Saya bilang ke orang-orang di sana, "kami habis divaksin. Mungkin obatnya sedang berproses. Tetapi tubuh saya tidak  bereaksi apa-apa."
Ibu di sebelah segera menyambar. "Aku tak mau divaksin. Banyak nian caritonyo ... bala ..., bla ..., "
Bisik berantai pun terdengar samar. Nadanya kontradiktif. Intinya, sebagian besar mereka masih menganggap covid adalah "fitnah berjamaah" versi saya.
Sejatinya, penolakan tak langsung terhadap vaksinasi ini sudah lama viral di tengah masyarakat lingkungan saya. Menyusul kabar basi bahwa pandemi mematikan ini adalah akal-akalan pihak luar yang mau mencari keuntungan.
Ya, Sudah. Mau bagaimana lagi. Tiada yang berhak mengubah pola pikir orang lain. Â Kecuali dirinya sendiri. Sebab, hati mereka telah terlanjur diracuni hoaks. Sepuluh juta kali pun kita meyakinkan mereka, tidak mungkin akan berubah.
Lucunya, Â sebagian oknum yang tak percaya pandemi itu, kemana-mana pakai masker. Saya berpikir, artinya mereka juga takut mati dikunyah Covid 19. Hmm .... Semoga saja tidak ngomel jika tak dikasih uang bantuan sosial dari dana covid 19.
Yang Penting Jaga Diri dan Keluarga Masing-masing
Dia bercerita gejala yang dideritanya. Seluruh persendiannya seakan hancur, napas sesak, pandangan gelap. Dan keluhan lainnya. "Saat itu saya tak ingat bini yang juga masih berjuang melawan sakitnya. Saya hampir putus asa. Untung saya masih mampu bertahan," kisahnya.
Terakhir dia berpesan agar saya ngasih tahu keluarga, kerabat, teman dan tetangga, supaya  jangan anggap enteng virus mematikan ini.