Mohon tunggu...
Nur Sofiatul Zuhriyah
Nur Sofiatul Zuhriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Universitas Tidar

Seorang anak yang sedang menempuh pendidikan jenjang sarjana dengan basis keilmuan agrikultur. Mulai berani keluar dari zona nyaman pada bidang kepenulisan seiring hobi saya berupa scroll tiktok, baca buku self improvment, nonton youtube, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

PMM 4: Mengunjungi Museum Lambung Mangkurat dan Makam Ulama Besar di Kalimantan Selatan

16 Maret 2024   00:36 Diperbarui: 16 Maret 2024   00:40 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia ialah negara yang kaya akan budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Untuk mendukung keberlangsungan kekayaan indonesia perlu adanya kesadaran oleh seluruh masyarakat indonesia salah satunya kalangan mahasiswa. Melalui program Pertukaran Mahasiswa Merdeka batch 4 Universitas Lambung Mangkurat mengajak mahasiswa inbound pada 9 Maret 2023 untuk mengunjungi Museum Lambung Mangkurat dan wisata religi guna meningkatkan literasi budaya dan memperkaya pengetahuan mahasiswa mengenai tokoh ulama besar di Bumi Lambung Mangkurat.

Museum Lambung Mangkurat berada di kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1907 museum ini didirikan oleh pemerintah Belanda dengan nama Museum Borneo. Tahun 1955 museum berganti nama dengan Museum Kalimantan karena bergantinya pemerintahan Jepang. 

Pada tahun 1967 museum berganti nama kembali menjadi Museum Banjar. Tahun 1979 Museum Lambung Mangkurat diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesof. Museum ini berbentuk rumah adat khas Banjar Kalimantan Selatan yakni Rumah Ba'anjung Pisang Sasikat Ba'atap Sindang Langit Babubungan Tinggi (Bubungan Tinggi). Rumah Banjar Bubungan Tinggi menandakan persatuan dan harmoni dunia atas dan dunia bawah dalam Dwitunggal Semesta seperti halnya kepercayaan suku-suku dayak.  

Pemandu museum memberikan penjelasan kepada mahasiswa PMM 4 ULM mengenai benda-benda bersejarah yang berkaitan erat dengan budaya asli Banjar Kalimantan Selatan, alat-alat yang berkesinambungan dengan kehidupan sehari-hari beserta kondisi alam yang ada di Kalimantan Selatan.

Awal memasuki museum kami ditampakkan aneka flora dan fauna khas Kalimantan Selatan diantaranya bekantan, burung enggang, buaya sapit, hutan sapit, hutan ulin, hutan bakau. Pada ruangan berikutnya terdapat miniatur rumah adat khas banjar yakni Bubungan Tinggi, Palimasan dan Tadah Alas. 

Sisi yang lain memperlihatkan berbagai macam jenis baju adat khas Kalimantan Selatan yang bernama Bagajah Gamuling Baular Lulut, Baamar Galung Pancar Matahari, Babaju Kun Galung Pacinan, dan Babaju Kubaya Panjang. Tidak jauh dari area pakaian adat terdapat tradisi khas Kalimantan Selatan yakni Bayuun Maulud (aktivitas untuk mendapatkan keberkahan kepada bayi yang baru lahir), Basunat (kegiatan sunat anak laki-laki) dan lain sebaginya. 

Berpindah ke ruangan lainnya ditunjukkan kitab tulis tangan Sabilal Muhtadin hasil karya tokoh agama setempat yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau dikenal Datu Kelampaian yang sudah tersebar luas di Asia Tenggara bahkan hingga Mekkah.

Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tradisi Basunat (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Tradisi Basunat (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pakaian Adat Banjar (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pakaian Adat Banjar (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Karya Syekh Muh. Arsyad Al Banjari (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Karya Syekh Muh. Arsyad Al Banjari (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Para mahasiswa PMM 4 ULM sangat antusias melihat koleksi yang bernilai sejarah, kebudayaan ataupun sejarah alam di Museum Lambung Mangkurat. Mahasiswa PMM 4 ULM juga berinteraksi baik dengan pemandu museum dengan saling memberi pertanyaan, saling berdiskusi tentang koleksi yang dipamerkan di museum. Kami menghabiskan waktu mengunjungi museum selama kurang lebih 2 jam.

Kunjungan kedua yakni wisata religi ke Makam Ulama besar di Kalimantan Selatan. Makam Syech Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan) di Jl. Syekh Moh. Arsyad Albanjari, Desa Kelampaian Tengah, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan dan Makam Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul) di Jl. Sekumpul, Sungai Sipai, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Pada suasana yang penuh khidmad, para mahasiswa PMM 4 ULM berziarah di makam tokoh ulama besar agama tersebut selama kurang lebih 1 jam.

Datu Kalampayan ialah seorang ulama yang tekun dalam mempertahankan dan mengembangkan ilmu agama islam di tanah Kalimantan. Beliau telah fasih membaca Al-Qur'an dan memiliki kemampuan menulis sejak kecil. Adapun kitab karya beliau yang tersiar hingga ke Mekkah ialah Sabilal Muhtadin yang membahas mengenai fikih. Hingga kini beliau tetap menjadi figur panutan bagi masyarakat Banjar. 

Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari atau Abah Guru Sekumpul ialah seorang ulama besar yang populer di Kalimantan. Beliau merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar yakni Syech Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau memiliki sifat mulia, penyabar, ridha, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Salah satu pesan Guru Sekumpul adalah mengenai karamah yang meruapkan anugerah dari Allah SWT, bukan suatu keahlian. 

Penulis di depan Makam Syekh H Muh. Arsyad Al Banjary (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Penulis di depan Makam Syekh H Muh. Arsyad Al Banjary (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Terdapat kejadian yang membuat penulis merasa sangat bersyukur bisa berziarah ke makam Datu Kalampayan. Dahulu saat penulis menginjak sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) terdapat pembahasan mengenai tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam penyebaran agama islam di Indonesia salah satunya Syech Muhammad Arsyad Al Banjari. 

Pada waktu itu penulis terkesima mendengar nama beliau dan menyeletuk dalam hati "namanya indah sekali ya, kapan ya bisa berziarah ke makam beliau (Syech Muhammad Arsyad Al Banjari)?". Ucapan tersebut terlintas dibenak penulis ketika berziarah di makam Syech Muhammad Arsyad Al Banjari dan tiada henti penulis bersyukur kepada sang pencipta yang telah mengabulkan ucapannya 7 tahun silam. 

Penulis menyadari dengan peristiwa tersebut bahwa segala ucapan adalah do'a dan apapun yang kita langitkan tidak akan pulang dengan tangan kosong serta tuhan selalu memiliki waktu yang tepat untuk memberikan apapun yang dikehendaki-Nya. Semoga cerita singkat penulis dapat diambil hikmahnya oleh pembaca. Terimakasih kepada Kemendikbudristek, Universitas Tidar, Universitas Lambung Mangkurat, serta pihak-pihak yang telah menjadi jembatan tangan Tuhan dengan Hambanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun