Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Aduh, Pahitnya Perjuangan demi Sedikit Sagu Rumbia

20 Juni 2020   08:51 Diperbarui: 22 Juni 2020   08:16 1955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi diolah dari 2 sumber berbeda. Pengrajin atap daun rumbia (atas, infopublik.id/Kusnadi). Rumah beratap daun rumbia (bawah, PelitaRiau.com)

Sekarang, tinggal cerita pelengkap sejarah. Pohon sagu sudah nyaris punah. Rawa-rawa yang dahulu tempat rumbia tumbuh subur, kini kering kerontang dihisap kelapa sawit.

Walaupun ada, jumlahnya amat sedikit, bukan untuk dikonsumsi manusia, tetapi buat makanan sapi, bebek, ayam dan hewan ternak lainnya.

Saya yakin, di antara sekian ribu kompasianers tiada yang pernah sengsara seperti saya. Tetapi, saya tak pernah berkecil hati pada orangtua, sampai nanti ajal menjemput. 

Inilah kisah pahit yang pernah saya alami selama hidup berdampingan dengan pohon sagu. 

****

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Rumbia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun