Mohon tunggu...
Nur Syahra Rahmiani
Nur Syahra Rahmiani Mohon Tunggu... -

Farmasi UNHAS 2014

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengaruh Jatuh Cinta terhadap Kesehatan

29 November 2014   05:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:33 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep sehat menurut WHO tahun 1974 ialah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan cinta, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah perasaan senang, suka, kagum, maupun tertarik terhadap sesuatu. Ada pula yang mengartikan cinta sebagai suatu obsesi dan kecanduan yang menyebabkan ketergantungan. Hal ini menjelaskan adanya keterkaitan antara cinta dan kesehatan baik secara fisik maupun mentalnya. Berdasarkan beberapa narasumber yang sedang dilanda cinta, berikut pengaruh jatuh cinta terhadap kesehatan :

1.Mual dan sensasi menggelitik di perut.

Istilah “Bagai ribuan kupu-kupu sedang bermain dalam perutku” ternyata tak hanya menjadi kiasan belaka. Berdasarkan penelitian, ketika kita bertemu dengan orang yang kita cintai maka akan terjadi pelepasan norepinefrin. Dopamin dan kortisol mengalirkan darah dari usus hingga memberikan efek mual dan rasa gugup.

2.Mengurangi stres.

Orang yang sedang jatuh cinta sering kali tersenyum dan nampak berbunga-bunga. University of Chicago dan Nortwestern University telah melakukan penelitian dan membuktikan bahwa status hubungan memengaruhi produksi hormon stres dan kortisol saat mengalami tekanan. Hal ini mengklaim bahwa para pria dan wanita lajang jauh lebih rentan terhadap stres dibanding mereka yang telah berumah tangga dan hidup dalam cinta yang stabil.

3.Mengurangi rasa nyeri.

Ketika seseorang sedang jatuh cinta, rasa sakit dan penderitaan seakan terlupakan. Hal ini telah dibuktikan oleh para peneliti, dimana mereka menyatakan bahwa perasaan cinta bekerja secara analgesik, sehingga mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit. Suasana romantis mampu mengaktifkan area otak yang bertanggung jawab untuk mengurangi rasa sakit, serta mengahasilkan hormon dopamin.

4.Mengurangi resiko gangguan mental.

Pada tahun 2010, penelitian pada Florida State University menyatakan bahwa resiko gangguan mental pada orang yang belum memiliki pasangan hidup jauh lebih tinggi dibanding dengan mereka yang telah berkomitmen. Sebelumnya pada tahun 2002 dalam jurnal American Journal of Sociology menyatakan bahwa pria atau wanita yang tidak memiliki pasangan cenderung lebih mudah depresi, cemas, mood berubah-ubah, bahkan rasa ingin bunuh diri yang tinggi akibat tekanan mental.

5.Memberi rasa nyaman dan bahagia.

Rasa cinta mengaktifkan dopamin tertentu di dalam otak. Daerah ini berhubungan langsung dengan perasaan bahagia, kecanduan, keinginan dan euphoria kegembiraan. Hal ini dipaparkan dalam Journal of Neurophysiology. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan melihat orang yang kita cintai, maka akan memengaruhi cara kerja daerah-daerah tertentu di otak sehingga menimbulkan perasaan bahagia ketika kita berjumpa dengan orang yang kita cintai.

6.Terjadinya insomnia atau susah tidur.

Ketika seseorang tengah dilanda cinta, tak jarang insomnia atau susah tidur ikut melanda pula. Hal ini disebabkan produksi hormon dopamin dan norepinefrin yang terlalu banyak.

7.Menambah energi.

Rasa cinta yang mengakibatkan produksi hormon dopamin dan norepinefrin secara berlebihan menyebabkan orang yang sedang jatuh cinta memiliki banyak energi dan wajah merah merona.

8.Menurunnya nafsu makan dan menghambat aktivitas.

Menurut beberapa sumber yang telah mengalami “Cinta akut” atau telah memasuki fase “Limerence” yang artinya tergila-gila terhadap seseorang, mereka mengaku bahwa mereka lebih obsesif, sulit makan bahkan melupakan pekerjaan, keluarga, dan tanggung jawab.

9.Sulit berkonsentrasi.

Seseorang yang jatuh cinta sering kali mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi karena terus-menerus memikirkan orang yang dicintai. Hal ini merupakan akibat dari hormon dopamin yang membuat seseorang lebih obsesif.

10.Mudah cemas dan panik.

Seseorang yang sedang jatuh cinta biasanya sering merasakan adanya tekanan pada dada serta otak yang sering kali terkait dengan rasa cemas dan panik. Hal ini dipaparkan oleh Dr. Helen Fisher yakni seorang ilmuan dari Rutgers University di Amerika.

Dari pemaparan tersebut, kita dapat memahami bahwa cinta mampu memberi dampak baik maupun dampak buruk bagi kesehatan. Perlu ditekankan bahwa cinta merupakan anugerah dari Allah SWT sehingga sudah seharusnya membawa hal-hal baik dalam diri kita. Dampak negatif dari cinta tidaklah disebabkan oleh perasaan cinta itu melainkan oleh individu masing-masing yang kurang mampu membawa diri dalam mencintai. Oleh karena itu, menyugesti diri dan merilekskan perasaan sangat penting agar rasa cemas, panik dan dampak negatif lainnya dapat teratasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun