Kedua konsep berikut, design thinking dan lateral thinking merupakan bagian dari ranah khusus pola berpikir di dunia desain industri. Namun kedua pengertian ini belum sepenuhnya dipahami, maka penulis mlihat pengertian kedua konsep ini berdasarkan riset yang ada. Terlepas dari perbedaan ini, baik design thinking dan lateral thinking sama-sama mengutamakan kebutuhan dan permintaan sebagai dasar pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen.
Dikutip dari (Razzouk dan Shute, 2012), design thinking adalah proses analitik dan kreatif yang melibatkan seseorang dalam peluang untuk bereksperimen, membuat dan membuat prototipe model, mengumpulkan umpan balik, dan mendesain ulang. Terdapat lima tahapan design thinking:
a) Empathise (Empati)
Pada tahap ini, para ahli konsultasi akan mencari tahu lebih banyak tentang bidang yang menjadi perhatian melalui pengamatan, keterlibatan, dan empati dengan orang-orang untuk memahami pengalaman dan motivasi mereka sehingga memperoleh pemahaman pribadi yang lebih jelas tentang masalah yang terlibat.
b) Define (Penjelasan)
Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan informasi yang telah diperoleh pada tahap Empathise. Lalu, informasi akan dianalisis, diamati, danÂ
disintesis untuk menentukan masalah inti yang ingin diselesaikan.
c) Ideate (Ideasi)
Pada tahap ini, peneliti akan mulai untuk menghasilkan ide-ide yang menjawab masalah yang diolah pada tahap Define. Dengan latar belakang teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada, peneliti juga dapat mulai "berpikir di luar kotak" untuk mengidentifikasi solusi baru untuk pernyataan masalah yang dibuat, sekaligus mencari solusi alternatif untuk melihat masalah.
d) Prototype (Prototipe)