Para mahasiswa PMM 4 ULM sangat antusias melihat koleksi yang bernilai sejarah, kebudayaan ataupun sejarah alam di Museum Lambung Mangkurat. Mahasiswa PMM 4 ULM juga berinteraksi baik dengan pemandu museum dengan saling memberi pertanyaan, saling berdiskusi tentang koleksi yang dipamerkan di museum. Kami menghabiskan waktu mengunjungi museum selama kurang lebih 2 jam.
Kunjungan kedua yakni wisata religi ke Makam Ulama besar di Kalimantan Selatan. Makam Syech Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan) di Jl. Syekh Moh. Arsyad Albanjari, Desa Kelampaian Tengah, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan dan Makam Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul) di Jl. Sekumpul, Sungai Sipai, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Pada suasana yang penuh khidmad, para mahasiswa PMM 4 ULM berziarah di makam tokoh ulama besar agama tersebut selama kurang lebih 1 jam.
Datu Kalampayan ialah seorang ulama yang tekun dalam mempertahankan dan mengembangkan ilmu agama islam di tanah Kalimantan. Beliau telah fasih membaca Al-Qur'an dan memiliki kemampuan menulis sejak kecil. Adapun kitab karya beliau yang tersiar hingga ke Mekkah ialah Sabilal Muhtadin yang membahas mengenai fikih. Hingga kini beliau tetap menjadi figur panutan bagi masyarakat Banjar.Â
Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari atau Abah Guru Sekumpul ialah seorang ulama besar yang populer di Kalimantan. Beliau merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar yakni Syech Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau memiliki sifat mulia, penyabar, ridha, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Salah satu pesan Guru Sekumpul adalah mengenai karamah yang meruapkan anugerah dari Allah SWT, bukan suatu keahlian.Â
Terdapat kejadian yang membuat penulis merasa sangat bersyukur bisa berziarah ke makam Datu Kalampayan. Dahulu saat penulis menginjak sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) terdapat pembahasan mengenai tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam penyebaran agama islam di Indonesia salah satunya Syech Muhammad Arsyad Al Banjari.Â
Pada waktu itu penulis terkesima mendengar nama beliau dan menyeletuk dalam hati "namanya indah sekali ya, kapan ya bisa berziarah ke makam beliau (Syech Muhammad Arsyad Al Banjari)?". Ucapan tersebut terlintas dibenak penulis ketika berziarah di makam Syech Muhammad Arsyad Al Banjari dan tiada henti penulis bersyukur kepada sang pencipta yang telah mengabulkan ucapannya 7 tahun silam.Â
Penulis menyadari dengan peristiwa tersebut bahwa segala ucapan adalah do'a dan apapun yang kita langitkan tidak akan pulang dengan tangan kosong serta tuhan selalu memiliki waktu yang tepat untuk memberikan apapun yang dikehendaki-Nya. Semoga cerita singkat penulis dapat diambil hikmahnya oleh pembaca. Terimakasih kepada Kemendikbudristek, Universitas Tidar, Universitas Lambung Mangkurat, serta pihak-pihak yang telah menjadi jembatan tangan Tuhan dengan Hambanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H