Mohon tunggu...
nursyadiah halimah
nursyadiah halimah Mohon Tunggu... -

senangnya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Buzzer Wajah Kandidat di Medsos

15 Desember 2016   16:38 Diperbarui: 15 Desember 2016   16:49 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://wahyublahe.com/social-media-buzzer/

Nah inilah kenapa masyarakat sekarang menggunakan Internet, ini alasannya :

Alasan utama para pengguna Internet adalah, dalam rangka mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial disusul mencari informasi atau searching di Goggle. Fakta menarik lainnya adalah DKI Jakarta merupakan kota dengan pengguna media sosial twitter dan medsos terbesar di dunia. Dengan Data pengguna sosial media 2015 tersebut membuktikan bahwa penggunaan media sosial sebagai media kampanye sangat efektif dan bersifat personal.

Maka kehadiran buzzer atau penggiat media sosial menjadi relevan untuk image building.Tapi sebenarnya apa sih Buzzer Politik itu dan bagaimana cara kerjanya?

Kata buzzer, biasa juga dikenal sebagai Influncer yaitu orang yang bertugas melakukan pekerjaan mempengaruhi orang lain atau followers ditiap media maupun medsos, serta menyerang pejabat politik yang didukungnya karena bayaran. Targetnya membangun opini publik terkait isu tertentu. Indikator keberhasilannya adalah isu itu menjadi trending topic.

Makanya untuk menjadi seorang buzzer politik, syaratnya harus memiliki banyak teman atau followers. Maka tidak heran para buzzer membuat akun lebih dari satu, bahkan ratusan akun-akun abal-abal, gunanya untuk menyerang lawan politiknya.

Dengan begitu twit atau pesan yang disampaikan akan dibaca oleh banyak orang, padahal kalau kita simak dengan teliti lagi pernyataan pesan-pesan maupun komentator ga jelas itu adalah orang-orang mereka sendiri, bahkan satu orang saja bisa berpulu-puluh komen dalam setiap kolom komentar di tiap media. Apalagi jika banyak yang retweet atau membagi pesan itu, hingga akhirnya menjadi viral, semua itu sebenarnya fiktif belaka, mereka sebenarnya bermain disana, inilah yang saya bilang buzzer merupakan orang bayaran yang dibayar oleh tokoh politik, salah satu contonya adalah para buzzer Ahok yang saat ini beredar di dunia maya, khususnya pada kolom komentar di tiap media.

Selain itu untuk menjadi buzzer politik, juga dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas terkait dengan politik berikut aspek-aspeknya. Padahal dalam kenyataannya para buzzer tersebut tidak menguasai benar apa sebenarnya yang dibela mereka. Penguasaan materi ini penting, mengingat sebuah komentar, twit atau status akan mendapatkan respons dari pihak lain, terutama pihak-pihak yang berkepentingan.

Respon tersebut bisa positif juga bisa respon negatif. Akan ada perdebatan disana, ada adu argumentasi antara orang yang benar-benar punya akun asli dengan para buzzer tersebut. Seorang buzzer politik dituntut mampu mempertahankan argumentasinya dengan baik. Kata kuncinya ada pada data. Seorang buzzer yang melengkapi komentarnya dengan data akurat, akan mendapatkan respon yang baik. Pembaca akan mempersepsikan bahwa komentar itu benar adanya, padahal mereka pusing tujuh keliling untuk membela sang pembanyar itu, betul ga…

Akan tetapi, ada kalanya seorang buzzer politik juga berlebihan dalam melakukan pekerjaan. Tidak jarang mereka membully pihak-pihak yang dianggap bersebrangan dengan pendapat mereka. Itulah cara para buzzer seperti buzzer Ahok yang keliaran di dunia maya ini. Dalam konteks pembangunan demokrasi, hal ini kontraproduktif karena semestinya yang didorong adalah prestasi dan kelebihan kandidat, bukannya membabi buta membully lawan-lawan politik.

Berapakah Harga Seorang Buzzer???

Seorang Buzzer politik akan dibayar dengan nominal tertentu sesuai dengan kualifikasinya masing-masing. Buzzer yang sudah tinggi jam terbangnya dan memiliki banyak followers akan mendapatkan bayaran yang cukup mahal, WOW…mantabbbbb deh..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun