Lahan basah adalah lingkungan transisi. Dalam konteks ekologi, lahan basah merupakan perantara antara ekosistem darat dan air. Dalam konteks temporal, sebagian besar lahan basah ditakdirkan untuk berkembang menjadi lahan kering sebagai akibat dari penurunan permukaan air, sedimentasi dan suksesi tanaman, atau akan terendam oleh kenaikan permukaan air yang terkait dengan kenaikan permukaan laut atau perubahan iklim.
Lahan basah alami telah digunakan untuk pengolahan air limbah selama berabad-abad. Akan tetapi, dalam banyak kasus, alasan di balik penggunaan ini adalah pembuangan dan bukan perawatan, dan lahan basah itu hanya berfungsi sebagai penerima yang nyaman yang lebih dekat daripada sungai terdekat atau saluran air lainnya. Percobaan dengan lahan basah alami mengungkapkan kesulitan dengan pemeliharaan sistem dan, juga, efisiensi perawatan cukup tak terduga. Oleh karena itu, penggunaan lahan basah alami untuk mengobati air limbah diganti dengan penggunaan lahan basah yang dibangun (CW), yang telah dikembangkan sejak 1960-an.
Konstruksi wetlands telah menjadi salah satu teknologi yang sangat efektif dalam mengurangi polusi air dan meningkatkan kualitas lingkungan. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas konstruksi wetlands adalah dengan menggunakan material lokal yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa contoh penggunaan material lokal yang efektif dalam konstruksi wetlands.
Material Lokal yang Efektif dalam Konstruksi Wetlands
Penggunaan material lokal dalam konstruksi wetlands dapat membantu mengurangi biaya konstruksi, mengurangi dampak lingkungan, dan meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa contoh material lokal yang dapat digunakan dalam konstruksi wetlands adalah sebagai berikut:
1. Tanah: Tanah dapat digunakan sebagai media tanam dalam konstruksi wetlands. Tanah yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman air.
2. Kerikil: Kerikil dapat digunakan sebagai media tanam dan juga sebagai filter untuk mengurangi polusi air. Kerikil yang digunakan harus memiliki ukuran yang sesuai dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman air.
3. Batu Pecah: Batu pecah dapat digunakan sebagai media tanam dan juga sebagai filter untuk mengurangi polusi air. Batu pecah yang digunakan harus memiliki ukuran yang sesuai dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman air.
4. Tanaman Air: Tanaman air seperti Vetiveria zizonioides, Typha angustifolia, Canna Sp dapat digunakan dalam konstruksi wetlands untuk mengurangi polusi air dan meningkatkan kualitas lingkungan.
5. Pets (Botol Bekas Air Mineral): Pets dapat digunakan sebagai media tanam dan juga untuk menambah ruang gerak pada sistem perakaran tanaman (reedbeds).
6. Arang: Arang dapat digunakan sebagai media tanam dan juga sebagai filter untuk mengurangi polusi air. Arang yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman air.
7. Zeolit: Zeolit dapat digunakan sebagai media tanam dan juga sebagai filter untuk mengurangi polusi air. Zeolit yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman air.
8. Sekam: Sekam dapat digunakan sebagai media tanam dan juga sebagai filter untuk mengurangi polusi air. Sekam yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman air.
Kelebihan Penggunaan Material Lokal
Penggunaan material lokal dalam konstruksi wetlands memiliki beberapa kelebihan, seperti:
1. Biaya Konstruksi yang Lebih Rendah: Penggunaan material lokal dapat membantu mengurangi biaya konstruksi karena tidak perlu mengimpor material dari luar daerah.
2. Mengurangi Dampak Lingkungan: Penggunaan material lokal dapat membantu mengurangi dampak lingkungan karena tidak perlu mengimpor material yang dapat menyebabkan polusi.
3. Meningkatkan Kualitas Lingkungan: Penggunaan material lokal dapat membantu meningkatkan kualitas lingkungan karena dapat membantu mengurangi polusi air dan meningkatkan kualitas air.
Contoh Implementasi
Salah satu contoh implementasi penggunaan material lokal dalam konstruksi wetlands dilakukan di Rawa Tripa, Aceh. Dalam penelitiannya digunakan material lokal seperti tanah, kerikil, dan batu pecah sebagai bahan material konstruksi wetlands. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan material lokal dapat membantu mengurangi polusi air dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan material lokal dalam konstruksi wetlands dapat memberi keuntungan diantaranya dapat mengurangi biaya konstruksi, mengurangi dampak lingkungan, dan meningkatkan kualitas lingkungan. Maka dari itu, penggunaan material lokal dalam konstruksi wetlands atau lahan basah buatan sangat dianjurkan untuk meningkatkan efektivitas konstruksi wetlands.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H