Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Emang Enak Jadi Bini Anak Pejabat?

9 September 2020   13:42 Diperbarui: 9 September 2020   13:42 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadinya saya  mau nulis topik lain.  Setelah membaca tulisan Pak Tiptadinata, “Dapat Duren Runtuh Tidak Selalu Berarti Nikmat,” saya terseret pada  tema ini. Supaya agak senada dan seirama,  saya kasih saja judul, "Emang Enak Jadi Bini Anak Pejabat?"

Semasa putriku belum menikah, saya sering mengingatkan beberapa kreteria calon menantu  yang tidak  saya sukai. Salah satunya jangan sekali-kali memilih jodoh anak pejabat. Terutama pejabat-pejabat tanggung.  

Persyaratan tersebut bukan tanpa alasan, sebab, zaman itu rata-rata oknum anak pejabat yang saya kenal,  sering menunjukkan sifat manja. Karena mereka terbiasa hidup dalam keluarga berpunya.

Memang  tidak semua. Tergantung pendidikan dan didikan orang tuanya.  Andai pendidikan dia  bagus, pasangannya  malah  beroleh berkah. Hingga dapat mengubah keturunan. 

Tetapi, di benak saya terlanjur  bersarang penilaian buruk terhadap pribadi golongan ini.

Tahun 2003, saya pernah nginap di tempat kos adik bungsu saya  di kota Jambi. Rumahnya  berdinding papan, tetapi lumayan besar, punya 4 kamar.  Satu dikontrak oleh adik saya, sisanya dihuni oleh anak menantu nyonya rumah.

Ternyata Ibu Kostnya janda mantan  pejabat di propinsi Jambi. Lokasinya di perumahan orang penting   pada zamannya. Status rumahnya pun masih  abal-abal. Dikatakan rumah dinas, tidak. Rumah pribadi juga bukan.

Ilustrasi perempuan memikul beban keluarga. Foto: evariyantylubis.com
Ilustrasi perempuan memikul beban keluarga. Foto: evariyantylubis.com
Di antara penghuni kamar  ada manantu perempuan. Setiap hari dia  bangun sebeselum subuh. Terus beraktivitas di dapur, memasak aneka  makanan. Katanya  untuk dijual  pakai gerobak di area salah satu Kampus  di Kota Jambi.

Sebelum pergi jualan, rutin ibu 2 anak itu menyiapkan sarapan  untuk suaminya, lengkap air putih dan kopi.  Terus mengantarkannya ke kamar. 

Sang suami belum bangun. Kondisi tersebut menjadi pemandangan setiap pagi selama 3 hari saya  di sana.

Ayuk (Mbak)  itu rajin kerja. Lakinya di rumah saja. Duduk, tidur, merokok,” bisik  si bungsu di telinga saya.

Mosok iyo?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun