Mohon tunggu...
NUR SYIFA KURANAWATI
NUR SYIFA KURANAWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya seorang introvert yang hobinya berkutat pada menulis, membaca, menonton. Harapan saya semoga tulisan saya bisa bermanfaat bagi orang lain ✨

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Flexing di Media Sosial: Tantangan Mahasiswa Menjaga Self-Esteem di Era Narsisme Digital

2 November 2023   09:40 Diperbarui: 2 November 2023   19:24 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/selfishness-big-man-crown-on-his-2207914921

        Kemajuan teknologi yang pesat menguasai hampir setiap aspek hidup kita, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian, terutama bagi generasi muda. Walaupun media sosial membuat kita mudah untuk terhubung dengan orang lain dan berbagi pengalaman, tetapi hal ini juga menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mahasiswa.

          Laporan We Are Social menunjukkan, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi di dalam negeri.  Adapun, waktu yang dihabiskan bermain media sosial di Indonesia mencapai 3 jam 18 menit setiap harinya. Durasi tersebut menjadi yang tertinggi kesepuluh di dunia (Widi, 2023). Dengan penggunaan yang banyak serta durasi yang tinggi, tidak heran bahwa fenomena "flexing" menjadi hal yang biasa.

      Dalam dunia digital yang terus berkembang, fenomena flexing atau memamerkan prestasi, kekayaan, dan kebahagiaan di media sosial telah menjadi aktivitas yang disukai. Mahasiswa sering kali merasa tekanan untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa mereka memiliki kehidupan yang sempurna. Namun, di balik layar, realitasnya mungkin jauh berbeda. Ketika mahasiswa terus-menerus melihat postingan teman-teman mereka yang tampak bahagia dan sukses, hal ini dapat merusak self-esteem mereka, sehingga membuat mereka merasa tidak mencapai standar yang diharapkan.

         Media sosial menjadi salah satu penunjang dari perilaku narsisme. Salah satu dari sekian banyak media sosial adalah instagram. Kebutuhan akan aktualisasi diri saat ini menjadi salah satu aspek penting. Terlebih bagi seorang mahasiswa. Mahasiswa perlu aktualisasi diri yang didukung dengan adanya media sosial untuk berekspresi dan menyalurkan hobi atau bakat yang selama ini dimiliki. Dalam tahap mahasiswa, perlu yang namanya sosialisasi guna mengembangkan rasa ingin dikenal oleh banyak orang dalam lingkungannya dengan kata lain narsisme/narsistik (Muslimin & Yusuf, 2020).

           Narsisme adalah cinta diri sendiri yang sangat ekstrim, paham yang menganggap diri sendiri sangat superior dan sangat penting ada extremeself-impotency (Chaplin, 2001). Dalam batas tertentu, kecintaan pada diri sendiri bisa dianggap normal, tetapi bila berlebihan dan bersifat mengganggu orang lain ataupun diri sendiri maka dianggap penyimpangan atau gangguan kepribadian (Muslimin & Yusuf, 2020).  Dalam psikologi dikatakan, flexing atau pamer merupakan bentuk perilaku narsisme (Pakpahan & Yusgiantoro, 2023). Kohut (Sari, 2021) menjelaskan, flexing atau pamer terjadi akibat adanya kegagalan dalam mengembangkan harga diri (self-esteem) yang sehat.

          Secara harfiah, flexing dalam bahasa Inggris berarti 'pamer'. Pengertian lebih spesifik ditulis dalam Cambridge Dictionary menjelaskan bahwa flexing adalah menunjukkan sesuatu kepemilikan atau pencapaian dengan cara yang dianggap orang lain tidak menyenangkan. Asal-usul istilah flexing bermula dari bahasa gaul masyarakat kulit hitam untuk "menunjukkan keberanian" atau "pamer" sejak tahun 1990-an. Istilah tersebut secara khusus juga digunakan oleh rapper Ice Cube melalui lagunya yang berjudul "It Was a Good Day" pada tahun 1992 (Mardiah, 2022).

           Salah satu dampak utama dari fenomena flexing adalah perbandingan sosial yang tidak sehat. Mahasiswa sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain berdasarkan apa yang mereka lihat di media sosial, tanpa menyadari bahwa postingan tersebut hanya mencerminkan bagian kecil dari kehidupan orang tersebut. Perbandingan sosial yang berlebihan dapat menyebabkan perasaan tidak cukup dan merendahkan self-esteem mahasiswa.

         Flexing juga  menyebabkan pergeseran persepsi nilai-nilai kehidupan dan fungsi dari sebuah barang atau benda. Barang yang digunakan dilihat bukan lagi berdasarkan fungsi namun berdasarkan merek atau simbol. Munculnya keinginan untuk mengikuti konten flexing dapat men-trigger orang lain untuk berperilaku konsumtif meskipun dengan status ekonomi pas-pasan.

         Meskipun sulit untuk menghindari pengaruh media sosial sepenuhnya, ada beberapa strategi yang dapat membantu mahasiswa menjaga self-esteem mereka di era narsisme digital:

  • Peningkatan Kesadaran Diri: Mahasiswa perlu menyadari bahwa apa yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan. Memahami bahwa orang lain juga menghadapi tantangan dan kegagalan dapat membantu mengurangi tekanan perbandingan sosial.
  • Pengelolaan Waktu dan Aktivitas Online: Mengatur waktu yang dihabiskan di media sosial dan mengurangi interaksi dengan konten yang memicu perasaan tidak aman dapat membantu menjaga kesehatan mental dan self-esteem.
  • Membangun Dukungan Sosial: Mahasiswa perlu merasa nyaman berbicara tentang perasaan mereka dengan teman, keluarga, atau konselor di kampus. Dukungan sosial dapat memberikan rasa kenyamanan dan kepercayaan diri.
  • Pembinaan Diri: Mempelajari teknik pembinaan diri dan self-compassion dapat membantu mahasiswa mengembangkan rasa percaya diri yang kuat, terlepas dari tekanan yang datang dari media sosial.

      Tantangan menjaga self-esteem di era narsisme digital memang nyata, tetapi dengan kesadaran diri, dukungan sosial, dan pembinaan diri yang tepat, mahasiswa dapat menghadapi tekanan ini dengan lebih baik. Penting bagi kita semua untuk merangkul keunikan dan keberhasilan pribadi tanpa harus membandingkannya dengan apa yang terlihat di media sosial. Dengan begitu, mahasiswa dapat membangun self-esteem yang kokoh dan melangkah maju dengan percaya diri di dunia digital yang terus berkembang.

Dosen pengampu :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun