Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Usai Bunuh Suami, Zuraida Hanum Wariskan Ini kepada Anaknya

19 Januari 2020   21:25 Diperbarui: 19 Januari 2020   21:43 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: nasional.tempo.co

Membangun mahligai baru bersama selingkuhan gagal total, menguasai harta dan uang suami miliaran rupiah  luput, anak jadi yatim, dirinya harus meringkuk di jeruji besi, dan berpotensi divonis hukuman mati.  Demikian nasib apes menimpa  Zuraida Hanum (41) yang ditersangkakan  sebagai otak pembunuhan suaminya Jamaluddin (55),  Hakim Pengadilan Negeri Medan.

Wanita Cantik ini tega menghabisi suaminya dengan membayar 2 eksekutor Jefri Pratama (42) selingkuhannya dan Reza Fahlefi  (29) saudara JP.

Suatu tindakan yang sulit diterima akal sehat.  Mau menikah dengan pria lain, bukannya minta diceraikan pada suami. Tetapi memilih jadi pembunuh. 

Barangkali sosok ini pantas dijuluki wanita berhati iblis. Isteri hakim, tetapi tak mengerti hukum. Dia tidak berpikir, apa efeknya  bagi masa depan dia dan anaknya kelak setelah dia dipenjara.

Kepada polisi Zuraida Hanum membeberkan rencananya. Usai suaminya dibunuh, dia dan JP akan menikah. Dan RF akan diberikan uang Rp 100 juta, plus biayai umrah bersama ibunya.

Gila. Zaman sekarang di republik ini banyak oknum yang mabuk agama.  Mulai dari politikus, penipu, sampai  ke pembunuh pun membalut rencananya dengan simbol agama. Ada kelompok tertentu yang  mencaci-cerca pihak yang berseberangan dengannya atas nama syariat Islam, ada investasi bodong berbasis syariah, sekarang   jasa membunuh ditawarkan dengan bayaran umrah.

Sebagaimana diwartakan oleh berbagai sumber, para pelaku melaksanakan perbuatan keji tersebut tengah malam  tanggal 28 November 2019.  Saat  itu korban dan salah satu anaknya Kanza (7),  sedang terlelap di kediamannya di jalan Aswad, Medan Johor, Medan.  

Atas insruksi  ZH, JP dan RF masuk ke kamar tidur korban. Dibantu sang isteri, keduanya membekap hakim tersebut pakai bed cover dan sarung bantal  hingga tewas.  

Jumat (29/11/2019), jasadnya ditemukan dalam mobil Toyota Land Cruiser Prado nomor polisi BK 77 HD warna hitam, di sebuah jurang Dusun II Namo Rindang, Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli  Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dalam kondisi tidak bernyawa.

Celakanya, Zuraida mengeksekusi suaminya di samping Kanza.  Sambil membunuh (menindih kaki korban), dia menepuk-nepuk punggung anaknya itu supaya tetap terlelap.

Mengerikan. Coba kalau gadis kecil itu bangun terus menangis dan tidak mau ditenangkan. Bukan tidak mungkin dia juga dihabisi. Supaya berbuatan tak berprikemanusiaan itu tidak diketahui siapa-siapa selain mereka bertiga. Judulnya mabuk cinta dan gila harta. Telinga bisa tuli, mata bisa buta. Buta segala-galanya karena mata hatinya telah dikuasai nafsu setan.

Saya tidak membahas detail masalah ini. Sebab,  semenjak mayat Hakim PN Medan tersebut ditemukan, Kasusnya tak pernah sepi  dari pemberitaan.

Sebagai seorang ibu dan nenek, saya kasian pada Kanza. Terbiasa hidup manja bersama orangtua kaya raya. Dalam hitungan menit predikatnya berubah jadi anak seorang mantan pembunuh. Tidak hanya itu. Sang ibu juga mewariskan tauladan buruk bagi dirinya.    

Usia 7 tahun bukan bayi lagi. Apa yang dilihat dan dialaminya sangat membekas dalam ingatannya.

Kehilangan sosok ayah tersebab dibunuh oleh ibu kandungnya adalah mimpi buruk bagi Kanza.  Dampak psikologisnya sangat  fatal.  Batinnya akan menderita dari kecil sampai dewasa, bahkan boleh jadi  sampai tua karena trauma yang mendalam. Bisa-bisa dia tak bangga lagi punya ibu seorang  Zuraida Hanum.

 Belum lagi efek sosial selama dia berada di tengah masyarakat. Pengalaman saya 37 tahun berada di tengah anak-anak usia sekolah dasar. Siswa yang ayahnya  bermasalah (umpamanya diisukan sebagi penjahat), cendrung pendiam dan minder.  

Supaya hal begini tidak terjadi pada Kanza, mungkin kondisi psikologisnya perlu ditangani secara serius oleh pihak keluarga.

Makanya,  sebagai orangtua berpikirlah  seribu kali sebelum melakukan tindakan yang dapat menghancurkan harga diri anak-anak. Jangan  tersebab dosa ibu bapa, anak-anaknya memikul  beban sosial.

Sekadar mengingat, salah satu warisan paling berharga ditinggalkan orangtua kepada anak-anaknya adalah nama baik. Apa gunanya harta melimpah kalau seumur hidup mereka dicap sebagai anak mantan pembunuh, mantan perampok dan mantan pemerkosa. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.

****

Referensi:   Satu,  Dua,  Tiga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun