Lain kisahnya dengan rekan saya Ibu Nursiah. Pekarangannya selalu terbuka karena zaman itu rumahnya belum berpagar besi. Ampere listriknya terpampang pada dinding bagian luar tanpa terhalang oleh benda apapun.
Bulan-bulan sebelumnya tagihan listriknya normal-normal saja. Tidak ada kenaikan tiada pula penurunan.Â
Tiba-tiba suatu ketika nominanya melonjak mendekati dua juta. Kalau tak salah ingat kejadinnya tahun 2013.
Saat dikonfirmasi, pegawai PLN menjawab, "Kami menerima laporan dari lapangan. Mungkin petugas pencatatnya yang khilaf. Keluhan Ibu kami tampung dan dalami, di mana kekeliruannya."
Untung ada solusi dari pihak PLN. Teman seporofesi saya itu diminta melunasi dengan cara mencicil. Setelah itu berlaku tarif normal.Â
WMasih banyak lagi Ibu Nursiah lain mengalami masalah serupa di daerah saya yang tak perlu dipaparkan satu persatu.
Untuk ke depannya, bukan mustahil konflik begini menimpa siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Baik pada pelanggan penerima konvensasi gratis (pengguna VA 450), maupun konsumen pemakai VA 900 yang mendapat pemangkasan 50%, seperti yang diberlakukan saat ini.
Yang pasti, persoalan ini menjadi pelajaran penting bagi saya, mungkin juga anda, dan pelanggan lainnya.
Kadang-kadang kita sering terlena, iseng, atau apalah. Mungkin pula ada unsur kesengajaan untuk "buruk ambah" atau sesat pikir. "Buat apa berhemat-hemat. Toh yang bayar pemerintah, bukan kita. Sekalian nyicip. Kalau tidak sekarang kapan lagi."
Artikel ini saya tulis berdasarkan opini pribadi. Sekadar mewanti-wanti supaya tidak terjadi masalah di kemudian hari. Apa jadinya 3 bulan bertarif RP 0, kalau bulan berikutnya Rp jutaan.
Salam #DariRumahSaja di Pinggir Danau Kerinci.