
Kekayaan dan jabatanlah yang menjadi prioritas kita. Bahkan disela-sela solat sekalipun kita tak benar-benar khusyuk untuk bermunajat kepada-Nya. Padahal Allah yang memberi rezeki, Allah yang Maha kuasa atas segala sesuatu dimuka bumi ini.
Ali Bin Abi Thalib berkata, "Aku sudah merasakan semua kepahitan hidup, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia".
Hal tersebut mengingatkan bahwa, manusia yang selalu kita jadikan tumpuan untuk bersandar tidak akan pernah bisa menolong kita tanpa seijin Allah. Karena pada kenyataannya semua manusia itu sama, manusia itu bersifat lemah dan tidak memiliki kekuatan, kecuali atas pertolongan Allah.
Pada dasarnya, kita itu terlahir sendiri dan matipun sendiri. Karena itu kita harus belajar untuk tidak bergantung kepada makhluk, termasuk kepada pasangan, harta dan tahta.
Kembali lagi kepada konsep penciptaa manusia, bahwa kita diciptakan ke muka bumi ini untuk beribadah agar mendapat ridho Allah SWT. Seperti dalam Q.S. Al-Fajr ayat 27-28.
Allah SWT berfirman:
يٰٓأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ