Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Wahai Kaum Milenial, Jangan Habiskan Harimu untuk Urusan Tak Penting

3 Juni 2021   16:03 Diperbarui: 3 Juni 2021   17:27 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Tangkapan layar dari halaman Facebook.

Sekilas judul ini seperti menggurui dan sok pintar.  Kalau ada anak muda yang protes silakan saja. Karena fakta tidak bisa berdusta.

Suka Ngitung  Kekayaan Orang Lain

Saya sering gemas dengan kelakuan oknum anak milenial kenalan saya. Tubuhnya  sehat, otaknya  cerdas, berpendidikan pula. Tetapi hobinya suka ngitung-ngitung keberuntungan orang lain.

Ujung-ujungnya terperangkap pada pembicaraan yang kurang sehat.  "Selama musim corona, banyak para penyandang profesi  X  yang kaya raya. Rumah bagus, duitnya banyak, bla ..., bla ...." Sementara dirinya dari tahun ke tahun begitu-begitu aja. Tiada usaha untuk berubah.

Gatal mulut saya ingin protes. "Dia kaya karena  dibayar sesuai profesi dan hasil kerjanya.  Andaikan dia korup, dosa dan risiko dia yang nanggung. Coba kamu gali dan manfaatkan potensi dirimu secara maksimum. Mungkin kamu bisa menyaingi kekayaan mereka."

Syukur mulut ini masih bisa ditahan. Kalau tidak, anak muda itu pasti marah. Karena omelannya dibantah.

Proteslah dengan Cara Bertanggung Jawab dan Jantan

Perhatikan pula konten-konten di medsos.  Berapa banyak nettizen  menghabiskan waktu untuk hal-hal tidak penting.  Diantaranya, meluapkan kekesalan dengan cara tak wajar.  Gara-gara tak senang dengan kondisi  ini dan itu. Bahkan kekecewaan pasca pelpres pun seperti cerita bersambung yang entah kapan akan tamat.

Alangkah eloknya jika mereka bermedsos sambil menebarkan kebaikan. Minimal memosting kata-kata motivasi yang memikat. Ketimbang melancarkan protes atas pengangkatan komisaris BUMN dengan cara tidak santun. Andaikan bukan dia yang ditunjuk, tak bakalan Erick Thohir memilih saya dan kamu.

Kalau ada saran dan pendapat, sampaikan dengan cara bertanggung jawab dan jantan. Toh, setiap warga negara berhak menyampaikan pendapat.

Pilih cara mudah dan simple. Buat atikel. Tulis alasan ketidak setujuan dengan berbagai argumen yang jelas. Kirim dan terbitkan  ke  media arus utama. Atau tayang saja ke halaman Kompasiana.com. Itu baru namanya kritik formal, santun dan bergengsi. Kalau pembacanya membludak, malah dapat honor. Enak, bukan?

Daripada protes dengan update foto dan captiaon tak senonoh. Menghabiskan energi dan  menyedot pulsa.  Kapan berurusan dengan pihak berwajib, baru tahu kalau langit itu tinggi. Endingnya nangis  dan minta maaf. He he ...

Nah, sekian dulu nyinyiran  nenek ya. Maaf kalau  ada yang tersinggung. Semoga bermanfaat. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.

****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun